Superioritas Madrid di Atas Kemalangan Juventus

4 Juni 2017 7:36 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ronaldo dengan trofi Liga Champions. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Ronaldo dengan trofi Liga Champions. (Foto: Reuters/Carl Recine)
Real Madrid sukses mengukuhkan diri sebagai raja Eropa setelah sukses membenamkan Juventus 4-1 pada babak final Liga Champions, Minggu (4/6/2017) dini hari WIB, di Stadion Millennium, Cardiff. La Vecchia Signora memang sempat menyamakan kedudukan melalui Mario Mandzukic setelah Cristiano Ronaldo membuka keunggulan bagi Madrid, namun gol-gol Casemiro dan Marco Asensio, ditambah satu gol tambahan dari Ronaldo membenamkan Juventus dengan skor 4-1.
ADVERTISEMENT
Berikut hal menarik yang berhasil ditangkap oleh kumparan (kumparan.com).
1) Real Madrid adalah Raja di Eropa
Tak ada yang bisa memungkiri bahwa Real Madrid adalah raja di Eropa. Bagaimana tidak, melalui kemenangan tersebut klub kebanggaan ibu kota Spanyol itu makin mengukuhkan diri sebagai tim yang paling sering merengkuh "Si Kuping Besar" dengan sebanyak 12 kali. Unggul jauh dari AC Milan di peringkat kedua yang baru 7 kali memenanginya.
Hebatnya lagi, El Real sukses keluar sebagai juara sebanyak tiga kali dari empat edisi termutakhir. Selain itu, Madrid juga berhasil menjadi tim pertama dalam sejarah yang sukses mempertahankan gelar juara Liga Champions dalam format modern.
ADVERTISEMENT
2) Musim yang Lengkap untuk Ronaldo
Gelar pahlawan memang cocok disematkan kepada Ronaldo pada partai final kali ini. Sepasang gol yang disarangkannya cukup untuk membenamkan Juventus dan memastikan Madrid keluar sebagai juara. Menariknya, dua gol tersebut membuat Ronaldo kini telah menembus 600 gol sepanjang kariernya.
Selain itu keberhasilannya memboyong trofi Liga Champions itu juga menggenapi titel La Liga, Piala Dunia Antarklub, Pemain Terbaik Pria FIFA, serta Euro 2016 yang diraihnya dalam tempo 12 bulan saja.
3) Zidane Sang Maestro
Sebagai seorang pelatih, awalnya Zidane tak bisa dibilang matang. Dia hanya menjabat sebagai pelatih Real Madrid Castilla dan asisten pelatih Real Madrid sebelum akhirnya diangkat menjadi pelatih utama El Real.
ADVERTISEMENT
Namun, Zidane tak butuh kursus yang lama untuk membuktikan bahwa dirinya juga maestro taktik. Setelah sukses mengantar Madrid menjuarai Liga Champions musim lalu, ayah dari Enzo Zidane itu berhasil mengulangi keksuksesannya di tahun ini, menyamai torehan emas Arrigo Sacchi bersama AC Milan di edisi 1988/1989 dan 1989/1990.
Kini Zidane total telah mengumpulkan trofi La Liga, Piala Dunia Antarklub, Piala Super Eropa, ditambah sepasang titel Liga Champions. Semua itu diraihnya dalam kurun waktu kurang dari dua tahun.
4) Juventus yang Hobi Runner-up
Cap kuda hitam tak lagi tersemat kepada Juventus di babak final Liga Champions kali ini. Bukti penguatnya adalah penampilan meyakinkan di babak sebelumnya, termasuk kala sukses menyingkirkan Barcelona di babak perempat final. Selain itu, catatan 9 clean sheet dan tak terkalahkan dalam 12 laga di ajang paling elite bagi klub-klub Eropa tentu jadi bekal kuat untuk menjungkalkan Madrid yang sempat mengalami inkonsistensi.
ADVERTISEMENT
Tapi itu semua hanyalah harapan kosong. Juventus kembali gagal di partai puncak. Kegagalan tersebut adalah yang ketujuh dalam sembilan kali penampilan di final atau kelima kalinya secara beruntun.
5) Malangnya Nasib Buffon
Sebagai penjaga gawang, eksistensi Gianluigi Buffon tiada tara. Di usianya yang sudah menginjak 39 tahun, dirinya masih bermain secara reguler dan tampil impresif. Trofi Piala Dunia, Piala UEFA, Serie A dan Coppa Italia adalah beberapa imbalan atas prestasi yang diukirnya.
Namun sayang, Liga Champions adalah satu-satunya gelar bergengsi yang belum pernah diraihnya. Tiga kali tampil di final Liga Champions dan semuanya kandas rasanya sudah lebih dari cukup untuk menggambarkan perasaannya.
ADVERTISEMENT