Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
'An Inconvenient Sequel: Truth to Power' Tayang di Bioskop 25 Agustus
22 Agustus 2017 14:21 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore kembali menjadi bintang utama dari film dokumenter yang bercerita mengenai krisis iklim global. 'An Inconvenient Sequel: Truth to Power' menjadi film sekuel setelah merilis film perdananya tahun 2006 silam yang berjudul 'An Inconvenient Truth'.
ADVERTISEMENT
Sekuel ini masih membicarakan hal yang sama: krisis iklim global yang tak kunjung sembuh, malah semakin meradang. Bedanya dengan film pertama, film yang digarap dua sutradara Bonni Cohen dan Jon Shenk ini mengedepankan semangat masyarakat dan negara untuk melakukan revolusi ke arah energi terbarukan.
Mantan wakil presiden dari Bill Clinton ini masih terpaku dengan presentasi slideshow yang ia tunjukkan kepada ratusan orang yang tergabung pada climate leadership training. Dari situ, ia menunjukkan angka-angka, data, foto, dan video terkait dampak pemanasan global yang terjadi di seluruh penjuru dunia.
Ambil contoh meleleh dan pecahnya es di benua Antartika. Lalu juga naiknya air permukaan laut yang ditunjukkan dengan bukti konkrit, yaitu menggenangnya kawasan Florida dan 9/11 Memorial di New York dilanda banjir besar. Di belahan dunia yang lain juga terjadi kekeringan akut di Suriah sehingga itu yang membuat masyarakat bermigrasi dan timbullah konflik horizontal demi sesuap nasi dan seteguk air. Tak lupa juga dengan kebakaran hutan akibat kekeringan tersebut dan juga badai yang menghantam New York hingga Filipina.
ADVERTISEMENT
Semua terjadi karena satu penyebab: perubahan iklim global yang ekstrem.
Tapi tidak hanya angka atau video mengenaskan yang ditunjukkan oleh Gore. Ia juga memberikan secercah harapan bahwa sedikit demi sedikit, lambat laun, manusia mulai sadar akan bahaya perubahan iklim ini. Dengan kerja kerasnya dan banyak orang di belakangnya, rakyat dari penjuru dunia mulai beralih ke energi terbarukan, seperti energi surya dan angin.
Film ini akan menyajikan behind the scene perjuangan aktivis alam berusia 69 tahun ini bekerja keras dalam melakukan pekerjaannya. Salah satunya, pada tahun 2015 lalu di Perjanjian Prancis, Gore menelpon banyak orang untuk mempersuasi pemimpin India agar dapat berpindah dari menggunakan bahan bakar fosil menjadi energi terbarukan. Ini berbuah manis ketika Perdana Menteri Narendra Modi akhirnya menyetujui perjanjian itu dan mulai mencanangkan rencana pergantian pemakaian energi terbarukan untuk negaranya.
ADVERTISEMENT
Trump dan Kebijakannya tentang Perubahan Iklim
Jangan kira bahwa film Al Gore ini tidak akan mengungkit kejadian Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat dari kesepakatan iklim global yang disepakati di Paris, Prancis, Kamis (1/6) lalu. Selain Amerika Serikat, Suriah dan Nikaragua bergabung menjadi tiga negara yang tidak berpartisipasi dalam Perjanjian Paris. Justru peristiwa mengejutkan inilah yang menjadi puncak dari film dokumenter tersebut.
Mengapa? Karena tahun 2015, mantan presiden AS Barack Obama menandatangani perjanjian yang sama dan disepakati oleh 195 negara lainnya, termasuk Indonesia. Dalam kesepatakan itu, baik negara maju atau berkembang, sepakat untuk mengurangi emisi gas buang atau gas rumah kaca akibat penggunaan bahan bakar fosil.
Tentu saja perjuangan Al Gore untuk mengedepankan energi terbarukan tidak berhenti sampai di situ. Dalam filmnya ia sudah berusaha untuk melobi orang yang mengaku pemimpin negara adidaya itu untuk mencegah terjadinya perubahan iklim yang semakin ekstrem. Namun sepertinya hasil dari persuasinya itu belum berbuah manis.
ADVERTISEMENT
Perisitwa Trump yang menarik mundur negaranya dari Perjanjian Prancis harus menjadi motivasi bagi Al Gore untuk bekerja lebih keras lagi agar masyarakat ikut tergerak untuk membawa perubahan bagi bumi. Trump sepertinya benar-benar mengedepankan janjinya, yaitu 'America First'. Pedulikah ia dengan manusia lain yang tersebar di seluruh penjuru bumi dan krisisnya?
Jika kepala negara tidak mencerminkan sikap seperti pemimpin, maka rakyatlah yang mengambil alih.
Silakan menyaksikan film dokumenter tentang krisis iklim global, 'An Inconvenient Sequel: Truth to Power' di bioskop mulai tanggal 25 Agustus mendatang.