Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Satu gol dan satu assist Rasyid Bakri saat melawan Bali United di Indonesia Soccer Championship (ISC) A 2016 tak cuma berbuah kemenangan 2-0 PSM Makassar . Torehan tersebut juga jadi awal munculnya julukan 'Pangeran' untuk dirinya.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, orang-orang akan menambahkan 'Pangeran' sebelum nama Rasyid. Macam-macam bentuknya. Ada 'Pangeran PSM', 'Pangeran Makassar', atau 'Pangeran Mattoangin'.
Pertanyaannya, apakah Rasyid menyukai julukan itu?
"Setahu saya yang kasih gelar komentator pertandingan waktu main di Bali. Dari situ di media sosial mulai muncul julukan-julukan seperti itu," kenang Rasyid dalam sebuah wawancara di Youtube resmi PSM.
"Namun, sebenarnya saya tidak suka dipanggil dengan julukan seperti itu. Saya lebih senang dipanggil dengan nama saja," kata pemain kelahiran 17 Januari 1991 tersebut.
Terlepas dari ketidaksukaannya, sebetulnya layak-layak saja Rasyid mendapat julukan itu. Kita tak cuma bicara soal performa apiknya saat melawan Bali United di ISC. Ini tentang perjalanan karier Rasyid yang memang tak pernah lepas dari PSM.
Kariernya dimulai dari Makassar Football School (2001-05). Dari sana bakatnya terendus hingga mampu menembus PSM U-15 pada 2016 dan bergabung dengan Makassar Utama setahun berselang. Pada 2011, dia dipromosikan ke tim senior PSM.
ADVERTISEMENT
PSM waktu itu dilatih oleh Petar Segrt dan Rasyid tak butuh waktu lama untuk mencuri atensinya. Di usia yang masih 20 tahun, dia berulang kali jadi pilihan utama lini tengah, bahu-membahu dengan Srecko Mitrovic dan David da Rocha.
Pada awal kemunculannya, jelas bakal ada yang menyandingkan Rasyid dengan Syamsul Bachri Chaeruddin, legenda PSM. Postur mereka kecil dan punya potongan rambut yang serupa. Keduanya juga memiliki gaya bermain yang sekilas mirip.
Di atas rumput lapangan, seperti Syamsul, Rasyid terkenal agresif, tak kenal lelah, dan cenderung keras. Lagi pula, dia memang memasukkan Syamsul ke daftar yang sama dengan Bima Sakti sampai Hariono sebagai inspirasi bermainnya.
Namun, kemiripan mereka tak benar-benar identik. Rasyid punya pembeda yang sekaligus jadi kelebihannya ketimbang Syamsul, yakni visi dalam merancang serangan. Saat gelandang serang PSM absen, dialah yang mengemban tugas itu.
ADVERTISEMENT
Pembeda lainnya adalah status Rasyid sebagai one man club di PSM. Ini status langka yang bahkan tak bisa dilakukan Syamsul. Rasyid lantas berdiri di antara nama-nama seperti Choirul Huda, Tinus Pae, hingga Kurnia Meiga.
Di Italia sana, status one man club adalah salah satu alasan mengapa Francesco Totti dijuluki 'Pangeran Roma'. Kalau begini, rasanya pantas saja Rasyid dijuluki 'Pangeran PSM', apalagi dia sama sekali tak berniat meninggalkan Makassar.
"Saya sudah bercita-cita jadi pemain PSM dari kecil. Jadi saat tanda tangan kontrak pada 2011, saya bertekad untuk tidak akan pernah meninggalkan PSM kecuali PSM sendiri yang sudah tidak membutuhkan saya lagi," ucap dia.
Pada 2019, Rasyid berhasil mempersembahkan gelar juara pertama buat PSM setelah puasa selama 19 tahun, yakni lewat torehan Piala Indonesia . Tugas berikutnya adalah membawa pulang trofi Liga Indonesia ke Mattoangin.
ADVERTISEMENT
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona . Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!