Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Apalagi jika makanan dan minuman itu sudah masuk dalam jajaran menu restoran berbintang, maka tak aneh lagi misalnya satu porsi daging harganya mencapai jutaan. Untuk menepis rasa penasaran itu, kamu bisa menyimak beberapa alasan di balik mahalnya hidangan tersebut.
1. Langkanya bahan makanan dan minuman
Faktor pendukung utama yang mengubah harga makanan dan minuman di restoran berkali lipat lebih mahal, yaitu, bahan yang langka; seperti jamur truffle hingga kopi luwak.
Mengutip Mushroom Man, situs penjualan jamur premium. Satu kilogram jamur truffle digadang-gadang mampu mencapai harga USD 100.000 atau setara dengan Rp 142 juta. Truffle dikenal sangat langka sebab hanya bisa ditemukan di dalam hutan.
Tak banyak restoran yang mampu menyediakan menu truffle ini. "Truffle putih sangat langka belum lagi aroma yang sophisticated," jelas Chef Chandra Yudasswara pada Kumparan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, demi mendapatkan biji kopi luwak yang asli dan berkualitas tinggi tentunya tidak berasal dari sembarang luwak. Luwak liar yang jarang dipelihara di penangkaran. lebih berpotensi menghasilkan biji kopi yang baik. Ketika diolah menjadi kopi luwak asli Indonesia, harganya bisa mencapai jutaan rupiah.
2. Proses pengolahan yang khusus
Kamu pasti sudah enggak asing lagi sama yang namanya caviar. Makanan super mahal yang berasal dari telur ikan sturgeon ini, rata-rata harga per kalengnya mencapai jutaan hingga miliaran.
Apa yang menjadikan caviar sangat mahal? Rupanya, proses pengolahan telur ikan sturgeon ini yang harus dipanen secara manual menjadi alasan utama. Dikarenakan teksturnya cukup rentan hancur, maka caviar harus diambil langsung dengan tangan agar tidak merusak bentuk aslinya.
ADVERTISEMENT
Sama dengan caviar, daging sapi betina omi hime asal Jepang harganya bisa mencapai Rp 5 juta per kilogram. Pemilihan daging ini harus berasal dari sapi betina yang lolos kualifikasi saja, sudah dirawat secara baik kebersihan, pakan, hingga kesehatannya.
3. Ada nilai budaya dan status sosial
Satu kisah menarik mengenai faktor mahalnya makanan datang dari buah-buahan di Jepang. Melon Yubari dijual dengan harga Rp 150 juta per buah dan anggur Ruby Roman dibanderol Rp 13 juta per butirnya.
Keduanya dijual dengan harga selangit sebab memiliki esensi budaya yang kental. Ini lantaran keduanya sering dijadikan jamuan khusus di kuil sebagai bentuk penghormatan kepada dewa. Bukan cuma itu, orang Jepang sendiri senang menyuguhkan buah mahal karena menjadi cara baik untuk menyambut kolega yang dihormati.
ADVERTISEMENT
4. Simbolis strata sosial masyarakat
Saat ini, mahalnya harga makanan juga ditentukan akan popularitas mereka yang sudah menjadi bentuk dari simbol status kelas sosial masyarakat. Contohnya latte yang dijual di gerai kopi terkenal seperti Starbucks.
Bagi siapa pun yang mampu membeli latte dari merek mendunia tersebut, menunjukkan bahwa mereka bisa saja berasal dari kalangan masyarakat kelas atas. Semakin populer dan banyak peminat akan suatu hidangan, maka semakin mahal juga harga yang ditawarkan.
5. Proses masak yang panjang
Salah satu steakhouse di kota New York, menggunakan daging sapi premium, hanya 2 persen hewan ternak saja yang bisa menghasilkan daging itu. Dalam proses masaknya pun tidak main-main. Daging sapi mahal harus dikeringkan dulu, agar teksturnya dapat lebih empuk.
ADVERTISEMENT
Untuk mengeringkan daging, steakhouse di New York memiliki mesin khususnya, semakin lama proses itu, semakin nikmat rasa dagingnya. Meski begitu, seusai dikeringkan daging cenderung mengalami penyusutan ukuran dan berat yang cukup drastis. Tapi, rasa yang diciptakannya pun semakin lezat sehingga dirasa wajar kalau dijual dengan harga selangit.
Reporter: Balqis Tsabita Azkiya