Reuni dengan Milan dan Rekognisi Ancelotti sebagai Orang Selatan

24 Agustus 2018 6:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Carlo Ancelotti, pelatih terbaru Napoli. (Foto: REUTERS/Clodagh Kilcoyne)
zoom-in-whitePerbesar
Carlo Ancelotti, pelatih terbaru Napoli. (Foto: REUTERS/Clodagh Kilcoyne)
ADVERTISEMENT
Minggu (26/8/2018) dini hari WIB adalah hari spesial untuk Carlo Ancelotti. Sosok yang akrab disapa Carletto ini tak cuma bakal melakoni laga kandang pertama bersama Napoli, tetapi juga bereuni dengan klub lawasnya, AC Milan.
ADVERTISEMENT
Milan memang memiliki tempat spesial dalam perjalanan karier Ancelotti. Pertama, dia menghabiskan lima tahun di San Siro sebagai pemain. Sejumlah gelar bergengsi disumbangkan pria kelahiran Reggiolo ini, termasuk dua trofi Liga Champions dan satu gelar Piala UEFA--kini Liga Europa.
Cerita manis kembali dituliskan Ancelotti ketika menangani Milan dari 2001 sampai 2009. Dia memenangi dua gelar Liga Champions dan satu titel juara Serie A.
Kemesraan tersebut coba dilupakan Ancelotti menjelang duel kedua tim di San Paolo nanti. Dia mengabaikan masa lalunya di Milan dan fakta bahwa dirinya lahir di Italia bagian utara.
Ancelotti bersama Paolo Maldini. (Foto: AFP/Stringer)
zoom-in-whitePerbesar
Ancelotti bersama Paolo Maldini. (Foto: AFP/Stringer)
Bagi Ancelotti, dirinya sekarang merepresentasikan Napoli dari selatan Italia. Ya, klub-klub dari selatan macam Napoli dan AS Roma dikenal memiliki hasrat untuk mengguncang kemapanan tim-tim kaya di utara seperti Juventus, AC Milan, serta Inter Milan.
ADVERTISEMENT
"Saya menumbuhkan mimpi untuk bekerja di selatan saat bertandang ke San Paolo pada 1988. Tribune yang ramai dan riuh membuat saya kehabisan kata-kata. Dengan tawaran Presiden Aurelio De Laurentiis, saya mewujudkannya," kata Ancelotti kepada La Repubblica.
"Ada keyakinan besar akan proyek dan kualitas Napoli. Mereka memang belum menaiki podium, tetapi sudah sangat dekat. Semoga pengalaman yang saya miliki bisa membantu," tuturnya menambahkan.
Maradona di perempat final  PD 1986. (Foto: STAFF / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Maradona di perempat final PD 1986. (Foto: STAFF / AFP)
Periode yang disinggung Ancelotti memang bukan periode biasa. Hadir Diego Maradona yang menyumbangkan dua gelar Serie A untuk Napoli. Kurun itu juga menjadi salah satu momen ketika tim Selatan mematahkan dominasi dari utara.
Tertulis di buku Football Villains karya Owen A. McBall, rakyat Napoli berpesta besar ketika Italia Selatan mengalahkan Italia Utara ketika itu. Kemenangan ini begitu berkesan sehingga Maradona begitu dipuja.
ADVERTISEMENT
Cinta suporter Napoli semakin besar karena Maradona menceminkan stereotip masyarakat Italia Selatan. Orang-orang dari sana dikenal memiliki watak keras dan sikap kasar. Ditengarai karakter tersebut tak lepas dari orang-orang Mediterania yang banyak menetap di wilayah ini pada masa lampau.
Ekspresi kepuasan Gattuso. (Foto: MARCO BERTORELLO / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi kepuasan Gattuso. (Foto: MARCO BERTORELLO / AFP)
Menariknya, karakter serupa terpancar dari Gennaro Gattuso yang lahir di Italia Selatan, tepatnya Corigliano Calabro. Gattuso merupakan salah satu pemain kesayangan Ancelotti ketika membela Milan dan kini menduduki kursi pelatih I Rossoneri.
"Gattuso masih sama. Lihat saja permainan Milan yang begitu fokus, terorganisasi, dan agresif. Sama seperti Gattuso ketika bermain. Melalui gairah besarnya, dia menyatukan semua anggota tim," ucap Ancelotti.
Nah, pertandingan di San Paolo juga akan menjadi duel pertama antara Ancelotti dan Gattuso. Mampukah pengalaman panjang Ancelotti di utara membawa Napoli berjaya? Atau, jangan-jangan malah Milan memetik kemenangan berkat karakter ala selatan dalam diri Gattuso.
ADVERTISEMENT