Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
ADVERTISEMENT
Sebanyak 10 pemain Martapura FC mengadu ke Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI ) karena gajinya tak dibayar oleh klub. Kasus sengketa ketenagakerjaan antara pemain dan Martapura FC bukan kali pertama ini terjadi.
ADVERTISEMENT
Musim lalu, Martapura FC juga lalai membayar gaji dua pemainnya. Setelah ada komunikasi dari APPI, akhirnya kasus tersebut selesai.
Sekarang, klub berjuluk 'Laskar Sultan Adam' tersebut kembali diterpa masalah serupa. Gaji 10 pemain untuk tengah musim pertama masih menunggak.
“Tahun ini, kami meminta segera diselesaikan secepatnya. Kami sudah menunggu, tapi ternyata tidak ada penyelesaian. Mekanismenya cicilan dan nilainya kecil. Pemain menolak,” tutur Mohamad Hardika Aji, Sekjen APPI, saat dihubungi kumparanBOLA.
APPI berupaya menyelesaikan kasus tunggakan gaji dengan mendorong masuk ke NDRC (National Dispute Resolution Chamber) PSSI. Pasalnya, peristiwa tersebut terjadi pada paruh musim pertama ketika NDRC belum terbentuk.
“Kami butuh kekuatan PSSI. APPI sudah menyurati PSSI untuk memasukkan ke NDRC sekarang. Kami juga sudah meminta audiensi, tapi PSSI menjawab akan melakukannya setelah SEA Games 2019. Padahal, kami sudah melapor sebulan lalu,” kata Aji, Kamis (5/12/2019).
ADVERTISEMENT
Aji lebih lanjut menuturkan Martapura FC harus segera menyelesaikan sengketa tersebut. Soalnya, APPI sudah menembuskan surat laporan ke Kemenpora yang memandatkan BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) untuk menyelidiki perjanjian kontrak pemain.
Bila tidak selesai, buntutnya bakal panjang. BOPI bisa saja meminta operator liga (PT Liga Indonesia Baru) mencoret Martapura FC dari musim kompetisi 2020. Atau, pahit-pahitnya izin rekomendasi Liga 2 tak keluar.
Tak cuma itu, APPI sudah memasang kuda-kuda untuk membawa kasus kelalaian pembayaran gaji ini ke pengadilan negeri. “Ya, tindak lanjutnya seperti kasus-kasus sebelumnya,” ujar Aji.
Perjanjian kontrak pemain dan klub memang menjadi sorotan APPI dan BOPI. Masalahnya, kasus sengketa ketenagakerjaan ini selalu berulang.
Standar kontrak pemain yang dibuat pada 2017 nyatanya belum diterapkan banyak klub. APPI mengalkulasi baru sedikit klub yang menerapkan standar kontrak pemain sesuai NDRC.
ADVERTISEMENT
“Surat kontrak saat ini masih bermacam-macam. Padahal, NDRC pada 2017 sudah membuat standar. Isinya meliputi hak dan kewajiban, asuransi, branding pemain, klausul cedera, penyelesaian sengketa seperti apa, serta persyaratan kapan pemain bisa teken kontrak di klub baru. Standar kontrak itu sudah diketok palu oleh FIFA. Ada, sih, beberapa klub yang sudah menerapkan,” kata Aji.
APPI menegaskan standar kontrak pemain yang dibuat NDRC menjadi keharusan pada musim liga 2020. Sudah tidak ada lagi alasan klub membuat perjanjian seenaknya.
“Kompetisi profesional musim depan harus memakai standar kontrak pemain. Awal musim depan, produk buatan bersama yang disetujui FIFA ini harus diterapkan. Kalau tidak, kami bisa melaporkan ke FIFA,” tutur Aji.
Terlepas dari kasus Martapura FC, ternyata APPI tengah menyelidiki beberapa sengketa ketenagakerjaan pemain dan klub. Sementara 19 kasus serupa sudah diproses APPI .
ADVERTISEMENT
“Di klub Liga 1 ada sekitar tiga tim yang bermasalah. Kami akan mendorong penyelesaian sebelum kompetisi 2019 kelar. Jika dihitung, ada sekitar delapan klub lagi dengan kasus sama,” terang Aji.