Kopi Sulawesi dan Sumatera, Mana yang Lebih Enak?

11 September 2019 13:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mirza Luqman, Division Manager, Learning and Development Starbucks Indonesia Foto: Azalia Amadea/Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mirza Luqman, Division Manager, Learning and Development Starbucks Indonesia Foto: Azalia Amadea/Kumparan
ADVERTISEMENT
Kopi asal Indonesia memang banyak pilihannya. Dari Sabang sampai Merauke punya kopi spesialnya masing-masing. Karakteristiknya pun berbeda-beda. Itulah yang membuat kopi Nusantara semakin spesial bahkan di mata dunia.
ADVERTISEMENT
Untuk semakin mengangkat eksistensi kopi lokal, Starbucks melalui 'coffee craftmanship' menghadirkan dua biji kopi terbaik Indonesia. Sebelumnya Starbucks pernah punya biji kopi terbaik lainnya; seperti dari Jawa Barat, Blue Batak, Lake Toba, Aged Sumatra, dan Bali Batur Volcano. Kali ini, hadirlah Toraja Sapan Village serta Sumatra (medium roast). Pilihan-pilihan kopi premium tersebut selama ini tersedia di outlet Starbucks Reserve.
Menurut Division Manager, Learning and Development Starbucks Indonesia, Mirza Luqman, kedua kopi ini punya karakteristik yang berbeda. Sulawesi Toraja Sapan Village punya rasa yang tebal, sementara Sumatra kali ini hadir dengan pilihan medium roast --yang sebelumnya dark roast saja-- sehingga rasanya lebih ringan.
"Sulawesi sapan village ini pada tahun 2012 pernah memenangkan kompetisi kopi yang dilelang dengan harga tinggi. Kopi ini berasal dari Desa Sapan yang memang daerah penghasil kopi. Kopi ini tumbuh di ketinggian 1.700-an. Posisi desanya sangat ideal untuk menanam kopi," terangnya kepada kumparan saat acara 'coffee craftmanship' di Starbucks Reserve, Pondok Indah, Jakarta, Selasa (10/9).
Kopi Starbucks Reserve Sulawesi Toraja Sapan Village dan Sumatra Foto: Azalia Amadea/Kumparan
Kopi Sulawesi ini punya aroma citrus, herbal, dan manis seperti cokelat, lanjut Mirza. Benar saja ketika kami hirup, aroma manis begitu tercium jelas. Sedangkan, saat diseruput kopinya terasa penuh di mulut karena memang body-nya yang tebal dan pekat. Namun, kopi ini tak memiliki after taste.
ADVERTISEMENT
Cukup berbeda, kopi Sumateranya memiliki warna yang sedikit lebih terang. Aromanya juga tak terlalu menyengat ketika diseduh. Saat disesap, kopi ini terasa ringan di mulut, lembut, sedikit asam dengan flavor cedar serta earthy.
Meski rasanya ringan, bukan berarti kopi asal Sumatera ini tak punya penggemar. Bahkan menurut Mirza, dalam sejarahnya, kopi dari Sumatera menjadi yang terfavorit. Sumatera juga menjadi pulau dengan perkebunan kopi terluas.
Hubungan Starbucks sendiri dengan petani kopi di Sumatera telah terjalin sejak 48 tahun yang lalu. Starbucks Farmers Support Center di Berastagi, Sumatera Utara menjadi salah satu buktinya. Di perkebunan tersebut, Starbucks memberikan pembinaan dan fasilitas berkebun guna meningkatkan produksi serta kualitas kopi para petaninya.
ADVERTISEMENT
Kedua kopi ini menjadi pilihan baru yang disuguhkan khusus untuk penikmat kopi di Starbucks. Dengan karakteristik yang baru pula, kopi ini diharapkan bisa memenuhi selera para penikmat kopi Nusantara.
Menu Starbucks pumpkin spice latte Foto: Azalia Amadea/Kumparan
Selain meluncurkan dua produk kopi tersebut, Starbucks juga memperkenalkan menu musim gugur yakni pumpkin spice latte (PSL). Kopi ini punya cita rasa khas labu kuning, wangi kayu manis, nutmeg, dan cengkih sehingga sangat terasa rempah-rempahnya. Minuman ini tersedia panas ataupun dingin.
"Minuman ini sudah ada di Starbucks Amerika Serikat sejak 16 tahun yang lalu. Hingga sekarang resep aslinya masih sangat dijaga. Di sana rempah-rempah juga digunakan untuk menghangatkan badan sehingga varian yang panaslah yang paling favorit," tutup Yuti Resani, PR Starbucks Indonesia.
ADVERTISEMENT