Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Adhyaksa: Keinginan Debby Nasution Meninggal saat Taklim Terpenuhi
16 September 2018 16:16 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB

ADVERTISEMENT
Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Adhyaksa Dault menjadi salah satu sosok yang turut mengantarkan musisi Debby Nasution ke tempat peristirahatan terakhir. Debby yang meninggal dunia di usia 62 tahun, dimakamkan di TPU Pasir Putih, Sawangan, Depok, Jawa Barat, Minggu (16/9).
ADVERTISEMENT
Seusai pemakaman, Adhyaksa mengatakan sudah mengenal almarhum dari sejak era 80-an. Selama ini, lanjut dia, Debby tidak pernah mengeluhkan apa pun.
“Puluhan tahun tidak pernah mengeluh. Selama saya jadi menteri, tidak pernah minta sekalipun minta sesuatu dari saya. Dia selalu ikhlas,” kata Adhyaksa.
Pria berusia 55 tahun itu terakhir kali berkomunikasi dengan Debby Nasution pada minggu lalu. Dalam sebuah pembicaraan, Adhyaksa pernah meminta pria yang membentuk band dengan nama Gank Pegangsaan itu untuk berobat ke rumah sakit.
“Saya pernah bilang ke beliau, ‘Ayo bang, saya bawa ke rumah sakit’. Dia bilang sama saya ‘Sudahlah, kalau sudah waktunya, ane mah mati dadakan aja, enggak usah nyusahin orang. Kalau bisa mati pas lagi taklim, lagi ngajar’,” tutur Adhyaksa.

Adhyaksa tak menyangka bahwa Allah mengabulkan permintaan Debby. Berdasarkan keterangan dari kerabat Debby, Kadri Mohammad, rekannya sempat mengalami kolaps saat mengisi kajian di Masjid Al Ikhlas, Cipete, pada Sabtu (15/9). Menurut Kadri, Debby kerap mengisi kajian pada Sabtu dan Minggu di Masjid Al Ikhlas, Cipete.
ADVERTISEMENT
“Ternyata Sabtu kemarin terpenuhi ya. Kami semua kaget dia meninggal di usia 62, belum terlalu tua,” ucap Adhyakasa.

Istri kedua Debby, Sitoresmi Prabuningrat, merasa sedih karena sang suami telah pergi untuk selama-selamanya. Di mata dia, Debby tak hanya seorang suami, tapi juga guru.
“Saya secara pribadi mengatakan bahwa saya pribadi benar-benar merasa seperti kehilangan guru. Saya tidak pernah lepas dari bimbingannya. Walau kami berada dalam dua tempat berbeda, saya di Yogya, dia di Jakarta, tapi saya merasa kehilangan,” kata Sitoresmi.

Menurut Sitoresmi, segala pembicaraannya dengan Debby merupakan sesuatu yang bermakna. Dalam pembicaraannya, Sitoresmi biasanya berkonsultasi mengenai agama.
“Walaupun hanya bertemu sebentar saja. Tapi pasti ada makna,” ucap Sitoresmi.

Sitoresmi sempat menjelaskan soal makam Debby Nasution yang tidak ditaburi bunga. Menurut dia, hal itu merupakan bagian dari tradisi.
ADVERTISEMENT
“Memang tradisi yang diterapkan dalam kehidupan kami seperti itu,” tandas Sitoresmi.