Sepak Bola Perempuan di Vatikan: Inklusi untuk Melawan Relasi Kuasa

15 Mei 2019 14:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sepak bola biarawati. Foto: AFP/Luis Robayo
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sepak bola biarawati. Foto: AFP/Luis Robayo
ADVERTISEMENT
Belum banyak waktu berlalu sejak pengakuan yang sebenarnya tidak mengejutkan itu meluncur dari bibir Paus Fransiskus. Februari silam, menyusul pemberitaan dari majalah Women Church World tentang kekerasan seksual yang dialami para biarawati Katolik, Paus Fransiskus mengakui kebenaran reportase tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam reportase itu dipaparkan bagaimana biarawati menjadi korban kekerasan struktural nan sistemik yang dilakukan oleh para pendeta. Akibatnya, banyak dari mereka yang terpaksa melakukan aborsi. Padahal, menurut ajaran Katolik, aborsi diharamkan.
Women Church World sendiri merupakan majalah bulanan terbitan Vatikan yang didistribusikan sepaket dengan surat kabar harian L'Osservatore Romano. Selain memberitakan soal kekerasan seksual tersebut, Women Church World juga menyertakan pendapat Paus Fransiskus mengenai permasalahan ini.
Dalam artikel yang ditulis editor Women Church World, Lucetta Scaraffia, itu disebutkan bahwa Paus Fransiskus sadar betul akan apa yang terjadi pada para biarawati tersebut. Paus Fransiskus pun menyebut bahwa akar dari permasalahan ini adalah relasi kuasa antara pendeta dan biarawati yang tidak sehat, di mana perempuan masih dianggap sebagai warga kelas dua.
ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke Myanmar. Foto: AFP/Lillian Suwanrumpha
Scaraffia menulis, "Analisis Paus Fransiskus tentang kekerasan ini sangat membantu. Jika kita berbicara soal kekuasaan, utamanya soal kekuasan berbasis agama, kekerasan terhadap para biarawati akhirnya bisa dipandang sebagai penyalahgunaan kekuasaan di mana sebuah sentuhan menjadi pelanggaran terhadap keintiman personal."
Beberapa hari setelah artikel ini terbit, dalam kunjungan bersejarah ke Timur Tengah, Paus Fransiskus buka suara. Sosok kelahiran Argentina itu mengakui bahwa kekerasan seksual adalah masalah kronis di Gereja Katolik. Namun, kata Paus Fransiskus, Gereja Katolik saat ini sedang berupaya untuk melakukan perbaikan.
"Ini adalah jalan yang sedang kami tempuh. Paus Benediktus berani membubarkan kongregasi perempuan yang menjadi korban perbudakan, bahkan sudah sampai taraf perbudakan seksual, oleh para pendeta atau pendirinya," kata Paus Fransiskus seperti dikutip dari BBC.
ADVERTISEMENT
***
Tak seberapa lama setelah pemberitaan Women Church World tadi menggegerkan dunia, sebuah langkah konkret diambil oleh Vatikan sebagai bentuk dukungan terhadap pemberdayaan perempuan yang diinisiasi oleh Paus Fransiskus sendiri. Selasa, 14 Mei 2019, diumumkan bahwa Vatikan secara resmi telah membentuk tim sepak bola perempuan.
Tim sepak bola perempuan itu berisikan para perempuan yang bekerja di sana atau istri dan anak dari para pekerja laki-laki. Para pekerja perempuan itu umumnya bekerja di pemerintahan, termasuk kantor pos dan fasilitas kesehatan. Meski begitu, sampai sejauh ini, belum ada biarawati yang bergabung untuk jadi anggota tim.
Turnamen sepak bola di Vatikan, Clericus Cup. Foto: AFP/Vincenzo Pinto
Pembentukan tim sepak bola perempuan itu, seperti dikatakan anggota asosiasi olahraga Vatikan, Danilo Zennaro, mendapat restu langsung dari Paus Fransiskus. "Kami sudah memiliki tim laki-laki selama 48 tahun sehingga sudah sepantasnya kami menawarkan kesempatan kepada para perempuan yang bekerja di Vatikan untuk memainkan olahraga ini," kata Zennaro seperti dilansir The Guardian.
ADVERTISEMENT
"Ada 800 perempuan yang bekerja di Vatikan. Tim ini sendiri 60 persennya merupakan pegawai Vatikan, 20 persennya merupakan istri pegawai Vatikan, dan sisanya adalah anak dari para pegawai," tambahnya.
Dalam tim sepak bola perempuan ini, hampir seluruh pemainnya merupakan amatir. Kendati begitu, ada tiga pemain yang sebelumnya sudah pernah merasakan kompetisi sepak bola pro, termasuk pemain asal Kamerun yang menjabat sebagai kapten tim, Eugene Tcheugoue. Tim ini sendiri diasuh oleh sekretaris Asosiasi Sepak Bola Vatikan, Susan Volpini.
