Dzulfikri Bashari, eks-Pelatih TIRA Persikabo: Liga 1 Putri Idealnya 7-8 Bulan

4 Oktober 2023 18:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eks pelatih TIRA Persikabo, Dzulkifli El Hassan. Foto: Antika Fahira/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Eks pelatih TIRA Persikabo, Dzulkifli El Hassan. Foto: Antika Fahira/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Liga 1 Putri 2019 adalah liga sepak bola wanita terakhir yang dimiliki Indonesia. Pertama dan terakhir, lebih tepatnya. Sampai kini, tak ada lagi liga sepak bola profesional senior di level nasional yang bisa buat ajang pesepak bola wanita kita meraih pamor maupun honor.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Persib Putri menjadi juara usai mengalahkan TIRA Persikabo Kartini dalam laga final yang digelar dua leg. Mereka menang 3-0 di leg pertama dan kembali unggul 3-1 di leg kedua. TIRA Kabo kalah kelas dan kalah konsisten.
Begitulah yang disebut Dzulfikri Bashari, eks-pelatih TIRA, tentang laga final kala itu. Persib lebih konsisten dan pantas juara. Ia tak menampik timnya melemah sebab cedera beberapa pemain kunci serta akumulasi kartu, tapi ia merasa TIRA harusnya bisa tampil lebih baik lagi.
Kini, empat tahun berselang, kumparanBOLANITA mengajak Coach Dzul, begitu ia biasa disapa, untuk membicarakan lagi kompetisi liga terakhir yang dimiliki sepak bola wanita Indonesia itu.
Apa yang perlu diperbaiki? Apa yang sudah bagus? Maukah ia melatih lagi untuk Liga 1 Putri yang kabarnya akan kembali tahun depan?
ADVERTISEMENT
kumparanBOLANITA menemui Coach Dzul di Markas ASTAM, Tangerang Selatan. Berikut petikan wawancaranya:
Eks pelatih TIRA Persikabo, Dzulkifli El Hassan, saat melatih di Markas ASTAM, Tangerang. Foto: Antika Fahira/kumparan

Anda melatih TIRA Persikabo Kartini dari kapan sampai kapan?

Ya kurang lebih dulu 2019 ya, 2019 setelah selesai Elite Pro U-20, PSSI menggaungkan akan menggelar Liga 1 Putri, kebetulan waktu itu kita juga di Persikabo, ada salah satu manajer mungkin tau namanya Bu Esti. Beliau begitu semangat untuk menjalankan tim putri.
Saya beserta asisten saya terutama, Coach Adi, kita sama-sama jalankan Liga 1 Putri, kita scouting pemain, kita seleksi pemain dari Kabupaten Bogor, kebetulan Kabupaten Bogor itu banyak talenta-talenta pemainnya, Alhamdulillah kita bisa membentuk tim, kita berjalan, bisa berprestasi, dan banyak menyumbangkan pemain ke tim nasional.

Ada persiapan khusus sebelum main di Liga 1 Putri 2019?

Sebenarnya kalau dibilang persiapan khusus ya sama, semua tim. Yang bikin berbeda adalah kita berhasil merekrut pemain-pemain yang punya kualitas. Jadi pemain berkualitas bukan cuma pemain senior seperti Baiq Amiatun, terus Shafira Ika. Tapi kita ada pemain muda ya, Hanifah dari Sukabumi, kita ada Helsya Maeisyaroh, ada pemain-pemain muda berbakat yang akhirnya kita bisa campur jadi satu, kita formulasikan, akhirnya tim itu bisa jadi tim yang kuat.
ADVERTISEMENT

Anda tentu mengamati betul bagaimana kompetisi Liga 1 Putri dijalankan saat itu. Menurut Anda, sudah oke belum liganya waktu itu?

Kalau yang terakhir (2019) namanya baru pertama kali ya, saya pikir untuk yang pertama kali dijalankan itu sudah luar biasa.
Tapi memang akhirnya kesininya agak sulit ya. Karena memang banyak evaluasi dan tidak sedikit anggaran yang dikeluarkan, baik dari pihak klub maupun PSSI selaku operator.

Apa yang masih kurang dari Liga 1 Putri 2019?

Memang kalau kompetisi baru pertama kali pasti banyak kekurangannya. Namanya kompetisi tuh, yang pertama, harus harus panjang, nggak bisa… Kalau yang kemarin kan sistemnya per seri ya, seri seri seri. Jadi artinya kompetisi dibuat secepat mungkin, seefisien mungkin, dan akhirnya juga dengan kompetisi yang cepat, tentunya tidak bisa maksimal melahirkan banyak pemain.
Ya jadi kalau idealnya kalau kompetisi tuh panjang. 7-8 bulan itu baru yang namanya kompetisi. Di mana di setiap jeda atau pertandingan ada waktu bagi pemain untuk berlatih. Di situ, di jeda waktu itu kita bisa meningkatkan performa-performa pemain, memberi pemahaman kepada pemain, tentang bermain sepak bola. Jadi kurang lebih gitu. Jadi idealnya kompetisi tuh panjang.
ADVERTISEMENT

PSSI & ASBWI mewacanakan Liga 1 Putri bakal digelar tahun depan. Menurut Anda, apa saja yang mesti diperbaiki untuk Liga 1 Putri yang selanjutnya?

Yang pertama memang harus diperbaiki ya sistemnya. Jadi kita tahu kalau kita pakai sistem yang lama, sepak bola kan Indonesia ini luas, ya jadi kalau kita masih terapkan sistem yang kayak kemarin, kita harus away ke Papua, jadi home away ya, sistemnya itu kan biayanya cukup besar. Jadi untuk tim, saya rasa itu sangat berat.
Jadi coba diformulasikan gimana caranya supaya cost-nya tidak terlalu besar, dan juga bisa menggaet beberapa sponsor karena sepak bola wanita nih sebenarnya potensi sponsornya besar ya, karena kan targetnya kaum hawa ya, banyak produk-produk atau perusahaan-perusahaan yang bisa mensponsori terutama di yang pangsa pasarnya adalah wanita.
Jadi, saran saya ke PSSI dan ASBWI, lebih banyak untuk mencari sponsor supaya liga ini punya sistem pendanaan yang bagus. Jadi dengan sistem yang bagus, otomatis akan melahirkan pemain-pemain yang bagus.
ADVERTISEMENT

Kalau Liga 1 Putri jadi digelar, Anda bersedia balik melatih tim putri? Atau jangan-jangan sudah ada tawaran?

Saya sampai saat ini sih belum, yang terakhir dulu saya pernah diajak juga sama almarhum Coach Satia Bagdja, tapi takdir menyatakan yang lain ya beliau dipanggil oleh Allah SWT.
Jadi waktu itu dia merupakan salah satu kandidat pelatih timnas, dan saya juga sudah diajukan menjadi asisten beliau tapi ya akhirnya beliau lebih sayang sama beliau, akhirnya saya kembali lagi ke sepak bola, ya walaupun bukan sepak bola putri. Jadi untuk apabila ada tawaran sih dari tim manapun juga sesuai kalau memang kontraknya juga saya rasa cocok, ya kenapa enggak.