Red Bull Depok, Bakal Terealisasi atau Cuma Sekadar Konsep yang 'Wah'?

15 April 2020 19:59 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Red Bull Depok bermimpi seperti Red Bull Salzburg (Bundesliga Austria). Foto: REUTERS/Francois Lenoir
zoom-in-whitePerbesar
Red Bull Depok bermimpi seperti Red Bull Salzburg (Bundesliga Austria). Foto: REUTERS/Francois Lenoir
ADVERTISEMENT
Kemunculan Red Bull Depok lumayan mencuri perhatian publik. Yah, semacam intermezzo di tengah masifnya informasi soal virus corona.
ADVERTISEMENT
Baru muncul di Instagram pada 3 April, Red Bull Depok bikin orang penasaran. Apalagi mereka mengklaim akan tampil di Liga 3 Regional Jawa Barat tahun ini.
Beragam respons berdatangan. Dari yang menilai hanya sensasi dan bohongan sampai menyambutnya dengan penuh gairah.
Buktinya bisa dilacak dari sosial media. Ketika pertama kali meluncurkan, Red Bull Depok cuma punya pengikut puluhan di Instagram. Per Rabu (15/4/2020), pengikutnya melonjak drastis ke angka 6.000.
Unggahan preorder jersey kandang pun disambut luar biasa. Menurut Diddy Kurniawan—Humas Red Bull Depok—pesanan jersey sudah mencapai seribu lebih.
kumparanBOLA mencoba menghimpun informasi untuk melihat seberapa menarik Red Bull Depok ini. Ternyata, mimpinya segudang.
Langkah awal supaya bisa main di Liga 3 ialah mengakuisisi sebuah tim Liga 3 Regional Jawa Barat. Kemudian mencari pengakuan dari Asosiasi Kota (Askot) PSSI Depok dan Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jawa Barat.
Logo Red Bull Depok. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
“Kami akan peluncuran virtual pada 28 April setelah PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) Kota Depok selesai. Proses akuisisi masih belum tuntas. Namun, responsnya besar banget,” tutur Diddy kepada kumparanBOLA.
Susunan manajemen, pelatih, dan pemain sudah dibentuk meski belum sempurna. Kandang sudah disiapkan, antara Stadion Merpati dan Stadion Mahakam.
Dua stadion yang dirasa masih layak untuk berkompetisi di Liga 3 dan Liga 2. Kalau berhasil tembus ke Liga 1, Red Bull Depok bermimpi punya kandang berstandar internasional yang rencananya sudah berdiri di Depok pada 2024.
“Manajemen banyak diisi orang lama sepak bola. Sebagian pemain sudah direkrut. Pelatih asing kami berasal dari Afrika dan sekarang sedang di Eropa. Kami juga komunikasi terus dengan Pemerintah Kota Depok terkait stadion standar internasional. Rencananya dibangun di timur Depok,” kata Diddy.
ADVERTISEMENT
Itu masih sebagian mimpinya. Lalu, bagaimana soal pengelolaan klub? Sudah menjadi rahasia umum kalau ngurusin klub itu bukanlah perkara gampang.
Diddy kemudian menceritakan ke pemilihan nama Red Bull. Manajemen akan belajar langsung bagaimana Red Bull mengelola klub-klub di dataran Eropa hingga Amerika.
Mengurus klub kecil hingga jadi besar. Semangat itu yang ingin dibawa ke Red Bull Depok.
“Dari esensi namanya, kami ingin ada spirit Red Bull yang sudah kami kagumi. Red Bull selalu masuk ke klub yang ada di level kompetisi bawah. Tidak ujug-ujug nyomot klub yang sudah di atas," lanjut Diddy.
"Sekarang di Depok belum ada yang betul-betul representatif (untuk didukung). Orang Depok malah mendukung tim lain, kok. Kami ingin Red Bull Depok jadi tim yang layak didukung. Kami juga berani bertaruh ada minimal lima ribu suporter waktu kami tampil nanti di Liga 3.”
ADVERTISEMENT
“Yang bikin klub hidup itu cuma dua, prestasi dan suporter. Menjaga keseimbangan antara prestasi dan suporter pastinya akan mendatangkan sponsor,” ujar Diddy.
Keyakinannya begitu tinggi, ya. Janji meraih prestasi dan mampu memanajemen suporter sudah diapungkan di awal.
Ngomong-ngomong, bermimpi menjadi seperti Red Bull Leipzig di Jerman, Red Bull Salzburg di Austria, atau New York Red Bull di Amerika Serikat boleh saja. Namun, benarkah Red Bull ‘buka cabang’ di Depok?
Soalnya, penamaan Red Bull Depok dan pemakaian logo tentunya tidak boleh asal comot. Produsen minuman berenergi asal Austria itu tentu bisa gerah bila ada yang mengambil cuma-cuma nama dan logonya.
Ketika dikonfirmasi, nyatanya ada penjajakan untuk ke arah kerja sama dengan Red Bull, tapi belum sepakat.
ADVERTISEMENT
“Tim kami juga sudah bergerak ke Eropa (Austria). Kami tahu, Red Bull itu sebuah merek produk minuman berenergi. Pelatih kami pun ada di bawah naungan Red Bull. Bicara nama, sebetulnya ‘kan masih bisa berubah. Apalagi setelah akuisisi selesai, nama klub yang kami akuisisi masih menempel,” kata Diddy.
Tidak sabar menunggu babak baru Red Bull Depok. Bila kemitraan berhasil terjalin, artinya Red Bull punya ‘cabang’ di Liga Indonesia, khususnya Liga 3.
---
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!