Liga Indonesia: Ganti Sponsor, Berubah Nama

30 Maret 2017 8:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Bola Sepak (Ilustrasi) (Foto: pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Bola Sepak (Ilustrasi) (Foto: pixabay)
Berbicara tentang sepak bola Indonesia, tak ada salahnya jika kita mencoba kilas balik ke puluhan tahun silam. Kenapa? Karena pada saat itulah, Indonesia sempat berada pada masa kejayaannya.
ADVERTISEMENT
Pada kurun waktu 1960-1980 dinilai sebagai era emas sepak bola Indonesia. Tim Nasional (Timnas) Indonesia berjaya di kancah Internasional hingga dijuluki Brasil-nya Asia. Sementara, di dalam negeri, kompetisi semi-profesional mulai bergulir pada 1979 dengan mengusung nama Galatama--beriringan dengan Perserikatan yang telah berjalan sejak 1930-an.
Ya, Galatama. Sebuah nama yang sangat melekat hingga saat ini. Nama-nama klub seperti Niac Mitra, Pardedetex, Warna Agung, dan Krama Yudha Tiga Berlian bahkan masih disebut-sebut sampai detik ini.
Okelah, kita tak akan membahas bagaimana kemudian klub-klub itu hilang dari peredaran. Tak juga akan menelisik mengapa format kompetisi berubah hampir setiap musimnya. Apalagi, membahas kekerasan antarsuporter, tunggakan gaji, dan regulasi.
Mari menilik ke hal-hal yang lebih mudah dicerna akal sehat.
ADVERTISEMENT
Jadi, semenjak era Galatama, kompetisi Indonesia terus berkembang. Ke arah lebih atau buruk tentu masih sangat bisa diperdebatkan. Sesuai kesepakatan, tak perlu kita perdebatkan baik-buruknya Liga Indonesia karena akan menguras energi dan emosi.
Bergulir puluhan tahun sejak Galatama, Liga Indonesia memasuki babak baru ketika untuk kali pertama dalam sejarah kompetisi tertinggi Tanah Air ini memiliki sponsor. Semua bermula pada 1994. Saat itu, Liga Indonesia disponsori Dunhill.
Dunhill merupakan perusahaan rokok yang diproduksi oleh British American Tobacco. Di Indonesia, diproduksi oleh Bentoel Group. Tercatat, selama dua tahun Dunhill mensponsori Liga Indonesia.
Setelah itu, sponsor berpindah tangan ke Kansas--sebuah merek rokok lainnya. Jadilah, nama liga berganti dari Liga Dunhill menjadi Liga Kansas pada 1997. Akan tetapi, Kansas hanya bertahan selama satu musim.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, Liga Indonesia sempat tak memiliki sponsor seiring dengan krisis ekonomi yang melanda. Pada 1998, kompetisi bahkan harus berhenti di tengah jalan akibat peralihan pemerintahan.
Baru pada 1999, Bank Mandiri masuk menjadi sponsor. Nama liga kembali berganti menjadi Liga Bank Mandiri yang bertahan selama lima musim.
Fans tim sepak bola Persebaya Surabaya (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Fans tim sepak bola Persebaya Surabaya (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Setelah tak lagi menjadi sponsor terhitung pada 2004, perusahaan rokok kembali menginvasi. Adalah Djarum yang menggantikan peran Bank Mandiri.
Hingga saat ini, Djarum tercatat sebagai sponsor terlama Liga Indonesia. Perusahaan asal Kudus ini bertahan selama tujuh tahun dengan terakhir menjadi sponsor pada 2011. Djarum juga menjadi pelaku sejarah pergantian format kompetisi dari Liga Indonesia menjadi Liga Super Indonesia. Ketika itu, nama liga juga ikut berganti dari Liga Djarum (2005-2008) ke Djarum Indonesia Super League (2008-2011).
ADVERTISEMENT
Setelah sempat tak memiliki sponsor utama pada 2011-2014, Liga Indonesia kembali mendapatkan sponsor seiring masuknya QNB (Qatar National Bank). Nama kompetisi? Berubah lagi, menjadi QNB League.
Namun, nahas bagi QNB. Kerjasamanya dengan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) hanya berjalan seumur jagung. Itu menyusul pembekuan federasi oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang diikuti sanksi dari Federasi Sepakbola Dunia (FIFA).
Pada tahun ini, mengusung format serupa dengan ISL, kepengurusan anyar PSSI di bawah komando Edy Rahmayadi kembali menggulirkan liga. Awalnya, PSSI menamai jenjang kompetisi yaitu Liga 1, 2, dan 3. Sebulan menjelang kick-off pada 15 April 2017, kemudian masuk sponsor yaitu Go-Jek. Mau tahu nama resmi kompetisinya? Go-Jek Traveloka Liga 1. Ya, berganti lagi. Menarik mencermati masuknya Go-Jek sebagai sponsor Liga Indonesia. Pasalnya, baru kali ini sebuah perusahaan penyedia layanan aplikasi menjadi sponsor kompetisi di Tanah Air. Padahal, sepak bola Indonesia sudah lama identik dengan perusahaan rokok dan bank. Terlebih, Go-Jek merupakan perusahaan yang baru berdiri--pada 2010. Ini berbeda dengan sponsor terdahulu yang merupakan perusahaan "senior". Menariknya, Go-Jek Traveloka Liga 1 akan menjadi nama kompetisi terpanjang di Tanah Air. Memang, masih lebih panjang Djarum Indonesia Super League. Akan tetapi, itu tertolong karena memiliki singkatan: ISL. Nah, kalau Go-Jek Traveloka Liga 1? Apa mau disingkat seperti ini?
ADVERTISEMENT