Menanti Isi Kotak Kejutan Ole Gunnar Solskjaer

19 Desember 2018 15:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ole Gunnar Solskjaer, si 'Babyface Assassin'. (Foto: ANDREW YATES / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ole Gunnar Solskjaer, si 'Babyface Assassin'. (Foto: ANDREW YATES / AFP)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bila Manchester United adalah panggung mimpi, di mana Sir Alex Ferguson menjadi sutradaranya dan Eric Cantona adalah pelakon utamanya, maka Ole Gunnar Solskjaer adalah pembawa kotak berisi kejutan, yang tak jarang memberikan twist di tiap cerita yang digubah Ferguson.
ADVERTISEMENT
Drama di Camp Nou jadi mahakarya terbesar Solskjaer, saat mencetak gol di menit 90+3 yang menyempurnakan malam final Liga Champions 1999 itu. Membawa United comeback atas Bayern Muenchen sekaligus menciptakan treble satu-satunya dan pertama bagi tim Inggris.
"Solskjaer menjadi manajer sementara kami, 20 musim setelah meraih treble dengan gol itu di Camp Nou ..."
Tajuk di atas jadi judul video yang diunggah dalam situs resmi United. Pada video yang menayangkan aksi Solskjaer saat mencetak gol kemenangan di partai puncak Liga Champions itu. Meski akhirnya unggahan itu dihapus dan sejauh ini belum ada pengumuman resmi dari pihak United. Yang jadi poinnya, Solskjaer kini menjadi salah satu kandidat pelatih untuk menggantikan Jose Mourinho yang baru saja turun jabatan kemarin.
ADVERTISEMENT
Legenda United, Ole Gunnar Solskjaer. (Foto:  AFP/ANDREW YATES)
zoom-in-whitePerbesar
Legenda United, Ole Gunnar Solskjaer. (Foto: AFP/ANDREW YATES)
Sebagaimana diungkap di atas, bahwa Solskjaer merupakan pemain yang jauh dari hingar bingar kala didatangkan Sir Alex Ferguson pada Juli 1996 atau saat usianya masih menginjak 23 tahun. Pemain cadangan, demikian ekspektasi yang ada di benaknya. Maklum saja, saat itu United masih punya Cantona, Andy Cole, dan striker gaek, Brian McClair, di lini depan.
Tak banyak yang tahu, dan tak sedikit juga yang tak mau tahu tentang pemuda kelahiran Kristiansund itu. Para penggemar United sedang menikmati isu tim kesayangannya yang getol mengejar Alan Shearer. Meski pada akhirnya mereka harus gigit jari karena Shearer memilih berlabuh ke Newcastle United.
Namun, Solskjaer langsung menjawabnya di musim perdananya. Total 18 gol berhasil digelontorkannya di Premier League dalam 33 laga.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, keajaiban itu cuma berfungsi saat Solskjaer memegang bola. Tuahnya luntur setelah gantung sepatu dan beralih profesi sebagai pelatih. Cardiff City yang ditanganinya finis di posisi paling buncit klasemen akhir Premier League 2013/14. Selama mengambil alih di pertengahan musim, cuma masing-masing tiga kemenangan dan imbang yang bisa dipetik The Bluebirds, sedangkan 12 sisanya berujung kekalahan.
Durasi kekuasaan Solskjaer juga tak bertahan lama usai terdemosi dari Premier League. Setelah mengumpulkan 7 angka dalam tiga pekan awal Divisi Championship, Cardiff mulai oleng, hanya sebiji angka yang mereka raup dari pekan keempat hingga pekan kedelapan. Alhasil, Cardiff pun mengakhiri kerja samanya dengan Solskjaer.
Setelah setahun menganggur, Solskjaer kemudian pulang ke Molde, klub pertama yang dilatihnya. Bila tolok ukur kesuksesan adalah trofi, dia sudah mencapainya semasih membeset bersama kesebelasan asal Norwegia tersebut dari 2010 hingga 2014.
ADVERTISEMENT
Dua titel Tippeligaen, liga paling elite di Norwegia, dan Piala Norwegia sudah pernah disabetnya. Tetapi, tetap saja, CV itu tak cukup meyakinkan untuk menuntun United mengarungi kerasnya persaingan di Premier League.
