Kembalinya Kejayaan Kopi Nusantara

23 Juni 2018 14:02 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deretan stoples biji kopi. (Foto: Instagram/ @kopikina)
zoom-in-whitePerbesar
Deretan stoples biji kopi. (Foto: Instagram/ @kopikina)
ADVERTISEMENT
Anggi mengernyit saat melihat salah satu stoples berisi biji kopi yang berada di antara deretan single origin di sebuah kedai kopi mungil kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Pada stoples itu, tertempel keterangan bertuliskan ‘Robusta Jember’.
ADVERTISEMENT
Ia empat tahun tinggal di Jember semasa kuliah, dan malah tak tahu bagaimana rasa kopi lokal Jember. “Betapa payah,” ujar Anggi merutuk dalam hati.
Tak tahu banyak soal kopi meski mencandunya (ia tak dapat hidup tanpa kafein), Anggi balik bertanya saat pramusaji Kopikina--nama kedai kopi kecil di tepi jalan itu--menghampiri untuk mencatat pesanannya.
“Aku cari kopi yang kuat--robust--buat menyangga kantuk. Cocoknya apa?” tanya Anggi meminta rekomendasi si pramusaji sambil memelototi jajaran 50-an stoples biji kopi di rak--Gayo, Mandailing, Sidikalang, Lintong, Kepahiang, Ciwidey, Pekalongan, Menoreh, Banyuwangi, Bondowoso, Sepinggan, Kubu Raya, Konawe, Kintamani, Buleleng, Flores Bajawa, Tambora, Paniai, Wamena, dan seterusnya dan seterusnya.
Pramusaji lantas menyebut sejumlah single origin (kopi asal daerah tertentu), termasuk Robusta Toraja dan Robusta Jember. Dan demi mengenang masa berkuliahnya yang berwarna, Anggi langsung menyahut, “Itu saja, Robusta Jember.”
Kopi Nusantara Mendunia (Foto: Chandra Dyah A./kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kopi Nusantara Mendunia (Foto: Chandra Dyah A./kumparan)
Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, memang punya seabrek kopi khas. Masing-masing punya keunikan sendiri, dengan rasa dan karakteristik yang dipengaruhi oleh kondisi geografis tempatnya ditanam, bahkan budaya lokal sekitar.
ADVERTISEMENT
Kedai-kedai kopi modern di ibu kota pun kini biasa memajang biji kopi lokal atau single origin yang telah disangrai (roast) lebih dulu. Ragam single origin itu ditampilkan pada kategori khusus, dibedakan dari kopi-kopi lain, sehingga memudahkan para pencinta kopi yang ingin menikmati atau mencicipnya.
“Awalnya orang-orang rata-rata pada ngikutin tren ya. Kalau lagi booming manual brew (metode seduh), ya mereka nyoba itu. Lagi tren kopi Gayo, ya mereka pesennya itu. Tapi setidaknya sekarang memang ada peningkatan buat penikmat single origin,” kata Victor, Manager Kopikina yang terkenal dengan specialty coffee-nya itu, kepada kumparan.
Widstik Coffee di Tanjung Barat, selatan Jakarta, juga meletakkan stoples biji kopi lokal mereka di meja pemesanan, untuk memancing rasa penasaran pengunjung.
ADVERTISEMENT
“Biasanya kami melakukan kalibrasi (pengukuran rasa) di depan customer, supaya semakin banyak yang tertarik. Sehingga mereka ingin mengenal dan akan bertanya lebih jauh tentang kopi,” kata Rafianto, barista Widstik Coffee kepada kumparan.
Pemrosesan biji kopi. (Foto: Instagram @tanameracoffee)
zoom-in-whitePerbesar
Pemrosesan biji kopi. (Foto: Instagram @tanameracoffee)
Rata-rata kedai kopi modern di Jakarta--Tanamera Coffee, CoffeSmith, Anomali Coffee, dan lain-lain--memang menggunakan biji kopi nusantara sebagai espresso-based mereka. Jadi, pengunjung tetap dapat mencecap rasa kopi lokal dalam sajian modern seperti latte, cappucino, atau macchiato.
“Pertanyaan yang sering diajukan saat meminum kopi itu pasti ‘Kopi lo merek apa, Bro? Beli di mana?’ Padahal seharusnya pertanyaannya adalah ‘Kopi lo dari daerah mana Bro asalnya?’” kata Borie, pemilik Jakarta Coffee House (JCH), salah satu coffee roastery cukup terkenal di ibu kota.
