Matthijs De Ligt Tak Butuh Uang, tetapi Jam Terbang
ADVERTISEMENT
Mino Raiola memang bukan pesepak bola. Namun, ia adalah super agent. Kliennya adalah para pelakon sepak bola kelas elite.
ADVERTISEMENT
Sebagai agen, yang dipegangnya tidak hanya kepastian kontrak. Raiola juga menyimpan rapi tumpukan rahasia para klien.
Alasan tinggal atau angkat kaki maupun penyebab memilih klub A atau meninggalkan klub B yang disampaikan di konferensi pers hanya fragmen kecil dari seluruh rahasia yang disimpannya baik-baik.
Maka, jangan anggap enteng omongan yang meluncur keluar dari mulut Raiola. Begitu pula ketika ia bicara mengapa Matthijs de Ligt menolak Barcelona dan memilih Juventus pada bursa transfer musim panas 2019.
Selain Juventus, Barcelona menjadi salah satu klub yang dikabarkan gencar memburu tanda tangan De Ligt. Barcelona sepintas menjadi pilihan yang logis bagi De Ligt.
Pertama, Barcelona bukan klub yang keberatan untuk mengembangkan para pemain muda. Kedua, Barcelona bukan klub asing bagi para pesepak bola Belanda, termasuk untuk mereka yang kariernya dibesarkan oleh sepak bola Belanda. Fondasi yang dibangun oleh Johan Cruyff menjadi dasar asumsi kedua.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, Raiola punya pendapat berbeda. Baginya, yang dibutuhkan Matthijs De Ligt bukan lagi pembinaan pemain muda dan rasa aman karena bermain di klub yang karib dengan sepak bola Belanda.
"Barca berpikir begini: 'Oh, karena [Frenkie] De Jong datang, Matthijs [De Ligt] juga bakal datang.' Mereka memperlakukan Matthijs seperti barang murahan," ujar Raiola kepada Voetbal International.
"Alasan mereka menginginkan Matthijs ke sana [Barcelona] itu salah. Memangnya pemain seperti [Gerard] Pique mau menyerahkan posnya? Matthijs tidak tertarik dengan uang, ia ingin bertanding," jelas Raiola.
Dibandingkan dengan Barcelona, potensi De Ligt untuk bermain secara reguler di Juventus lebih pasti. Maurizio Sarri, menyukai skema yang menggunakan tiga bek tengah. Dari situ, De Ligt akan menjadi pelengkap sempurna dua bek tengah veteran Juventus, Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci.
ADVERTISEMENT
Jam terbang adalah perkara penting bagi De Ligt. Ia melakoni kariernya di Ajax Amsterdam tak hanya sebagai pemain reguler, tetapi juga kapten. Masa begitu pindah harus mengantre lama untuk turun arena?
Selain itu, De Ligt pernah menegaskan bahwa ia begitu mengapresiasi sepak bola Italia yang kental dengan seni sepak bola bertahan. Bagi Matthijs De Ligt , Juventus ibarat Harvard-nya pertahanan.
Di sisi lain, Raiola paham mengapa publik menilai Barcelona sebagai pilihan yang paling tepat bagi De Ligt. Menolak Barcelona adalah keputusan ganjil. Akan tetapi, Raiola agaknya mengenal De Ligt lebih baik ketimbang pundit dan transfer guru mana pun.
"Hampir semua orang di Belanda menganggap Barca sebagai klub Belanda, bukan klub asing. Dari situ, mereka menilai transfer ke Juventus sebagai penistaan. Mereka pikir Matthijs De Ligt harus menerima tawaran Barcelona," kata Raiola.
ADVERTISEMENT