Arrival: Bagaimana Amerika Antisipasi Kedatangan Alien

12 Januari 2017 9:39 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Tentara Amerika Serikat di film Arrival. (Foto: Paramount Pictures)
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Amerika Serikat di film Arrival. (Foto: Paramount Pictures)
Satu orang wanita pemurung yang tinggal sendiri di tepi danau, membacakan narasi berisi kilas balik hidupnya. Adegan bergulir di masa-masa terakhir dia bersama sang puteri yang mengidap kanker dan akhirnya meninggal. Adegan melankolis itu membawa penonton untuk memahami lebih dekat hidup Louise Banks (Amy Adams), seorang ahli bahasa atau linguis, tanpa bertele-tele. Setelah menata kembali hidupnya, Louise melanjutkan hidup dengan mengajar. Hari pertama yang harusnya membuka lembaran baru, malah mengecewakan karena hanya ada sekitar 7 mahasiswa dan masing-masing sibuk dengan ponselnya yang terus berbunyi. Sebelum dia sempat menegur, salah satu muridnya berkata, “Tolong nyalakan televisi.” Sebuah objek elips superbesar menggantung di langit Montana, salah satu negara bagian di kawasan Barat Amerika Serikat. Alarm darurat berbunyi, kelas dibubarkan. Situasi panik juga dialami warga negara lain yang melihat pemandangan sama. Rusia, China, Pakistan, termasuk Amerika, langsung mengumpulkan ilmuan dan militer untuk segera menyelidiki apa yang sedang terjadi.
ADVERTISEMENT
Arrival, film sci-fi di tahun 2016.  (Foto: Paramount Pictures)
zoom-in-whitePerbesar
Arrival, film sci-fi di tahun 2016. (Foto: Paramount Pictures)
Ternyata 12 objek itu adalah pesawat alien. Selama beberapa hari, objek itu tidak melakukan aktivitas berarti, hanya membuka salah satu pintunya tiap 60 jam sekali. Lalu pertanyaannya, apa tujuan mereka ke bumi? Kolonel GT Weber (Forest Whitaker) mendatangi Louise di ruang kerjanya. Tanpa basa-basi dia langsung mengeluarkan rekaman suara dari pesawat alien tersebut. “Kita tak punya banyak waktu, tolong cari tahu artinya.” Louise menyanggupi dengan syarat agar dia melihat langsung apa yang dihadapi, dan dari mana asal suara itu. Setelah sedikit penjelasan akademis, sang jenderal setuju.
Louise kemudian melakukan investigasi bersama fisikawan Ian Donnelly (Jeremy Renner). Mereka masuk pesawat luar angkasa dengan melewati lorong anti-gravitasi. Musik yang menggunakan vokal dan experimental piano loops dari Johann Johannsson, menjadi pengiring yang dramatis dalam adegan tersebut. Inilah kali pertama penonton diperlihatkan objek yang mereka hadapi.
ADVERTISEMENT
Amy Adams memainkan peran Louise Banks. (Foto: Paramount Pictures.)
zoom-in-whitePerbesar
Amy Adams memainkan peran Louise Banks. (Foto: Paramount Pictures.)
Louise melakukan pendekatan dengan mengajak mereka berkomunikasi—setelah penelitian panjang dan matematika yang rumit— dan mencoba saling memahami sebelum benar-benar mengajukan pertanyaan paling krusial yang harus segera dijawab. Dan kalimat pertama yang dipahaminya dari alien Heptapod berkaki 7 dengan bentuk seperti ubur-ubur, begitu menggemparkan dunia. Film garapan sutradara Denis Villeneuve diadaptasi dari cerita pendek yang dirilis pada 1998 berjudul ‘Story of Your Life’ karya Ted Chiang. Kesan film fiksi ilmiah di ‘Arrival’ mungkin terasa sebatas teori dalam cerita. Tak ada efek visual megah tentang planet antah berantah yang dieksplorasi seperti ‘Prometheus’ karya Ridley Scott. Gambar sinematografer Bradford Young lebih fokus pada interaksi antara Louise dengan Heptapod yang dinamai Abbot dan Costello, yang menjadi inti cerita. Meski begitu, film ini begitu menarik dari segala aspek, memberikan penonton efek cemas yang nyata. Rasanya berdebar-debar.
ADVERTISEMENT
Awalnya, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan dan penyiaran. Cara-cara itu yang dilakukan Louise saat berinteraksi dengan alien; mengenalkan namanya, mengajari kata-kata dasar manusia, sambil mempelajari simbol yang dikeluarkan Abbot dan Costello. Apapun agar dua belah pihak beda ras itu saling memahami.
Adegan di film Arrival. (Foto: Paramount Pictures)
zoom-in-whitePerbesar
Adegan di film Arrival. (Foto: Paramount Pictures)
Butuh waktu lama bagi Louise dan Ian untuk menerjemahkan satu kata dari Heptapod, sementara sang alien juga ternyata punya kemampuan luar biasa di luar persoalan teknologi. Seandainya Denis Villeneuve mengarahkan agar Heptapod menyesuaikan diri dengan bahasa manusia—yang tentu tak jadi persoalan—mungkin film tersebut hanya akan berdurasi 5 menit. Memangnya, hanya manusia saja yang mau dimengerti?
ADVERTISEMENT