Inilah Tampilan Mi Instan Pertama di Dunia, Makanan Zaman Penjajahan

6 Januari 2021 17:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi memasak mi instan Foto: dok.shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi memasak mi instan Foto: dok.shutterstock
ADVERTISEMENT
Mi instan merupakan makanan yang digemari banyak orang —bahkan begitu disukai oleh Putri Kerajaan Arab Saudi, Princess Jauhara. Saat pertemuan di Kantor KJRI Jeddah, Arab Saudi, Princess Jauhara mengungkapkan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia kepada Konsul Jenderal RI.
ADVERTISEMENT
Mengutip keterangan resmi KJRI Jeddah, Princess Jauhara bahkan sampai meminta KJRI Jeddah untuk menggelar pameran kuliner khas Indonesia di Arab Saudi —guna menyalurkan kegemarannya pada mi instan.
Minat akan makanan praktis seperti mi instan ini memang sudah terasa sejak lama. Bagaimana tidak? Kamu hanya perlu memasak sekitar 3 menit, kemudian sudah bisa menikmati makanan enak yang tentunya memenuhi hasrat laparmu. Tapi, seperti apakah tampilan mi instan yang pertama hadir di dunia?
Mengutip South China Morning Post, pada 1958 Momofuku Ando, pemilik dan pendiri perusahaan Nissin menciptakan mi instan untuk pertama kalinya. Mi instan pertama di dunia ini memiliki umur simpan lebih lama dari mi beku, dan pada saat itu dijual dengan harga 35 yen.
Tampilan mi instan pertama di dunia, produksi Nissin. Foto: Dok.Nissin
Momofuku mengembangkan sendiri seluruh prosesnya —mulai dari pembuatan mi, pengukusan, meracik bahan penyedap, hingga mengeringkan mi dalam minyak panas (proses yang sekarang dikenal sebagai flash frying). Pembeli dapat langsung menyantap mi hanya dalam waktu 2-3 menit setelah menambahkan air mendidih. Mi instan pertama, Chikin Ramen Nissin, langsung meraih kepopulerannya karena dianggap sebagai barang baru.
ADVERTISEMENT

Inspirasi Momofuku saat menciptakan mi instan

Uniknya, banyak faktor sosial ekonomi dan politik yang menyebabkan penemuan mi instan —kembali ke saat masa pasca perang. Lebih tepatnya, kelebihan pasokan gandum oleh Amerika Serikat setelah Perang Dunia II menjadi salah satu faktor ekonomi yang berdampak besar pada budaya pangan di Korea, Taiwan, dan Jepang.
Pada tahun 1953 dan 1954, AS menghasilkan gandum yang sangat melimpah. Begitu pula, pada tahun-tahun awal pasca perang, surplus hasil pertanian kemudian diberikan kepada tiga negara tersebut sebagai bentuk bantuan. Pada saat itu, Jepang, Korea, dan Taiwan semuanya menderita kekurangan kelaparan dan ketiganya berada di bawah lingkup politik, ekonomi serta militer Amerika Serikat.
Momofuku Ando, pemilik dan pendiri Nissin. Foto: Dok.Nissin
Menurut biografi Momofuku, pada suatu malam di musim dingin dia melihat antrean panjang di depan warung makan yang menjual ramen. “Wajah orang-orang yang sedang menyeruput ramen hangat tampak senang. Orang Jepang sangat suka mi. Melihat antrean di depan kios, Momofuku merasa ada permintaan besar yang bersembunyi di sana,” begitu tertulis dalam biografinya. Kejadian inilah yang membuat bayangan ramen menjadi berkesan dalam benaknya.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, kelebihan tepung terigu bantuan dari AS membuat pemerintah Jepang secara aktif mendorong warganya untuk mengonsumsi roti. Namun, Momofuku secara terang-terangan mengkritik kebijakan tersebut, melihat nutrisi yang didapat dari roti.
Maka dari itu, pada 1957, Momofuku membeli mesin pembuat mi bekas, 18 kilogram tepung terigu, minyak goreng, dan bahan lainnya. Dengan modal tersebut, ia menjalankan misi untuk menemukan cara agar mi mudah dibuat di rumah.
Setahun kemudian, tepatnya pada 25 Agustus 1958, Momofuku berhasil menemukan dan memasarkan ramen instan pertama di dunia —Chikin Ramen. Tidak berhenti sampai di situ, penemuan bentuk mi instan lain juga dikembangkannya pada tahun 1971, menjadi sesuatu yang kita kenal dengan cup noodle (mi instan dalam cup).
ADVERTISEMENT

Bekal astronaut dan museum mi instan di Jepang

Pabrik Nissin Foto: Dok.Nissin
Ditemukan puluhan tahun lalu tidak membuat kepopuleran mi instan memudar —malah menjadikannya suatu budaya kuliner populer dan pilihan masyarakat di berbagai belahan dunia. Cara menyantap dan mengolah makanan ini juga semakin berkembang.
Tahukah kamu? mi instan Nissin ternyata dapat dinikmati mentah hanya dengan dilengkapi dengan taburan bumbunya. Beberapa orang menyukai bentuk penyajian mi instan ini —karena dianggap terasa lebih renyah sehingga menjadi lebih nikmat.
Dalam laman resmi Nissin, perusahaan tersebut mengungkapkan kalau cara menyantap itu aman saja untuk dilakukan karena dalam pembuatan mi sudah dimasak terlebih dahulu. Namun, jika kamu ragu, memasak adalah pilihan terbaik.
Selain ditemukan cara menyantap baru, kepopuleran dan kreasi Momofuku membuat mi instan menjadi suatu budaya yang bisa menjangkau banyak orang. Dari dunia sains, Momofuku pernah membuat mi instan dengan versi yang lebih kecil untuk bekal seorang astronaut asal Jepang bernama Soichi Noguchi.
Nissin memproduksi mi instan mini untuk bekal seorang astronot asal Jepang bernama Soichi Noguchi. Foto: Dok.Nissin
Lalu, sebagai bentuk penghormatan terhadap Momofuku, Museum Cup Noodles dibangun di Jepang —terpajang aneka produk cup noodles di dunia. Sampai saat ini, masih banyak hal-hal menarik yang terus dikembangkan dalam bisnis mi instan. Sebagai penemu, Nissin memang memimpin segala inovasi unik yang kita tahu. Namun, tidak menutup kemungkinan masih banyak merek mi instan lain yang kreatif dan turut mempromosikan makanan cepat saji ini sebagai budaya populer —salah satunya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Reporter: Natashia Loi