Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu belakangan, publik sempat dibuat terkejut dengan hidangan bernama memek .
ADVERTISEMENT
Namanya yang unik tentu bikin banyak orang penasaran. Padahal, kuliner khas pulau Simeulue ini sudah lama jadi makanan tradisional yang diunggulkan Aceh. Tidak heran, kini memek ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTB) 2019.
Dikutip dari keterangan tertulis Kadisbudpar Aceh Jamaluddin (18/7), memek dari Simuelue dan Gutel dari Aceh Tengah merupakan dua dari empat karya budaya yang masuk WBTB. Dua lainnya adalah seni pertunjukkan Sining dari Aceh Tengah dan ekspresi lisan Silat Pelintau dari Aceh Tamiang.
Empat karya ini terpilih dari 11 karya budaya yang diajukan Disbudpar Aceh dan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB).
"Dengan ditetapkan empat karya budaya tersebut, maka saat ini ada 34 jumlah karya budaya Aceh yang telah menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia," jelas Jamaluddin.
Sejatinya memek merupakan beras gongseng yang diberi santan dan ditambah pisang. Dilansir dari Aceh Kini, bahasa lokal Simeulue memang jauh berbeda dengan bahasa Aceh daratan. Artinya pun tidak ada kaitannya dengan kata serupa dalam Bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ada dua jenis memek; yaitu memek basah dan memek kering. Memek basah dibuat dari beras gongseng dengan kelapa kukur --atau kelapa parut-- plus gula. Sementara yang basah menggunakan santan. Memek basah biasa jadi penutup dalam jamuan makan.