Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Tak terasa sebentar lagi umat muslim dari seluruh dunia akan menyambut datangnya bulan Ramadan, tak terkecuali penduduk muslim di Amerika Serikat (AS). Meski bukan agama mayoritas, warga muslim di AS tetap antusias menyambut bulan penuh ampunan ini.
ADVERTISEMENT
Bahkan hal tersebut membuat tali persaudaraan antar umat Islam di AS semakin erat. Hal ini terlihat dari seringnya komunitas-komunitas warga muslim di AS mengadakan beragam acara saat bulan Ramadan datang.
“Ramadan di Amerika yang paling terpenting adalah berkumpul, membagikan makanan, dan waktu bersama keluarga,” terang Chris Rittgers, penasehat bidang pertanian kedutaan besar Amerika Serikat, saat ditemui di Amuz Gourmet Restaurant, Jakarta Selatan (9/4).

Ya, saat bulan Ramadan, warga muslim AS akan berkumpul sambil menunggu waktu berbuka puasa. Tak jauh berbeda dari budaya puasa di Indonesia, selain ajang bersilaturahmi, biasanya acara kumpul bersama ini akan diisi oleh pengajian dan ceramah.
Biasanya mereka akan berkumpul di masjid kota atau Islamic Center sebelum waktu berbuka dimulai. Warga akan membawa makanan spesial sembari memperkenalkan tradisi bulan Ramadan dari negara asalnya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Menariknya, tak hanya umat muslim yang antusias menyambut datangnya bulan Ramadan, banyak warga AS lainnya yang juga ikut berpartisipasi memeriahkan bulan suci ini.

“Tidak hanya orang muslim, tapi orang non muslim pun sering mengikuti kegiatan berkumpul saat Ramadan. Hal ini menggambarkan saling menghormati antar agama,” tambah Chris.
Hal inilah juga yang dirasakan oleh Lutfa Sarina, Mahasiswa UI (Universitas Indonesia) yang pernah merasakan pengalaman berpuasa di Negeri Paman Sam. Ia bercerita bahwa teman-temannya di AS sangat antusias saat ikut merasakan buka puasa, bahkan Ia sering mengadakan acara buka bersama dengan tetangga sekitar.
“Saat puasa di Amerika, aku banyak dikasih makanan sama tetangga. Mereka sangat welcome sama aku,” ujar Mahasiswa Jurusan Hukum ini.
ADVERTISEMENT
“Bahkan ada beberapa temanku yang ikut nungguin aku buka puasa. Aku senang karena bisa mengenalkan puasa ke mereka,” tambahnya.

Menurut Lutfa, hal ini tak hanya mempererat tali persaudaraan umat muslim di AS. Namun tradisi buka bersama secara beramai-ramai dengan warga sekitar juga dapat menjadi ajang saling menghargai dan menghormati sesama meski berbeda suku, ras, dan agama.