Leah Williamson Bicara di Sidang Umum PBB, Bahas Nasib Perempuan Suriah
ADVERTISEMENT
Pemain Timnas Wanita Inggris , Leah Williamson, berpidato di sidang umum PBB pada Selasa (18/9) lalu. Pada kesempatan itu, ia membahas soal nasib perempuan Suriah yang berada di kamp pengungsian Za'atari, Yordania.
ADVERTISEMENT
Dalam pidatonya di hadapan para pemimpin dunia, Williamson menyebut soal sejumlah tantangan yang dihadapi anak-anak perempuan di berbagai negara. Ia juga bercerita soal kunjungannya baru-baru ini ke Za'atari, tempat ia melihat secara langsung apa yang telah dilakukan sepak bola bagi anak perempuan.
"Olahraga punya kekuatan untuk mengubah hidup. Setelah mengunjungi kamp pengungsian Za'atari, saya melihat langsung bagaimana program sepak bola kami, Coaching for Life, membantu anak-anak perempuan di kamp tersebut mengatasi tantangan yang mereka hadapi dengan lebih baik," ucap Williamson dikutip dari laman Save for Children.
"Saya telah melihat kemajuan di Za'atari, namun masih banyak yang harus dilakukan untuk menyamakan kondisi bagi anak perempuan di seluruh dunia. Kita perlu memanfaatkan kekuatan olahraga dan memastikan kita tidak meninggalkan perempuan," sambungnya.
Pada 2018 lalu, The Arsenal Foundation dan Save The Children bekerja sama membuat sebuah program bernama Coaching for Life. Program ini menggunakan sepak bola untuk membangun kesejahteraan fisik, mental, dan emosional bagi anak-anak dan keluarga mereka yang terkena dampak bencana Perang Suriah.
ADVERTISEMENT
Ketika Coaching for Life pertama kali diluncurkan lima tahun lalu, hanya sedikit anak perempuan yang ambil bagian. Akan tetapi, saat ini jumlah anak perempuan yang lulus dari program ini meningkat berkali-kali lipat dan lulusannya sudah setara dengan jumlah lulusan anak laki-laki.
Kemajuan tersebut tentu merupakan kabar yang baik, namun masih banyak hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan akses terhadap olahraga bagi anak perempuan di seluruh dunia.
Sementara itu, momen Williamson berpidato di sidang umum PBB menjadikannya pemain wanita Inggris pertama yang berbicara secara formal di PBB.