Vivin Cahyani soal Naturalisasi: yang Sukses di Timnas Pria Kita Copy-Paste

5 Juli 2024 18:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Exco PSSI & Ketua Komite Sepak Bola Wanita Indonesia, Vivin Cahyani Foto: Andi Fajar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Exco PSSI & Ketua Komite Sepak Bola Wanita Indonesia, Vivin Cahyani Foto: Andi Fajar/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Empat nama pesepak bola wanita keturunan Indonesia dipanggil PSSI untuk menjalani trial bersama Timnas Wanita Indonesia, akhir Juni hingga awal Juli 2024 ini. Mereka adalah Noa Leatomu, Estella Loupatty, Djenna de Jong, dan Sydney Hopper.
ADVERTISEMENT
Noa dan Estella telah bergabung, Sydney menyusul Jumat (5/7) ini, sementara Djenna batal ikut karena mengalami sakit. PSSI bilang, ini baru awal. Beberapa nama lain akan didekati dan dipanggil untuk memperkuat Timnas Wanita Indonesia.
Menurut PSSI, pemanggilan pemain diaspora ini dilakukan untuk memperluas talent pool pemain wanita agar Coach Satoru Mochizuki punya lebih banyak pilihan yang berkualitas.
Vivin Cahyani, exco PSSI sekaligus Ketua Komite Sepak Bola Wanita Indonesia, mengatakan bahwa kebijakan naturalisasi pemain diaspora ini sudah lama direncanakan.
“Sudah kita pikirkan sejak lama sebetulnya. Dan resep ini bukan cuma Indonesia yang gunakan. Filipina itu semua pemainnya diaspora. Semuanya yang berlaga kemarin di Piala Asia U-17 itu nggak ada yang berlatih di Filipina. Begitu juga di negara-negara lain,” ujar Vivin dalam wawancara eksklusif bersama kumparanBOLANITA, Selasa (2/7) di Stadion Madya, Jakarta.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, kebijakan ini baru digalakkan pertengahan tahun ini karena fokus PSSI di bawah kebijakan Erick Thohir selama ini baru difokuskan di sepak bola pria, pertama di tim nasionalnya kemudian di liga.
“Memang butuh waktulah untuk masuk ke sepak bola putri. Nah, sekarang saya mendapatkan full endorsement untuk bisa memikirkan apa yang terbaik yang bisa kita berikan untuk prestasi sepak bola wanita ini,” tutur Vivin.
Kebijakan yang kemudian dipilih adalah pemanggilan diaspora, pesepak bola wanita keturunan Indonesia yang ada di luar negeri.
“Salah satu quick win yang kita jalankan adalah kita membuka ruang sebesar-besarnya, memanggil anak-anak kita yang dari luar, yang memang punya darah Indonesia. Itu benar-benar harus dicek keabsahannya, benar-benar harus ada garis keturunannya dan harus bisa dibuktikan,” tambah satu-satunya exco perempuan di tubuh PSSI itu.
ADVERTISEMENT
“Makanya kita panggil sebanyak-banyaknya, kita membuka talents pool,” ujarnya.
“Tujuan jangka panjangnya selain memang prestasi Indonesia, jangka panjangnya juga mengangkat anak-anak kita yang berlatih sepak bola di dalam negeri juga bisa terangkat. Itu sangat terlihat di prestasi tim sepak bola putra,” kata Vivin.
“Jadi kita copy-paste aja apa yang sudah dilakukan di putra. Keberhasilannya kita copy-paste di putri,” tutupnya.
Kini, empat pemain keturunan tersebut tengah berlatih bersama Coach Mochi dan pemain-pemain lain yang dipilih dari seluruh Indonesia. Apabila Coach Mochi memberikan lampu hijau, barulah PSSI mengurus proses naturalisasi mereka.
Itu artinya, pemain-pemain tersebut belum bisa berlaga dalam pertandingan vs Hong Kong pada 11 dan 14 Juli nanti. Dari yang sudah-sudah, proses naturalisasi pemain sepak bola memerlukan waktu yang cukup lama, bahkan bisa berbulan-bulan.
ADVERTISEMENT