Ini Bedanya Food Photography untuk Iklan dan Media Sosial

13 Maret 2019 13:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi food photography Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi food photography Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Fotografi makanan, atau food photography, kini semakin naik daun. Perkembangan media digital maupun media sosial membuat bidang ini kian dibutuhkan. Apalagi, promosi visual gencar dilakukan untuk menarik minat orang-orang membeli dan menyantap produk makanan yang diiklankan.
ADVERTISEMENT
Tak semata untuk komersil, foto-foto makanan tersebut juga kerap diunggah di media sosial, khususnya Instagram. Bahkan, tak sedikit hasil foto di media sosial yang kualitasnya tak kalah apik dari hasil jepretan fotografer profesional. Keduanya sama-sama tampak begitu menggiurkan.
Meski begitu, foto makanan yang digunakan untuk tujuan komersil (contohnya buku menu, iklan, maupun banner) punya perbedaan karakter tersendiri, lho. Brian Sumito, salah satu fotografer makanan ternama menerangkan, foto-foto makanan yang dicantumkan dalam menu atau iklan biasanya jauh lebih rapi.
Ilustrasi food photography Foto: Shutter Stock
Selain itu, makanan yang hendak dipotret pun benar-benar ditata ulang dari nol, berbeda dengan unggahan foto makanan di media sosial yang sudah tersaji secara utuh.
"Kita benar-benar buat (makanannya) dari nol, jadi makanan datang ke saya masih berupa roti, lalu krimnya saya tuang sendiri, stroberi ditempelin," jelas Brian saat ditemui dalam acara Workshop Food and Styling Photography di Lumine Cafe, Plaza Indonesia beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Tak cuma plating-nya yang dirombak ulang, pencahayaan yang dilakukan untuk menciptakan foto makanan komersil juga lebih maksimal. Bila foto untuk media sosial hanya memanfaatkan cahaya matahari, food photography untuk iklan harus memakai lighting tambahan agar hasilnya lebih tajam dan terkesan komersil.
Bukan itu saja, rupanya ada lagi satu trik yang biasa dilakukan dalam memotret foto makanan komersil agar hasilnya terlihat lebih bagus; yakni menggunakan fake food. Makanan palsu tersebut digunakan untuk menggantikan es krim, es batu, dan berbagai minuman dingin.
Ilustrasi food photography Foto: Shutter Stock
Bila tak diganti dengan fake food, makanan dan minuman dingin itu akan cepat meleleh dan membuat tampilannya berantakan, apalagi sesi foto memang tak bisa dilakukan dalam sekejap.
"Minuman dingin, yang terbuat dari es atau yang bisa meleleh gitu, kita biasanya ada resep-resep khusus untuk yang palsunya dari food stylist," tutur Brian.
ADVERTISEMENT
Bagaimana, sudah tahu bedanya food photography untuk kebutuhan komersil dan media sosial?