Ratu Tisha Panjang Lebar Uraikan Rencana Pengembangan Sepak Bola Wanita

4 September 2023 13:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertandingan antara Persib vs Persis putri. Foto: Andi Sidiq/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pertandingan antara Persib vs Persis putri. Foto: Andi Sidiq/kumparan
ADVERTISEMENT
Mau diukur dengan cara apa pun, sepak bola wanita Indonesia masih buruk. Kita bahkan tertinggal jauh dari negara-negara tetangga, sebut saja Thailand, Vietnam, maupun Filipina. Mereka punya perhatian serius pada sepak bola wanita, punya kompetisi yang berjalan secara konsisten, bahkan sudah berhasil tampil di Piala Dunia Wanita dan bertarung dengan negara-negara terbaik dunia.
ADVERTISEMENT
Untuk mengejar tim-tim tersebut, perlu kinerja holistik jangka panjang yang serius dari semua stakeholder, terutama PSSI. Mereka menyadari hal ini, sebagaimana yang diakui Wakil Ketua Umum PSSI, Ratu Tisha, yang mengatakan ada tiga hal yang perlu dibenahi agar persepakbolaan wanita Indonesia maju.
“Yang pertama ada di area development, sisi grassroots level, yang start dari (usia) enam sampai 12. Ini adalah problem yang harus kita benahi sama-sama. Nggak cuma di putri, tapi (juga) di putra,” kata Ratu Tisha dalam acara peresmian Supersoccer Arena yang masuk ke rangkaian acara MilkLife Soccer Challenge Batch 2, Kudus, Minggu (3/9).
Waketum PSSI, Ratu Tisha. Foto: Ananta Erlangga/kumparan
Tisha kemudian memuji inisiatif yang telah dilakukan Djarum Foundation dan MilkLife. “Saya lihat keseriusan Djarum Foundation karena ini tidak cuma sekali, tapi dari awal pelatih-pelatihnya ditraining dulu oleh pelatih yang bersertifikasi, kemudian ada kebiasaan latihan, jeda, bertanding, latihan, jeda, bertanding. Itu menjadi kesinambungan teknis,” ujar Tisha.
ADVERTISEMENT
Untuk mendukung turnamen MilkLife Soccer Challenge ini, PSSI mengatakan akan mendaftar pemain di usia muda. Jadi, apa pun turnamennya, PSSI bisa mendapat data pemain belia tersebut.
Tahap selanjutnya adalah konsistensi dari kompetisi sepak bola wanita di Indonesia yang mana harus tetap digelar setiap tahunnya. “Perhatikan teknikal sepak bolanya, yaitu anak-anak tidak hanya bermain dalam jangka waktu yang pendek lalu kemudian selesai, namun bermain rutin,” imbuhnya kemudian.
“Kemudian next step-nya, kantong-kantong kita yang sudah ada di pembinaan setiap asosiasi provinsi, program yang berjalan setiap tahunnya, seperti U-15, U-17, itu harus digalakkan lagi,” kata Ratu Tisha.
Poin ketiga adalah kesinambungan teknis pengkajian pemain dari level amatir ke semi profesional. “Untuk putri sendiri, kita harus kaji dulu antara berpindah ke semi profesional ataupun antar-amatir. Karena status pemainnya ini kan semuanya masih amatir. Jadi jangan juga nanti balapan dengan industrinya, jadi nggak berlanjut,” tutupnya.
ADVERTISEMENT