Aitana Bonmati Tak Tutup Peluang Bermain di Liga Inggris Wanita

9 Oktober 2024 17:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gelandang AS Roma asal Italia Giada Greggi (kanan) mencoba menjegal gelandang Barcelona asal Spanyol Aitana Bonmati pada pertandingan sepak bola leg pertama perempat final Liga Champions Wanita UEFA antara AS Roma dan Barcelona pada 21 Maret 2023. Foto: Filippo Monteforte / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Gelandang AS Roma asal Italia Giada Greggi (kanan) mencoba menjegal gelandang Barcelona asal Spanyol Aitana Bonmati pada pertandingan sepak bola leg pertama perempat final Liga Champions Wanita UEFA antara AS Roma dan Barcelona pada 21 Maret 2023. Foto: Filippo Monteforte / AFP
ADVERTISEMENT
Gelandang Timnas Wanita Spanyol, Aitana Bonmati, memang sudah memastikan diri terus bersama Barcelona beberapa tahun ke depan. Namun, ia tidak menutup peluang untuk menjajal pengalaman baru di Liga Inggris Wanita (WSL) setelah kontraknya berakhir.
ADVERTISEMENT
Peraih Ballon d’Or 2023 itu baru-baru ini menandatangani kontrak jangka panjang berdurasi empat tahun dengan Blaugrana, klub yang dibelanya sejak lebih dari satu dekade lalu.
Meski Bonmati berkeinginan untuk terus membela Barcelona seumur hidupnya, ia tidak bisa menampik daya tarik yang dimiliki oleh sepak bola Inggris.
“Saat ini, saya sudah bermain untuk Barcelona sejak usia 13 tahun. Akan sangat bagus jika saya bisa mengakhiri karier seperti ini. Tapi, kita tidak akan pernah tahu,” ujar Bonmati, dikutip dari Sky Sports pada Selasa (8/10).
“Saya tidak akan menutup pintu (pada klub WSL). Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Tapi untuk saat ini, saya di sini selama empat tahun lagi. Jadi saya ingin menikmati,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Bonmati mengungkapkan bahwa WSL adalah liga yang menarik karena Inggris telah berinvestasi banyak terhadap sepak bola wanita negara mereka sejak Lionesses, julukan Timnas Wanita Inggris, juara Euro Wanita 2022.
“Tentu saja, ini adalah liga yang harus kita perhatikan agar kita bisa mengikuti jejak mereka dalam membantu perkembangan sepak bola wanita,” tambahnya.
Aitana Bonmati dari Spanyol menerima penghargaan bola emas FIFA. Foto: Carl Recine/Reuters
Bonmati juga mencatat bahwa pertumbuhan sepak bola wanita di Inggris jauh lebih pesat ketimbang di negaranya. Meskipun Spanyol berhasil menjuarai Piala Dunia Wanita 2023, keberhasilan tersebut tak memberikan perbaikan signifikan buat para pemain Spanyol. Mereka justru mengalami masa sulit dalam setahun terakhir ini.
Kasus terbesar yang jadi perhatian dunia tentu saja adalah pelecehan seksual yang dilakukan eks-Presiden Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF), Luis Rubiales, saat penyerahan piala di final Piala Dunia Wanita 2023.
ADVERTISEMENT
Tapi tak cuma itu, krisis di sepak bola wanita Spanyol sudah dimulai sejak protes para pemain timnas ke mantan pelatih mereka, Jorge Vilda; tuntutan perbaikan perlakukan pemain di tim nasional; sampai tuntutan perbaikan kesejahteraan pesepak bola wanita secara umum.
Sebulan setelahnya, tepatnya pada September 2023, awal musim Liga F bahkan sampai harus ditunda karena para pemain melakukan aksi mogok terkait gaji.
Akhirnya, Liga F dan serikat pemain sepak bola Spanyol sepakat untuk meningkatkan upah minimum dari Rp280 juta menjadi Rp368 juta per tahunnya. Rencananya, upah ini akan meningkat menjadi Rp413 juta pada musim 2025/26.
Lauren Hemp dari Inggris duel dengan Teresa Abelleira dan Ona Batlle dari Spanyol di Final Piala Dunia Wanita FIFA di Stadion Australia, Sydney, Australia. Foto: Hannah McKay/Reuters
Berbanding terbalik dengan suramnya sepak bola wanita Spanyol, di Inggris, banyak klub Liga Premier (EPL) kini telah membuka stadion utama mereka untuk pertandingan sepak bola wanita.
ADVERTISEMENT
Pada 17 Februari lalu, laga WSL antara Arsenal dan Manchester United di Emirates Stadium, Inggris, bahkan mencetak rekor jumlah penonton sebanyak 61.160.
Itulah alasan mengapa Bonmati melihat saat ini Inggris memimpin dalam progres perbaikan sepak bola wanita.
“Saya mengatakan bahwa Inggris adalah contoh di luar lapangan. Barca sebagai klub juga sama, tetapi saya lebih melihat Inggris sebagai negara,” ujar Bonmati.
“Mereka (Timnas Wanita Inggris) memenangkan Euro Wanita dan memanfaatkan kesempatan ini untuk berinvestasi dan membantu mengembangkan sepak bola wanita. Mereka juga melakukan banyak hal dengan baik, salah satunya menarik banyak orang untuk menonton di stadion,” imbuhnya.
Tahun depan, Bonmati akan berjuang membawa nama Spanyol di Euro Wanita 2025 Swiss. Ia sadar, perjalanannya tidak akan mudah karena harus menghadapi persaingan ketat dan juara bertahan, Inggris.
ADVERTISEMENT
“Inggris dan Spanyol adalah dua tim terpenting, tentu saja. Tetapi turnamen seperti ini sangat sulit dimenangkan karena banyaknya pertandingan. Jadi kita lihat nanti,” tutur Bonmati.