Riset: Obesitas Bikin Lemah Indera Perasa Kita

27 Oktober 2019 11:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi burger (Square). Foto: Dok. Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi burger (Square). Foto: Dok. Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kebiasaan makan yang buruk bikin penderita obesitas meningkat. Bisa jadi pemicunya adalah ketidakseimbangan gaya hidup; terutama bagi mereka yang menggemari makanan serba instan. Ketika kita cenderung makan junk food dan makan olahan, risiko obesitas pun kian meningkat.
ADVERTISEMENT
Masalah kelebihan berat badan ini bukan hanya bikin kita sulit bergerak. Baru-baru ini, sebuah penelitian mengungkap bahwa obesitas dapat melemahkan indera perasa kita.
Penelitian yang diterbitkan di Jurnal Frontiers in Integrative Neuroscience menjelaskan bahwa persepsi rasa diketahui berubah karena obesitas. Kebanyakan mengonsumsi makanan tinggi lemak bikin tumpul respon otak kita terhadap rasa.
Ilustrasi burger Foto: Shutter Stock
Patricia Di Lorenzo, psikologi dari Binghamton University yang terlibat dalam penelitian ini menjelaskan: agak aneh kalau kita tidak memiliki banyak informasi tentang bagaimana obesitas berdampak pada tubuh. Kita sering mencari makanan berdasarkan preferensi palate --bagian langit-langit mulut yang bertugas untuk mengecap rasa-- kita, namun obesitas mengubah cara otak merespon rasa.
Tim peneliti lainnya juga menemukan bahwa obesitas berdampak pada respon kita terhadap rangsangan rasa di dalam nukleus tractus solitarius --bagian otak yang terlibat dalam pemrosesan rasa.
ADVERTISEMENT
Penelitian ini memang hanya dilakukan pada tikus. Mereka meneliti respon terhadap rangsangan rasa dari sel tunggal di batang otak tikus yang dibuat gemuk dengan makanan berlemak.
Peneliti ini menemukan bahwa respon rasa pada tikus gemuk ini berkurang besarnya, durasinya juga lebih pendek, dan butuh waktu lebih lama untuk berkembang, dibandingkan dengan tikus yang kurus.
Mungkin kalau pada manusia, hasil tiga poin yang ditekankan di atas akan berbeda, tergantung individu yang terlibat. Namun, dalam hal respon terhadap rasa, hasilnya akan kurang lebih sama.