Sebagai bagian dari rencana untuk mempromosikan tim ini, sebuah pertandingan persahabatan menghadapi tim Serie A, AS Roma, sudah dipersiapkan. Roma sendiri merupakan tim yang baru dibentuk pada awal musim 2018/19 tetapi langsung mampu finis urutan keempat, di bawah Juventus, AC Milan, dan Fiorentina. Pelatih mereka, Elisabetta 'Betty' Bavagnoli, pun lantas dinobatkan sebagai pelatih terbaik musim 2018/19.
ADVERTISEMENT
Pertandingan persahabatan itu rencananya digelar pada akhir Mei ini dan Zennaro merasa antusias menghadapi laga tersebut. "Ini adalah tantangan mahaberat tetapi kami berharap bisa belajar dari sana. Kalaupun kami kalah 30-0, itu bukan masalah." Setelah uji tanding ini, Timnas Perempuan Vatikan bakal mengikuti sebuah turnamen yang dihelat di Wina, Austria, bulan Juni.
Tim Sepak Bola Perempuan Vatikan Foto: Sport in Vaticano
Tim sepak bola perempuan Vatikan ini merupakan langkah besar kedua Vatikan di dunia olahraga pada tahun 2019. Sebelumnya, pada Januari, mereka telah membentuk tim atletik yang dipersiapkan untuk mengikuti berbagai turnamen internasional.
Dalam tim atletik itu sendiri, biarawati sudah turut ambil bagian. Zennaro pun membuka kesempatan bagi para biarawati itu untuk bergabung ke dalam tim sepak bola yang baru ini. "Kami membuka pintu selebar-lebarnya bagi para biarawati. Namun, ada syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk bisa bergabung di sini. Yakni, mereka harus menjadi pegawai Vatikan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
***
Sebenarnya, ada perbedaaan mendasar antara Vatikan dan Takhta Suci Gereja Katolik. Vatikan adalah negara berdaulat yang dibentuk berdasarkan perjanjian antara Gereja Katolik dan Kerajaan Italia pada 1929 silam. Maka dari itu, mereka yang bekerja di Vatikan belum tentu merupakan bagian dari Gereja Katolik.
Namun, karena Vatikan sendiri dibentuk untuk mengakomodasi kepentingan Gereja Katolik, dua institusi ini sebenarnya tidak bisa dipisahkan. Itulah mengapa, selain menjabat sebagai Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus saat ini juga berstatus sebagai Kepala Negara Vatikan. Itulah mengapa pula, pembentukan tim sepak bola perempuan Vatikan itu bisa juga dilihat sebagai sebuah langkah yang dilakukan oleh Gereja Katolik.
Kardinal Jorge Maria Bergoglio, sebelum dinobatkan menjadi Paus Fransiskus, memamerkan vandel San Lorenzo. Foto: AFP
Sulit memprediksi impak seperti apa yang akan timbul dari pembentukan tim sepak bola perempuan ini. Apalagi, persepakbolaan di Vatikan memang tidak mendapatkan banyak ekspos. Di sini, yang paling bisa memberikan sorot lampu kepada tim tersebut adalah Paus Fransiskus sendiri.
ADVERTISEMENT
Sedari awal, tim ini adalah tim bentukan Paus Fransiskus. Tim ini dibentuk karena Sri Paus memang peduli terhadap pemberdayaan perempuan. Kebetulan pula, sosok berusia 82 tahun itu punya nama cukup tenar di dunia olahraga.
Ketika terpilih pada 2013, kegemaran Paus Fransiskus—yang bernama asli Jorge Mario Bergoglio itu—terhadap sepak bola jadi salah satu hal paling menarik perhatian publik. Di Argentina sana, Paus Fransiskus dikenal sebagai suporter klub San Lorenzo. Selama ini, figur-figur tenar sepak bola pun rajin berkunjung ke Vatikan untuk meminta restu darinya.
Selain dekat dengan olahraga, Paus Fransiskus juga dikenal sebagai sosok yang memiliki pandangan-pandangan menyegarkan. Kunjungannya ke Timur Tengah tadi adalah salah satu contoh betapa terbukanya pikiran Paus pertama dari Orde Jesuit ini. Bagi Paus Fransiskus, inklusi adalah kunci perdamaian dunia, termasuk yang berbasis gender.
ADVERTISEMENT
Citra sebagai penggemar olahraga yang mengedepankan inklusivitas inilah yang membuat Paus Fransiskus bisa jadi sosok sentral dalam kampanye pemberdayaan perempuan via tim sepak bola Vatikan. Walau demikian, sejauh mana ini semua bisa berbuah pada perubahan konkret, utamanya di Gereja Katolik sendiri, juri belum bisa memberikan penilaian final.