Akmal Nasery Basral Kembali Rilis Novel soal Buya Hamka

29 Februari 2020 18:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Akmal Nasery Basra (tengah) di Auditorium I Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Jumat (28/2).
 Foto: Maria Gabrielle Putrinda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Akmal Nasery Basra (tengah) di Auditorium I Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Jumat (28/2). Foto: Maria Gabrielle Putrinda/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sastrawan Akmal Nasery Basral kembali menulis tentang Buya Hamka, dalam karya tulis ke 16-nya yang berjudul Buya Hamka: Setangkai Pena di Taman Pujangga. Sebelumnya, Akmal Tadarus menulis Cinta Buya Pujangga di tahun 2013.
ADVERTISEMENT
Kepada kumparan, Akmal mengungkapkan alasan dirinya tertarik untuk menulis novel sejarah tentang Buya Hamka. Menurutnya, ada banyak prestasi yang dimiliki oleh pria bernama lengkap Haji Abdul Malik Karim Abdullah itu.
"Karena kan pertama, beliau pahlawan nasional tahun 2011. Terus tadi banyak prestasinya, dia seorang ulama, seorang pujangga," kata Akmal Nasery Basral ditemui di Auditorium I Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.
Akmal Nasery Basra (tengah) di Auditorium I Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Jumat (28/2). Foto: Maria Gabrielle Putrinda/kumparan
Menurut Akmal, mendiang Buya Hamka disebut sebagai satu-satunya pujangga di angkatan Balai Pustaka yang tidak bisa berbahasa Belanda ataupun lulusan Bahasa Belanda. Diketahui, Hamka adalah lulusan madrasah.
"Pujangga Surau, istilahnya, madrasah, karena beliau memang sekolah resminya hanya sampe kelas dua SD. Tetapi kemudian dia di akhir hidupnya mendapat banyak pengakuan gelar, sampai jadi professor, doktor, honoris causa. Nah, terus dia juga pendiri majalah, jurnalis, politisi jadi banyak prestasinya," tutur Akmal.
ADVERTISEMENT
Novel Buya Hamka: Setangkai Pena di Taman Pujangga ini menceritakan kehidupan Hamka sedari lahir hingga berusia 30 tahun. Ide untuk menerbitkan novel sejarah ini muncul karena adanya hal-hal yang baru terungkap soal Hamka.
"Jadi batang tubuhnya tetap yang tahun 2013, Tadarus Cinta Buya Pujangga. Dari 2013 sampai sekarang itu ada beberapa karya baru tentang Hamka baik yang sifatnya historical novel atau dari akademis, disertasi, saya baca-baca," penulis novel Sang Pencerah ini.
Akmal Nasery Basra (tengah) di Auditorium I Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Jumat (28/2). Foto: Maria Gabrielle Putrinda/kumparan
"Ada semacam 'temuan-temuan' baru lah. Buat saya itu menarik jadi saya harus meng-update juga kan. Meskipun yang sebelumnya enggak salah. Tapi ada bagian yang kurang detil aja, kurang zoom in,' lanjutnya.
Novel sejarah Buya Hamka: Setangkai Pena di Taman Pujangga merupakan seri pertama dari dwilogi kehidupan Buya Hamka dan siap dirilis awal Maret ini. Siap untuk berburu novel sejarah ini?
ADVERTISEMENT