Bonus Pemain di Piala Dunia Wanita 2023 Dipotong, tapi Cuma yang di Australia

22 November 2023 13:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertandingan Australia vs Nigeria di Piala Dunia Wanita 2023. Foto: Dan Peled/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pertandingan Australia vs Nigeria di Piala Dunia Wanita 2023. Foto: Dan Peled/REUTERS
ADVERTISEMENT
Peserta Piala Dunia Wanita 2023 mendengus sebal setelah tahu bahwa bonus yang mereka dapatkan di turnamen tersebut dipotong dengan persentase yang luar biasa akibat tingginya pajak di Australia. Alhasil, para pemain pun menerima penghasilan jauh lebih sedikit dari yang mereka harapkan.
ADVERTISEMENT
Seluruh tim yang bermarkas di Australia selama gelaran Piala Dunia Wanita 2023 hanya menerima 2/3 dari total bonus yang dijanjikan. Diwartakan oleh The Guardian pada Rabu (22/11), Kantor Pajak Australia (ATO) menerapkan kebijakan pemotongan bonus Piala Dunia Wanita 2023 sebesar 32,5%. Aturan pajak ini telah disepakati oleh FIFA dan pemerintah Australia.
Potongan bonus dengan persentase yang tak sedikit ini dialami salah satunya oleh Nigeria. Para pemain Super Falcons seharusnya memperoleh penghasilan sebesar USD60 ribu atau Rp936 juta dari penampilan mereka di Piala Dunia Wanita 2023. Akan tetapi, para pemain dikabarkan hanya menerima USD40.500 (Rp631 juta) saja. Padahal, Nigeria lolos dari fase grup dan mencapai babak 16 besar.
Direktur Komunikasi di Federasi Sepak Bola Nigeria (NFF), Ademola Olajire, mengatakan kepada The Guardian bahwa para pemain Super Falcons sudah diberi tahu oleh FIFA lewat email mengenai pengenaan pajak tersebut.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, penerapan pajak ini hanya berlaku untuk tim yang bermain di Australia saja. Para peserta Piala Dunia Wanita 2023 yang bermarkas di Selandia Baru mengaku tidak menerima pemotongan tersebut. Mereka diberi status bebas pajak oleh Departemen Pendapatan Dalam Negeri di Selandia Baru.
Zambia, misalnya. Tim yang hanya sampai di fase grup itu penghasilannya sama sekali tak dikenai pajak oleh pemerintah Selandia Baru.
“Semua pemain kami menerima setiap sen yang dijanjikan FIFA. Kami juga tidak dikenai pajak apa pun,” kata Sekretaris Jenderal Federasi Sepak Bola Zambia (FAZ), Reuben Kamanga, seperti diwartakan The Guardian pada Rabu (22/11).
“Saya terkejut bahwa mereka yang bermain di Australia dikenakan pajak atas penghasilan mereka,” imbuh Kamanga.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, para pemain Afrika Selatan malah harus menghadapi double pajak: dari ATO dan dari Layanan Pendapatan Afrika Selatan (Sars).
“Untuk setiap pertandingan yang dimainkan di Australia, federasi yang berpartisipasi harus memotong pajak. Sars juga akan datang (untuk mendapatkan bagiannya) pada akhir tahun pajak, karena kami tidak memotong cukup banyak,” kata CEO Federasi Sepak Bola Afrika Selatan (FASA), Lydia Monyepao.
Sementara itu, pejabat tinggi NFF mengaku kecewa setelah tahu bonus penghasilan yang diberikan kepada para pemainnya dipotong oleh pemerintah Australia. Padahal, ia menilai bahwa bonus yang diberikan oleh FIFA dapat mengubah hidup para pemain dari negara-negara berkembang.
“FIFA melakukan kesalahan, dan para pemain di turnamen yang sama dikenakan pajak berbeda-beda,” kata pejabat tersebut.
ADVERTISEMENT
“Potongan pajak ini sangat besar, dan para pemain harus menghadapi kerugian ini. FIFA, yang disebut-sebut sebagai pendiri fair play, malah tidak menerapkan permainan yang adil secara finansial kepada tim-tim di Australia,” imbuhnya kemudian.
Pemain Timnas Wanita Inggris Ella Toone mencetak gol ke gawang Timnas Wanita Australia pada pertandingan semifinal Piala Dunia Wanita 2023 di Stadion Australia, Sydney, Australia, Rabu (16/8/2023). Foto: Amanda Perobelli/REUTERS

FIFA: Masalah Pajak Sudah Diberi Tahu Sebelumnya

FIFA mengatakan kepada The Guardian bahwa situasi pajak ini telah diberi tahu sebelum Piala Dunia Wanita 2023 berlangsung. Namun, tidak ada penjelasan mengapa seluruh peserta Piala Dunia Wanita kemarin tak diberlakukan rezim pajak tunggal atau pemerataan biaya pajak.
“Sejak berakhirnya turnamen (Piala Dunia Wanita 2023), FIFA telah memberikan dukungan khusus kepada PMA (ke-32 tim yang berlaga) terkait distribusi pembayaran kepada para pemain,” kata juru bicara tersebut.
“Dukungan ini adalah langkah konkret lain yang diambil oleh FIFA untuk mengembangkan sepak bola wanita, dan memastikan para pemain menerima kesepakatan yang adil. Semua distribusi dari FIFA kepada PMA dari turnamen akan diaudit pada waktunya,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Juru bicara tersebut memahami jika besarnya pemotongan pajak di Piala Dunia Wanita ini akan membuat para pemain merasa kecewa. Namun, ia mengaku bahwa pemotongan ini sudah dilakukan sesuai dengan hukum di Australia, begitu pula yang tertulis dari perjanjian antara tuan rumah dan FIFA.