ADVERTISEMENT
Sebelum mendirikan Jakarta Coffee House, Borie sempat bergabung di Anomali Coffee. Kini roastery miliknya, JCH, menjadi penyuplai biji kopi 74 kedai kopi yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jakarta.
“Banyak kok kedai kopi di Jakarta yang ingin ikut memperjuangkan petani-petani kopi lokal, juga ingin memperkenalkan kopi Indonesia yang sebenarnya tidak kalah dengan kopi luar negeri,” kata Victor, Manager Kopikina.
Biji kopi. (Foto: Instagram @jakartacoffeehouse)
zoom-in-whitePerbesar
Biji kopi. (Foto: Instagram @jakartacoffeehouse)
Di balik peningkatan minat akan kopi lokal, ternyata stok kopi lokal tak bertumbuh signifikan. Ketimpangan antara permintaan dan persediaan single origin itu tercatat dalam data International Coffee Organization.
Bagaimana bisa?
Arief Said, pakar kopi dan pemilik jasa langganan kopi Gordi Indonesia, mengatakan sebagian petani kopi lokal di Indonesia telah terikat kontrak dengan eksportir luar negeri, sehingga saat musim panen tiba, kopi yang dipanen harus diserahkan kepada mereka.
ADVERTISEMENT
Imbasnya, persediaan kopi untuk pasar dalam negeri akan selalu kurang selama tren minum kopi terus meningkat. Ironis, memang.
Sejak lama, karakteristik kopi lokal Indonesia menarik minat pencinta kopi luar. Rasa yang khas membuatnya jadi favorit warga dunia. Kopi Sumatera, misalnya, menjadi salah satu produk terlaris di gerai kopi Starbucks. Dan tak jarang, single origin asal nusantara disandingkan dengan kopi-kopi dari negara lain.
Kopi sejatinya memang bagian dari masyarakat Indonesia. Ia sudah ada di nusantara sejak tahun 1696, dibawa oleh pasukan Belanda dari Malabar, India.
Kopi pertama yang ditanam di nusantara adalah jenis robusta. Semula hanya ditanam di Jakarta dan Jawa Barat, menyusul disebar ke berbagai daerah seperti Bali, Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
ADVERTISEMENT
International Coffee Organization mencatat, Indonesia pada 2017 menempati peringkat keempat sebagai negara penghasil kopi terbesar di dunia, dengan jumlah produksi mencapai 10,8 juta kilogram sepanjang tahun.
Pasar Kopi Indonesia di Dunia (Foto: Sabryna Muviola/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pasar Kopi Indonesia di Dunia (Foto: Sabryna Muviola/kumparan)
Kopi-kopi nusantara yang kaya cita rasa terbukti selalu mendapat tempat di tengah masyarakat dunia. Terlebih, kesadaran masyarakat Indonesia akan kopi kian meningkat seiring gelombang ketiga evolusi kopi yang melanda dunia sejak 1990-an. Pada fase ini, seperti dilansir kopitem.com, kopi amat dihargai.
Para penikmat kopi tertarik pada kopi itu sendiri. Mereka menyadari kopi adalah budaya, dan mempelajari ragam detail soal kopi--mulai daerah asalnya (single origin), lalu caranya ditanam, dipanen, dijual, disangrai, diseduh, sampai disajikan.
Sebelumnya pada gelombang kedua evolusi kopi di akhir 1960-an, kopi masuk tahapan dinikmati, bukan sekadar dikonsumsi. Di fase ini, kedai-kedai kopi modern di kota-kota besar mulai muncul dan jadi gaya hidup, termasuk Starbucks yang menggurita dengan 27.000-an gerainya di seluruh dunia kini (330 di antaranya ada di Indonesia).
ADVERTISEMENT
Sementara pada gelombang pertama di awal 1960-an, kopi ada ‘baru’ untuk dikonsumsi. Jenis yang diminati di masa itu adalah kopi instan dalam kemasan saset, dengan Nescafe dari Nestle jadi primadona.
Bagaimana denganmu? Berada di tahap ketiga, kedua, atau pertama evolusi kopi? Yang mana pun, boleh jadi tak masalah asal kopi selalu aman tersedia.
Proses penyajian kopi. (Foto: Instagram @gordi.id)
zoom-in-whitePerbesar
Proses penyajian kopi. (Foto: Instagram @gordi.id)
=================
Mari singgah ke kedai kumparanFOOD untuk menikmati sajian kisah lengkap Candu Kopi ;)