Petani Muda Bango, Jaga Makanan Indonesia Lewat Petani Berkualitas

15 November 2019 13:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Makan siang di Program Petani Muda Bango. Foto: Toshiko/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Makan siang di Program Petani Muda Bango. Foto: Toshiko/kumparan
ADVERTISEMENT
Makanan Indonesia itu enak-enak. Soto, rawon, rendang, sambal, duh, bikin kita pengin nambah! Sayangnya, keberadaan makanan enak ini makin tergerus, seiring dengan teknologi yang juga semakin berkembang juga.
ADVERTISEMENT
Coba perhatikan, dulu kita mengenal makanan Indonesia dari masakan ibu. Kini, sudah jarang ibu muda yang memasak sendiri di rumah. Pun bila masih memasak, coba perhatikan resepnya, syukur-syukur kalau masih masak sajian khas Indonesia.
Masalah lainnya adalah ketersediaan dari pangan. Lahan semakin menipis, lalu jumlah petani pun semakin berkurang. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan pada 2016 – 2018, penurunan jumlah petani mencapai 4 juta petani.
Inilah yang jadi perhatian Bango dan The Learning Farm, sebuah Non-Governmental Organization (NGO) di Cianjur. Keduanya bekerjasama membuat Program Petani Muda Bango.
“Perlu tindakan nyata untuk keberlanjutan pertanian di Indonesia. Regenerasi petani itu sulit. Petani ditanya kalau anaknya mau jadi apa, mereka inginnya ya anaknya tidak seperti mereka. Kalau begini terus, siapa yang garap lahan kita?,” ungkap Nona Pooroe Utomo, Executive Director The Learning Farm Indonesia di Cianjur, Puncak, Jawa Barat, (13/11).
Konferensi Pers Program Petani Muda Bango (13/1) Foto: Toshiko/kumparan
Program ini merupakan pelatihan tani bagi para pemuda Indonesia. Tujuannya memberdayakan generasi muda untuk menjadi anggota masyarakat yang independen, berkontribusi. dan bertanggung jawab melalui program residensi pertanian.
ADVERTISEMENT
Secara garis besar, Program Petani Muda bertujuan untuk mendorong regenerasi petani. Jika semakin banyak petani, maka ketersediaan pasokan bahan pangan berkualitas pun terjamin. Rantai ini yang bikin makanan Indonesia terus ada.
“Itu semua berkaitan. Kalau ingin masakan Indonesia terus ada, pangan harus dijaga. Selain soal lahan, keberadaan petani yang menggarapnya juga sangat penting,” ungkap Nando Kusmanto, Brand Manager Bango.
Batch pertama dari program ini dilaksanakan selama bulan Oktober 2019-Januari 2020.
Selama 100 hari, seluruh peserta mengikuti rangkaian kurikulum yang dikembangkan oleh Bango dan The Learning Farm, yaitu: 60% materi pertanian yang terbagi dalam empat kelompok besar yaitu tanah, budidaya tanaman-perikanan dan ternak, pemupukan dan pengendalian hama, serta analisa usaha tanam.
Program Petani Muda Bango. Foto: Toshiko/kumparan
Sementara 40 persen materi lainnya berfokus pada pengembangan soft skill seperti manajemen waktu dan keuangan, entrepreneurship, healthy life style, Bahasa Inggris, komputer, dan komunikasi.
ADVERTISEMENT
Sejak batch pertama ini berjalan, yaitu tanggal 11 Oktober 2019 – 13 November 2019, sebanyak 35 petani muda potensial telah mendapatkan materi untuk mengembangkan sawah mereka.
“Fokus kami adalah sustainable agriculture. Kami ingin makanan Indonesia tetap ada. Maka itu, para petani ini juga harus di-support,” tutup Nando.