Ajil Ditto Susah Akting Jadian dengan Rania Putrisari di 'Anak Garuda'

17 Januari 2020 15:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ajil Ditto saat berkunjung ke kantor kumparan, Jakarta, Kamis (9/1). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ajil Ditto saat berkunjung ke kantor kumparan, Jakarta, Kamis (9/1). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Anak Garuda’ sudah dapat disaksikan di bioskop-bioskop Tanah Air sejak kemarin, Kamis (16/1). Film garapan sutradara Faozan Rizal tersebut diadaptasi dari pengalaman nyata sejumlah alumni Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI).
ADVERTISEMENT
Sejumlah pemain, yakni Rebecca Klopper, Tissa Biani, Violla Georgie, dan Ajil Ditto, belum lama ini bertandang ke kumparan. Mereka berbagi kisah mengenai tantangan yang dihadapi dalam film ‘Anak Garuda’.
Ajil Ditto yang berperan sebagai Robet, mengaku mendapatkan sejumlah tantangan yang cukup besar. Salah satunya, harus berakting sebagai sepasang kekasih dengan Rania Putrisari.
Ajil Ditto saat berkunjung ke kantor kumparan, Jakarta, Kamis (9/1). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
“Itu lucu saja, sih. Kak Rania, 'kan, usianya sudah 25 tahun, ya, sedangkan gue masih 18 tahun. Feel-nya masih sebagai kakak, jadi beda, 'kan. Jadi, gue bersusah payah untuk itu,” ucap Ajil Ditto.
Selain hal tersebut, tantangan lain yang dihadapi Ajil Ditto adalah ketika ia diharuskan bicara dengan logat Jawa Timur, mengingat Robet yang diperankannya berasal dari Pacitan. Tantangan serupa dirasakan pula oleh Tissa Biani.
ADVERTISEMENT
“Tantangannya dari logat, ya. Tokoh yang kami perankan, 'kan, berasal dari daerah berbeda. Karakter aku, misal, dari Jawa Tengah, Temanggung. Aku harus bisa dialek Jawa Tengah,” ujar Tissa Biani.
Tissa Bani saat berkunjung ke kantor kumparan, Jakarta, Kamis (9/1). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Sementara itu, Violla Georgie merasa tertantang karena emosi yang harus dikeluarkannya melalui peran Yohana cukup menguras energi.
“Ada beberapa part yang Yohana emosinya cukup dalam, mungkin karena dia underrated sebagai pemimpin. Mungkin juga karena aku dulu juga ada basic bullying kali, ya. Jadi, kerasa pas di adegan itu, recall lagi,” ungkap Violla Georgie.
Di samping menghadapi sejumlah tantangan, para pemain juga mendapatkan pengalaman dan pembelajaran berharga melalui ‘Anak Garuda’. Satu di antaranya ketika mereka berkesempatan bertemu langsung dan mendengarkan kisah-kisah para siswa serta alumni SPI.
Pemain film Anak Garuda saat berkunjung ke kantor kumparan, Jakarta, Kamis (9/1). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Rebecca Klopper menjadi salah satu yang tersentuh dengan kisah-kisah para siswa dan alumni SPI.
ADVERTISEMENT
“Becca bukan orang yang serius, hidupnya bercanda terus. Hari ke-2 menginap di SPI, tuh, baru merasakan, ‘Gila, sombong banget gue jadi manusia, enggak pernah sebersyukur itu.’ Jadi, itu mind blowing banget buat aku. Mereka saja bisa kayak gitu. Gue selama ini manfaatnya apa jadi manusia?” tutur Rebecca Klopper.
Pembelajaran senada dirasakan pula oleh Ajil Ditto. Semangat para siswa dan alumni SPI mengantarkannya pada sebuah kesadaran.
Pemain film Anak Garuda saat berkunjung ke kantor kumparan, Jakarta, Kamis (9/1). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
“Itu sebuah tamparan keras, sih, buat gue sebagai orang yang kadang masih belum bersyukur atau enggak puas. Mereka yang masih bisa tersenyum, kejar mimpi, dan gue sampai speechless lihat mereka semangat,” pungkas Ajil Ditto.
Film ‘Anak Garuda’ mengangkat pengalaman nyata tujuh alumni SPI. Berangkat dari latar belakang dan dengan karakter berbeda-beda, mereka harus bekerja sama dan saling memahami satu sama lain ketika berkesempatan melakukan trip ke Eropa.
ADVERTISEMENT