Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
![Newcastle United, Manchester United di St James 'Park, Newcastle, Inggris](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_1280/v1570379825/yr3qqg43owh7pzdq8fwk.jpg)
![Pertandingan antara Newcastle United melawan Manchester United di St James 'Park, Newcastle, Inggris, Minggu (6/10/2019). Foto: Reuters/Lee Smith](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1570379824/dbdfaug4p7lj8d3h9aa5.jpg)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Oke, oke... Mereka memang tampil apik ketika mengalahkan Tottenham Hotspur dan Manchester City beberapa waktu. Malah, faktanya, ketika menghadapi tim-tim besar, tim besutan Ole Gunnar Solskjaer ini sungguh-sungguh impresif --Chelsea dan Leicester mereka tekuk; Liverpool, yang susah betul kehilangan poin musim ini, mereka tahan imbang.
Namun, ya, itu tadi... United payah betul ketika menghadapi tim-tim gurem. Bayangin, deh, masa lawan Watford --yang kini menghuni dasar klasemen Premier League-- mereka bisa kalah 0-2?
Ada apa, sih, sebetulnya dengan Manchester United ?
Ehem, kumparanBOLA punya analisis singkatnya. Begini, sebagai tim yang punya kekuatan pada transisi dari bertahan ke menyerang yang begitu cepat, United bisa memukul tim yang bermain terbuka dan menyisakan celah di pertahanan mereka. Tak heran apabila mereka bisa meraih hasil positif atas tim-tim besar.
ADVERTISEMENT
Namun, lain cerita ketika bertanding melawan kesebelasan-kesebelasan yang bertahan dengan rapat dan menerapkan garis pertahanan amat rendah. Pokoknya, tiap kali mendominasi penguasaan bola, United malah kebingungan untuk membongkar pertahanan lawan.
Penyebabnya ada dua: Buruknya pergerakan tanpa bola para pemain dan attacking pattern (pola menyerang) yang cuma mengandalkan kemampuan individu pemain. Ketika para pemain kehabisan ide, habis sudah. Alhasil, bola cuma berputar-putar di depan pertahanan lawan dan sulit sekali masuk ke area kotak penalti.
PR Solskjaer sebagai pelatih jelas berat. Ia mesti bisa menciptakan pola serangan yang jelas, terutama ketika berhadapan dengan tim-tim yang bertahan dengan rapat. Pria asal Norwegia itu tidak bisa cuma mengandalkan kecepatan para pemain depannya untuk melakukan counter attack.
ADVERTISEMENT
So, apa selanjutnya buat United? Pada laga Boxing Day, Kamis (27/12/2019) dini hari WIB, mereka akan berhadapan dengan Newcastle United. Sebagai pengingat saja, pada pertemuan pertama di St James' Park, Oktober 2019, United kalah 0-1.
Pada pertandingan tersebut, United unggul penguasaan bola hingga 68%, membuat 12 percobaan untuk mencetak gol, tetapi hanya punya 3 percobaan tepat sasaran.
Bandingkan catatan tersebut dengan Newcastle yang lebih efektif: Penguasaan bola cuma 32%, tapi membuat 12 percobaan dengan 2 di antaranya tepat sasaran. Satu percobaan tepat sasaran itu berbuah menjadi gol.
Jelang pertemuan tengah pekan ini, United mendapatkan kabar baik. Gelandang andalan mereka, Paul Pogba, sudah pulih dari cedera dan bisa bermain.
ADVERTISEMENT
Pada pertandingan melawan Watford akhir pekan lalu, Minggu (22/12), Pogba bermain sebagai pemain pengganti dan tampak hidup. Dia terlihat rajin bergerak dan berusaha mengkreasikan peluang dari tengah.
Namun, usaha Pogba bakal sia-sia kalau pergerakan tanpa bola rekan-rekannya buruk; operannya bakal berkutat di situ-situ saja dan tidak akan ada ruang terbuka. Kalau begini, masa iya Manchester United mau gagal menang lagi?
----
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League . Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer , gratis! Ayo, buruan daftar di sini . Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV , dan jersi original.