Bagi Wanita, Menonton Sepak Bola di Stadion adalah Perang

19 Agustus 2023 11:35 WIB
·
waktu baca 6 menit
clock
Diperbarui 1 Oktober 2023 18:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pelecehan seksual Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pelecehan seksual Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Yang seharusnya terjadi: menonton sepak bola di stadion adalah hal yang menyenangkan. Kebersamaan dengan fans lain yang sama-sama mendukung satu tim terasa menghangatkan. Benturan, aksi lincah, dan gol di lapangan membuatmu menggebu-gebu. Pulang dengan rasa senang, membicarakan kejadian-kejadian di lapangan dengan aman. Orang seharusnya datang, menonton sepak bola, bahagia, dan pulang dengan selamat.
ADVERTISEMENT
Seharusnya.
Namun bagi kita, stadion bisa berubah jadi tempat yang menakutkan. Lebih baik dihindari. Kau bisa kena copet, dipukuli, kena gas air mata, pulang tak selamat. Mendukung tim kesayangan langsung di tribune stadion layaknya terjun ke medan perang.
Lebih lagi, buat wanita, ancaman lain berbentuk pelecehan seksual tak pernah mustahil untuk kita alami.
“Jadi waktu aku nonton Persija lawan Persebaya, aku naik ke tribune yang lumayan penuh, biasanya nonton di tribun utara. Aku merasa ada yang menyentuh bagian tubuhku, aku nggak perlu sebutin bagian tubuh mana, tapi itu masalah sensualitas seseorang. Tapi, aku nggak tau siapa, karena ramai,” ucap Putri Rahmadhani, seorang pendukung Persija Jakarta.
Pengalaman menyesakkan bisa saja tak hanya dialami Putri. Di daerah lain, mungkin juga ada Putri-Putri lainnya yang merasakan hal serupa, namun tak berani bersuara.
Suporter Persija Jakarta saat melawan Sabah FC pada partai persahabatan di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (5/6/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Sepak bola kerap diidentikan sebagai olahraga yang maskulin. Bukan tanpa alasan, sebab pegiatnya didominasi oleh kaum laki-laki. Namun, bukan berarti tak ada wanita yang menyukai sepak bola.
ADVERTISEMENT
Putri adalah salah satu perempuan yang menggemari sepak bola dan benar-benar pergi ke stadion. Wanita asal Jakarta ini merupakan salah satu penggemar Persija Jakarta sedari duduk di bangku sekolah. Alasannya mencintai “Macan Kemayoran” cukup sederhana: karena ia orang Jakarta.
Putri mengaku lebih dulu mencintai Chelsea sebelum melabuhkan hatinya ke Persija. Itu bermula dari ayahnya yang lebih mengikuti perkembangan sepak bola luar negeri dibanding Indonesia. Ditambah lagi, stereotipe “seram” sepak bola dalam negeri tak memberinya kesempatan untuk banyak terlibat langsung dengan Persija.
Namun, seiring berjalannya waktu, rasa penasaran terhadap sepak bola Indonesia mulai tumbuh. Putri pun akhirnya jatuh cinta pada “Macan Kemayoran” kurang lebih lima tahun lalu.
Putri tak serta merta langsung diizinkan untuk menonton langsung tim kesayangannya di stadion oleh orang tuanya. Kesempatan untuk menonton Persija baru hadir saat ia duduk di bangku kuliah. Itu pun diizinkan dengan dalih mengerjakan tugas perkuliahan dan kebetulan tempat penelitiannya di Stadion Pakansari, Bogor.
Suporter wanita dalam sepak bola Indonesia. Foto: Dok. Fitria Wulandari

