Yudi Nurcahya, Wasit Lisensi FIFA Bergelar Magister Pendidikan

1 Juli 2020 11:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wasit Yadi Nur Cahya. Foto: Dok. PSSI
zoom-in-whitePerbesar
Wasit Yadi Nur Cahya. Foto: Dok. PSSI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dunia si kulit bundar Indonesia pernah memasuki titik nadir manakala dalang pengaturan pertandingan dikerangkeng. Artinya, match fixing dan match setting yang selama ini bak kentut--berbau tapi tak berwujud--benar adanya.
ADVERTISEMENT
Sang dalang dengan lihai memainkan wayangnya untuk mengubah sepak bola menjadi sinetron. Salah satu wayang yang bermain adalah wasit.
Ya, wasit menjadi ladang basah dalam perputaran uang haram di atas lapangan hijau. Posisinya menegakkan regulasi sangat strategis disalahgunakan.
Namun, tak semua wasit di Indonesia bejat. Masih terdapat sejumlah sosok yang menjadi anomali, salah satunya adalah Yudi Nurcahya.
Sudah dua tahun terakhir, Yudi memperoleh lisensi FIFA. Ia menjadi satu dari hanya tiga wasit Indonesia berlisensi FIFA, selain Thoriq Alkatiri dan Dwi Purba.
Kapabilitas Yudi dalam memimpin juga sudah diakui. Musim lalu, ayah seorang anak ini terpilih sebagai wasit terbaik Liga 1 dengan memimpin sebanyak 17 laga.
Kualitas Yudi juga diakui di dunia internasional. Pada tahun ini, ia menyusul Thoriq setelah berhasil merangsek di jajaran wasit Elite Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).
ADVERTISEMENT
Dengan statusnya itu, ia kini berhak memimpin laga internasional di bawah bendera AFC seperti laga tim nasional se-Asia, AFC Champions League, dan Piala AFC.
Tak hanya di lapangan, Yudi nyatanya juga mengukir prestasi di dunia pendidikan. Ia bahkan kini menyandang gelar Magister Pendidikan setelah menyelesaikan S2 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung.
“Saya sebelumnya ambil jurusan pendidikan kepelatihan olahraga S1 di UPI, lalu lanjut S2 ambil pendidikan olahraga, di UPI juga,” ujar Yudi ketika berbincang dengan kumparan, Rabu (1/7).
Pemain PSM Makassar Osas Saha menendang bola ke arah gawang Shan United pada pertandingan lanjutan Grup H Piala AFC di Stadion Madya GBK, Jakarta, Rabu (26/2). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
“Saya juga sekarang mengajar di UPI sebagai dosen sejak 2017. Waktu tahun 2016, saya ikut tes jadi asisten dosen dan diterima. Alhamdulillah, sekarang sudah jadi dosen tetap,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Yudi mengaku sudah mencintai dunia pendidikan sejak dahulu. Sebelum menjadi dosen, ia juga pernah menjadi guru honorer di Sekolah Dasar selama tiga tahun.
Baginya, menjadi guru sama beratnya ketika menjalani profesi sebagai wasit. Karena, ada tanggung jawab yang tak ringan di situ.
“Guru menyampaikan ilmu ke murid, kalau salah bisa jadi masalah. Di lapangan juga begitu, tantangan jadi wasit sangat berat, kalau salah ambil keputusan juga nantinya akan jadi masalah. Dua-duanya harus dijalani dengan penuh tanggung jawab dan amanah,” katanya.
Jersey Wasit Liga 1 2019. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Menjalani dua profesi sekaligus, Yudi mengaku selama ini tak menemui kendala. Hal itu tak lepas dari dukungan para rekannya.
“Saya selalu koordinasi dengan senior di kampus, izin bagi waktu. Karena, kebetulan di UPI mengajarnya sistem tim, jadi satu mata kuliah ada beberapa dosen,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Yudi sejatinya tak sendiri, masih banyak wasit di Indonesia yang memiliki profesi lain. Selain menjadi guru, sejumlah wasit di Tanah Air juga mengabdi sebagai polisi dan tentara.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.