Namun, Solskjaer bukan pelatih selemah itu, kok. Justru dia memiliki apa yang tak dipunyai Mourinho: kedekatan dengan klub. Bukan cuma sebagai pemain, tetapi juga pengalamannya menjadi arsitek tim reserve United pada Mei 2008, setahun setelah memutuskan pensiun.
Prestasinya tak sembarangan, Solskjaer sukses membawa tim cadangan United juara Premier League Reserve. Solskjaer pula yang kala itu menangani Paul Pogba muda selama dua setengah tahun lamanya.
Pada Agustus lalu, Solskjaer pernah menyiratkan Pogba sebagai pilar penting dalam skuatnya, sambil berandai bila dia benar-benar ditunjuk United sebagai pelatih utama.
ADVERTISEMENT
"Saya akan (membangun tim di sekitarn Pogba), kualitasnya sama sekali tidak diragukan. Itu menunjukkan seberapa besar anak itu nantinya. Paul adalah anak yang fantastis, semoga kami (United dan Mourinho) dapat membangun tim di sekelilingnya dan membuatnya tetap di sini," kata Solskjaer seperti dilansir Manchester Evening News.
Ole Gunnar Solskjaer (Foto: Daniel Mihailescu / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ole Gunnar Solskjaer (Foto: Daniel Mihailescu / AFP)
Salah satu resep untuk membuat klub berjaya, ya, dengan memaksimalkan para pemain bintangnya. Sialnya, hal ini tak mampu ditangani dengan baik oleh Mourinho.
Keretakannya dengan Pogba telah menjadi konsumsi publik. Pemain berusia 25 tahun itu cenderung aktif dalam mengkritisi gaya permainan Mourinho yang terlampau defensif. Sistem yang kemudian menghambat pendarnya sebagai gelandang yang rajin muncul dari lini kedua.
Mourinho pun membalasnya dengan mencopot jabatan kapten kedua United. Hingga akhir pemerintahannya, sikapnya dengan Pogba juga belum membaik. Toh, Mourinho tak menurunkan Pogba dalam dua laga Premier League terakhir, termasuk saat termasuk di laga penting versus Liverpool akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Pogba pun juga sempat menanggapi kepergian Mourinho dengan mengunggah foto dengan gesture sinis. Kendati telah dihapus, tak lantas meredam asumsi publik akan kebahagiaan Pogba setelah Mourinho angkat kaki. Gary Neville, salah satu personel The Class of '92, bahkan mengungkapkan bila Pogba tengah berdansa di atas kuburan Mourinho.
"Ini bukan hal yang pribadi, tetapi Paul Pogba sudah kehilangan kepercayaan dengan manajer--tidak percaya padanya, tidak menyukainya, tidak berpikir dia adalah pelatih yang baik, mungkin," kata Neville kepada Sky Sports.
Paul Pogba dan Jose Mourinho di laga Manchester United vs West Ham. (Foto: Reuters/Eddie Keogh)
zoom-in-whitePerbesar
Paul Pogba dan Jose Mourinho di laga Manchester United vs West Ham. (Foto: Reuters/Eddie Keogh)
Konsep demikian jelas bertenangan dengan apa yang dilakukan Barcelona kepada Lionel Messi, atau Juventus yang mengistimewakan Cristiano Ronaldo. Karena jalur paling simpel dalam mendongkrak performa tim adalah dengan menjaga perasaan pemain bintang dan memanjakannya dengan baik.
ADVERTISEMENT
Nah, perpektif inilah yang membuat pemilihan Solskjaer bisa menjadi tepat guna. Tentang kelebihannya dalam membangun kedekatan dan kepercayaan segenap pemain dan para pendukung United. Lagipula 'Iblis Merah' belum memaksimalkan dengan baik bakat Pogba sejak ditebus dengan mahar sebesar 89,3 juta poundsterling--termahal di dunia saat itu--kala diboyong dari Juventus dua musim silam.
Perlu diingat, Zinedine Zidane awalnya juga bukan pelatih yang spesial sebelum dipilih menjadi nakhoda Real Madrid. Modal kedekatannya sebagai mantan pemain dan pengasuh tim muda El Real akhirnya terbayar dengan tiga titel Liga Champions beruntun.
See? Jadi tak ada salahnya untuk memercayai isi kotak yang bakal dibawa Solskjaer sebagai pelatih United nanti, bukan?
ADVERTISEMENT