news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Komdis PSSI Ceritakan Kondisi di Pintu Stadion Kanjuruhan yang Tak Dibuka Panpel

4 Oktober 2022 18:09 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga berdoa di luar gerbang masuk Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, untuk memberikan belasungkawa kepada para korban kerusuhan, Selasa (4/10/2022). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga berdoa di luar gerbang masuk Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, untuk memberikan belasungkawa kepada para korban kerusuhan, Selasa (4/10/2022). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
ADVERTISEMENT
Ketua Komisi Disiplin (Komdis) PSSI, Erwin Tobing, menuturkan kondisi sebenarnya saat pintu keluar Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, terkunci yang kemudian menyebabkan penumpukan massa usai laga Arema FC vs Persebaya, Sabtu (1/10).
ADVERTISEMENT
Menurut keterangannya, pihak panitia pelaksana telah lalai tak membuka gerbang stadion padahal situasi sedang kacau. Kericuhan di dalam stadion membuat para penonton panik dan akhirnya berhamburan ke lorong pintu keluar yang sempit secara bersamaan.
"Itu kejadian di tribun selatan gate 10-11-12-13. Harusnya itu [gerbang] bisa dibuka, tapi begitu terjadi kericuhan, itu kan tribun ribuan [penonton] isinya, itu berlantai tinggi, ruang geraknya sedikit, saling berebut masuk ke satu tempat pintu keluar, [dan di lorong] udah penuh [tetapi banyak yang coba] masuk terus, bawah enggak terbuka pintu. Terjadi penumpukan dan ada asap," kata Erwin Tobing dalam konferensi pers, Selasa (4/10).
Ketua Komisi Disiplin PSSI Erwin Tobing (kanan) mendatangi Stadion Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur, Senin (3/10/2022). Foto: Prasetia Fauzani/ANTARA FOTO
Kondisi yang sesak lalu ditambah munculnya asap dari gas air mata menambah kesulitan bagi para penonton untuk menyelamatkan diri. Alhasil, ratusan korban jiwa tak terelakkan dari peristiwa tersebut.
ADVERTISEMENT
"Mereka turun enggak bisa naik lagi karena orang sudah turun bertimpa-timpa gelap, asap. [Saat] itulah terjadi penumpukan massa," sambungnya.
Erwin menilai kesalahan fatal telah dilakukan panitia pelaksana pertandingan saat itu. Panitia pelaksana disebut tak mampu mengantisipasi peristiwa yang terjadi, padahal mereka sebenarnya sudah berpengalaman.
"Itulah [ceritanya], kita tanya ke pengelola gedung, dia bilang setiap event kunci diberikan ke panitia, panitianya, Abdul Haris," jelas Erwin
"Kita liat video beredar bagaimana pintu tidak terbuka. Saya katakan kalau Panpel ini anggap tugas rutin, kewaspadaannya hilang," lanjutnya.
Warga memotret kondisi gerbang yang rusak setelah kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Senin (3/10/2022). Foto: Willy Kurniawan/Reuters
"Saya lihat itu, dia rutin, sudah lama sebagai ketua pelaksana sehingga tidak waspada. Harusnya periksa ini pintu harusnya dibuka, kalo ada kejadian harus dibuka," tegasnya.
Selain pintu keluar yang tak lekas dibuka, panitia pelaksana juga dianggap gagal melakukan pemeriksaan terhadap barang-barang terlarang yang dibawa ke dalam stadion. Pasalnya, Erwin mengaku menemukan beberapa botol plastik berisi minuman keras yang berada di area lorong pintu keluar.
ADVERTISEMENT
"Banyak kelemahan-kelemahan Panpel, sepertinya itu jadi penyebab pintu tidak dibuka. Pintu besar juga enggak dibuka. Lorong masuk ke dalam gelap. Ada banyak ditemukan minuman keras, botol, yang dalam botol plastik, itu sampe 42 botol belum diminum di stadion," terus Erwin.
"Ini kenapa bisa masuk? seharusnya ada penggeledahan. Yang tanggung jawab itu [panitia] pelaksana," tandasnya.
Imbas kelalaian tersebut, Ketua Panitia Pelaksana, Abdul Haris, disanksi berat oleh Komdis PSSI. Haris dilarang sama sekali tak boleh ikut serta dalam kancah sepak bola Indonesia seumur hidup.
Arema FC juga menerima sanksi akibat insiden tersebut. 'Singo Edan' dilarang mengadakan laga kandang di Malang pada kompetisi musim ini dan harus membayar denda sebesar Rp 250 juta.
ADVERTISEMENT