Wanita Jadi Target

Setelah mendapat kesempatan untuk menonton langsung ke stadion, Putri menjadi ketagihan. Dirinya jadi kerap mendukung langsung Persija secara langsung dari tribune penonton.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, ceritanya di tribune tak selalu menyenangkan. Putri sempat mengalami kejadian buruk tatkala mendukung tim kesayangannya di Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Peristiwa itu menimpanya saat Persija menjamu Persebaya, meski Putri tak menyebutkan persis waktu kejadiannya.
“Jadi, waktu aku nonton Persija lawan Persebaya, aku naik ke tribune yang udah penuh karena aku biasanya nonton di tribune utara. Aku merasa ada yang menyentuh bagian tubuhku, aku nggak perlu sebutin bagian tubuh mananya, tapi itu masalah sensualitas seseorang,” tutur Putri saat disambangi kumparanBOLANITA, Kamis (20/7).
“Aku merasa itu tersentuh, tapi aku nggak tau siapa, karena ramai. Ramai banget. Jadi pas tersentuh, aku langsung kayak, ‘Siapa ya?’. Aku cuma nengok, terus aku naik lagi ke atas,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Saat kejadian tersebut, Putri mengaku kaget namun tak begitu menggubrisnya. Namun, perasaan tak sedap baru timbul setelah dia pulang. Ia merasa ada yang tak beres. Kejadian yang menimpanya sewaktu di stadion membuatnya gelisah saat tiba di rumah. Perasaan tak nyaman sebab telah dilecehkan tersebut tak serta merta menghilang, Putri butuh waktu tak sebentar untuk benar-benar sintas.
Putri Rahmadhani saat menonton sepak bola di stadion. Foto: Dokumentasi Pribadi Putri Rahmadhani
Pelecehan seksual bukan hanya dialami oleh Putri di Jakarta. Di Bandung, sejumlah anggota Viking Girls pun alami ketidaknyamanan yang serupa. Itu bermula dari desak-desakan antarpenonton wanita dan pria di area masuk Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) saat laga pramusim Persib vs Persebaya pada 17 Juni 2022 silam.
“Karena desak-desakan (masuk stadion) akhirnya beberapa anggota Viking Girls dapet kejadian buruk. Ada yang kena pelecehan secara fisik. Saat itu belum ada jalur khusus wanita, bakan polisi pun nggak ada polwannya, steward juga. Jadi, pure laki-laki semua dan (situasinya) bener-bener chaos gitu,” ungkap Risna Juliawati kepada kumparanBOLANITA, Senin (24/7).
ADVERTISEMENT
Risna dan suporter wanita kala itu kemudian melaporkan kejadian tersebut ke panpel. Tak lupa, ia memviralkan pelecehan yang kemungkinan besar dilakukan oleh sesama suporter tersebut. Ternyata, dari situ Risna dan teman-teman mengetahui bahwa ternyata kasus serupa dialami banyak orang.
“Ternyata bukan cuma anggota kita aja yang pernah merasakan itu. Yang lain pun, perempuan yang pernah datang ke stadion juga sama,” ujar Risna.
Sesuai kejadian tersebut, Viking Girls yang berada di komunitas Persib meminta panpel memberikan jalur khusus untuk perempuan memasuki stadion.
“Jadi kalau misalkan kita dicek badannya, ya sama wanita juga gitu,” kata Risna, merujuk pada steward atau polwan yang bisa membuat penonton perempuan lebih nyaman. Setelah beberapa kali bertemu perwakilan panpel dan Kapolres setempat, jalur khusus perempuan itu berhasil dibuat setiap kali pertandingan digelar di GBLA.
ADVERTISEMENT
Peristiwa ini sebenarnya tak hanya menimpa suporter wanita saja. Bahkan, seorang jurnalis perempuan juga mengalaminya pada Juli 2022 lalu di Stadion Maguwoharjo, Sleman saat PSS menjamu Borneo FC.
Pertanyaan pun menyeruak. Bagaimana menyikapinya?
Kampanye Stop Pelecehan Seksual di Stadion oleh Viking Girls. Foto: Dok. Risna Juliawati, Viking Girls

Federasi Harus Lebih Aware soal Isu Pelecehan Seksual di Stadion

Tindakan preventif sangat penting dilakukan guna mencegah kejadian pelecehan kembali terulang, ucap Theresia Iswarini, Komisioner Komnas Perempuan. Menurutnya, PSSI kini harus gencar melakukan kampanye anti kekerasan seksual di stadion. Ia berharap pihak federasi lebih aware mengenai hal ini.
"PSSI harus lebih aware, lebih gencar lagi, ya, lebih gencar. Lebih aware untuk memastikan tidak ada kekerasan seksual di stadion. Caranya apa? Ya Pak Erick Thohir bikin dong kampanye terkait dengan anti kekerasan seksual di tempat olahraga ini, di dunia sepak bola ini," ucap Theresia saat ditemui kumparanBOLANITA.
ADVERTISEMENT
Ke depan, PSSI diharapkan memiliki aturan khusus soal suporter wanita di stadion. Terlebih, jika ada laga-laga besar. Potensi untuk terjadinya pelecehan di stadion juga menjadi terbuka lebar.
"Harus ada SOP. Setiap kali ada perhelatan besar harus ada satpam, harus ada aparat yang betul-betul paham bagaimana penanganan kekerasan termasuk kekerasan seksual. Lalu, panitia juga buat kampanye besar sebelum, sesudah, dan selama perhelatan itu untuk anti kekerasan seksual. Itu kan bisa didorong dari atas, dari PSSI," pungkas Komisioner Komnas Perempuan tersebut.
Harapan serupa diserukan oleh Putri, yang kini aktif mengkampanyekan gerakan anti-pelecehan seksual dalam sepak bola. Menurutnya, semua orang yang ada di spektrum sepak bola perlu berbenah, mengesampingkan ego, dan terbuka bahwa sepak bola itu punya perempuan, laki-laki, punya anak-anak, punya manula, disabilitas, dan semua orang.
ADVERTISEMENT
Ia bilang, suporter tak perlu menunggu untuk adanya aturan atau ancaman keras, asalkan semangat untuk memanusiakan manusia bisa teguh di diri masing-masing.
“Kalau kita mau stadion jadi tempat yang aman buat semua kalangan umur dan gender, maka jadilah suporter yang bisa mewujudkan itu. Nggak mudah, prosesnya panjang. Tapi nggak ada yang mustahil, ayo berbenah bareng-bareng,” tutupnya.