Asal Mula Makan Pakai Tangan, Cara Makan Asli Orang Indonesia

26 November 2019 19:54 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rendang Uni Elok Foto: Mela Nurhidayati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rendang Uni Elok Foto: Mela Nurhidayati/kumparan
ADVERTISEMENT
"Enggak usah pakai sendok, pakai tangan saja lebih sedap!"
ADVERTISEMENT
Begitu anggapan masyarakat Indonesia yang terbiasa makan menggunakan tangan. Konon, makan pakai tangan malah membuat suatu masakan terasa lebih sedap, hingga memacu nafsu makan.
Kebiasaan bersantap yang sudah mendarah daging dalam budaya masyarakat Nusantara ini juga merupakan warisan yang perlu dilestarikan. Pasalnya, kehadiran sendok dan garpu yang dibawa pedagang Eropa ke Asia Tenggara --khususnya ke Indonesia-- saja tak mampu menggeser kebiasaan ini.
Menurut Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada, Prof Dr. Ir Murdijati Gardjito yang dihubungi kumparan beberapa waktu lalu (8/11) mengisahkan, makan menggunakan tangan merupakan kebiasaan asli Bangsa Indonesia, dan ini ada kaitannya dengan tradisi menyantap nasi bungkus.
"Di Sumatera dan Jawa sama-sama makannya pakai jari tangan, jari 10. Kebiasaan ini ada kaitannya dengan tradisi makan nasi bungkus," tegasnya yang dihubungi lewat sambungan telepon.
Ilustrasi makan menggunakan tangan Foto: dok,shutterstock
Sepakat dengan Prof Murdijati, pakar kuliner Arie Parikesit juga mengungkapkan, bahwa aslinya masyarakat Indonesia menggunakan tangan untuk menikmati hidangan khas di masa lampau.
ADVERTISEMENT
"Beberapa menu masih dinikmati dengan tangan sampai kini. Sendok-garpu sendiri adalah suatu tools atau utensil yang dibawa oleh pedagang dan kolonial Eropa ke Asia Tenggara, khususnya Nusantara. Kata garpu adalah kata dalam Bahasa Portugis 'garfo' yang kemungkinan diperkenalkan sekitar abad ke-16 di Nusantara, saat mereka mencari rempah-rempah," ungkapnya.
Seperti yang juga sudah diungkapkan Prof Murdijati, bahwa kebiasaan makan menggunakan tangan ada kaitannya dengan sajian nasi bungkus, Arie juga mencontohkan nasi ramas (rames) sebagai makanan khas yang juga dinikmatinya pakai tangan.
Ilustrasi nasi ramas Foto: Azalia Amadea/Kumparan
Laki-laki yang juga berprofesi sebagai konsultan kuliner ini menjelaskan, nasi ramas yang dimaksud merupakan nasi dengan lauk-pauk ala Nasi Padang, Sunda, Jawa, atau beberapa daerah lainnya di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Beberapa penganan dari Timur Indonesia, yang mana masyarakatnya banyak mengonsumsi umbi-umbian, juga lebih nikmat dimakannya dengan tangan. Meskipun begitu, tak semua makanan dinikmati menggunakan tangan. Zaman dahulu, sebelum sendok hadir, makanan berkuah seperti nasi liwet ala Solo atau bubur lebih sering dinikmati dengan suru --sendok dari daun pisang.
Di Pulau Jawa, kebiasaan makan menggunakan tangan punya banyak istilah
Ilustrasi makan menggunakan tangan Foto: dok,shutterstock
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Begitu kata pepatah yang cocok mencitrakan kebiasaan makan menggunakan tangan. Bukan hanya masyarakat Sumatera, penduduk di Pulau Jawa bahkan terlihat lebih dekat dengan kebiasaan makan satu ini. Enggak heran, kalau kebiasaan ini punya banyak istilah; ada muluk, kenduri, atau ngaliwet.
"Misal di Jawa dengan cara muluk, di mana jari-jari membentuk kerucut sehingga makanan yang diambil juga tidak bisa terlalu banyak, dan jari didekatkan bahkan ditempelkan ke mulut saat memasukkan makanan," ujar Arie.
ADVERTISEMENT
Pada praktiknya, muluk bukan hanya dilakukan saat makan sehari-hari, melainkan juga ketika acara adat 'selamatan.' Biasanya, muluk merupakan cara menikmati nasi tumpeng dalam sebuah acara adat, yang kemudian sajian tersebut dimakan ramai-ramai pakai tangan.
Beda halnya dengan kebiasaan kenduri. Cara makan satu ini juga menggunakan tangan, namun makanan yang disajikan sudah dijatah porsian, beralaskan piring atau besek bambu.
Sementara masyarakat Sunda lebih nyaman dengan istilah ngaliwet atau ngeliwet. Kebiasaan makan satu ini identik dengan kegiatan 'menggelar' selembar daun pisang, lalu nasi dan lauk-pauknya ditata di atasnya.
Kemudian, makanan pun disantap berbarengan; langsung di atas daun pisang sambil mengambil makanannya menggunakan tangan.
Nasi Bancakan ala Hotel Santika Premier Bintaro Foto: Dok. Hotel Santika Premier Bintaro
Sementara itu, posisi makan ngaliwet biasanya sambil duduk bersila atau bersimpuh, istilahnya lesehan.
ADVERTISEMENT
"Kebiasaan makan budaya asli Indonesia itu duduk di bawah pakai tikar, ada yang bersila, atau bersimpuh. Lalu, makan pakai tangan, yang merupakan simbol keakraban dan kebersamaan," tambah Prof Murdijati.
Meskipun berbeda istilah namun, kebiasaan makan ini justru menjadi simbol kebersamaan yang semakin mempererat tali persaudaraan masyarakat Indonesia. Sayangnya, praktik makan menggunakan tangan ini perlahan mulai ditinggalkan karena beberapa orang beralasan malas jari-jarinya jadi bau atau kotor.
Ilustrasi makan menggunakan sendok Foto: dok,shutterstock
Pada akhirnya mereka lebih memilih bersantap dengan menggunakan sendok dan garpu. Termasuk dalam menikmati makanan khas daerah, seperti nasi padang, ada yang lebih memilih menyantapnya dengan bantuan sendok dan garpu.
Kehadiran alat bantu ini namun dirasa Arie, tak lantas atau tak mampu menggeser kebiasaan makan yang sudah menjadi cara asli orang Indonesia, yaitu makan pakai tangan. Tangan maupun sendok justru kini hadir berdampingan secara harmonis, menjadi pilihan cara makan yang beriringan dan saling melengkapi.
ADVERTISEMENT