Singapura Jadi Negara dengan Makanan Paling Terjangkau Ke-2 di Dunia

12 Desember 2019 8:04 WIB
comment
23
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Di Singapura, petualangan kuliner adalah petualangan tanpa akhir. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Di Singapura, petualangan kuliner adalah petualangan tanpa akhir. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kalau mendengar kata Singapura, pasti yang terbayang adalah harga makanannya yang selangit. Biaya hidup di sana memang terbilang tak murah, apalagi perkara makanan.
ADVERTISEMENT
Tapi ternyata, menurut Global Food Security Index, Singapura justru menempati peringkat kedua dunia, sebagai negara yang memiliki makanan paling terjangkau.
Sejatinya, Global Food Security Index merupakan penilaian tahunan yang mengukur ketahanan pangan suatu negara.
com-Chilli crab begitu merakyat sehingga hidangan ini dinobatkan secara (tak resmi) menjadi makanan nasional Singapura. Foto: Shutterstock
Penilaian ini terbagi jadi tiga kategori; seberapa terjangkau harga makanannya, apakah penduduknya bisa mendapat akses mudah ke makanan, serta seberapa bernutrisi dan bergizi persediaan makanan tersebut. Nah, tahun ini, Singapura menempati peringkat kedua di dunia.
Peringkat Singapura di Global Food Security Index 2019 Foto: Dok. Food Security Index 2019
Dilansir Business Insider Singapore, mereka berhasil memperoleh skor sebesar 95,4, persis di bawah Qatar yang mendapat skor 98,9.
Setelah Singapura, ada Jepang di urutan ke-21 dengan skor 82,4, Malaysia di urutan ke-28 dengan skor 81,7, Korea Selatan di urutan ke-29, Kazakhstan peringkat ke-48, dan Thailand di urutan ke-52.
ADVERTISEMENT
Bukan itu saja, Singapura juga menduduki peringkat pertama dunia di kategori food security. Artinya, makanan yang memenuhi standar nutrisi bisa dibeli dengan mudah, minimnya perubahan harga pangan, serta konsumsi produk pertanian oleh masyarakat.
Bagaimana dengan Indonesia?
Tahun ini, secara global, Indonesia berada di peringkat ke-62, dengan food affordability di peringkat 58. Sementara itu, food availability Indonesia ada di peringkat 48, dengan quality and safety di peringkat 84.
Secara global, peringkat Indonesia agak jauh bila dibandingkan dengan negara tetangga lainnya; seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Peringkat Indonesia di Global Food Security Index 2019 Foto: Dok. Food Security Index 2019
Food affordability bukan hanya soal harga makanan
Kok bisa? Kan harga makanan di Indonesia jauh lebih murah kalau dibandingkan Singapura?
Pada dasarnya, food affordability bukan hanya menyoal harga makanan yang dijual. Tapi, bagaimana orang-orang bisa membeli sebagian atau bahkan seluruh makanan sehat yang mereka inginkan, dengan biaya yang mereka miliki.
ADVERTISEMENT
Tujuannya, adalah supaya penduduk negara tersebut bisa menjangkau makanan sehat, terlepas dari jumlah pendapatnya.
Penjual telur di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (3/12). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Kalau di Indonesia, kira-kira begini penjabarannya. Dikutip dari ReliefWeb, dalam skala nasional, 62 persen dari penduduk Indonesia bisa membeli makanan bergizi yang paling murah.
Kalau ditotal, tanpa kenaikan harga musiman, sebanyak 4 dari 10 orang Indonesia tidak mampu membeli makanan bergizi dan seimbang.
Namun sayangnya, di Indonesia, harga makanan cenderung naik sebelum dan selama bulan puasa. Terutama, harga daging ayam telur, dan bawang.
Kenaikan harga selama bulan puasa ini dapat memengaruhi keterjangkauan makanan bergizi; seperti telur. Imbasnya, akan berdampak pada menurunnya konsumsi makro dan mikronutrien esensial.
Penjual bawang di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (3/12). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Kendati demikian, selama beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengalami peningkatan dalam hal ketahanan pangan. Sebelumnya, di tahun 2017, Indonesia menduduki ranking ke-69 dunia, dari total 113 negara.
ADVERTISEMENT
Bila dibandingkan dengan Singapura, gross domestic product (GDP) Indonesia memang beda jauh. GDP adalah segala hal yang dihasilkan oleh masyarakat dan bisnis, termasuk gaji.
Singapura memiliki GDP sebesar 587 miliar, sementara Indonesia hanya 3,75 miliar. Selain itu, perubahan harga makanan di Singapura (dihitung sejak tahun 2010), rata-rata tak begitu tinggi, bila dibandingkan dengan Indonesia.