Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Asia Africa Film Festival (AAFF) merupakan sebuah acara yang dipersembahkan oleh Globetrotter Lab. Acara tersebut diselenggarakan pada 24 sampai 28 April di Silver Screen Queen’s Head, di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Kennedy Ashinze selaku Globetrotter Lab’s Founder dan Creative Director AAFF mengatakan bahwa benua Asia dan Afrika memiliki banyak kesamaan yang terhubung secara kultural dan historis.
Kesamaan tersebut diperlihatkan melalui film-film yang ditayangkan di AAFF. Selain untuk membangun komunikasi antara Asia dan Afrika, acara ini juga bertujuan untuk mengapresiasi para pembuat film.
“Kami ingin orang-orang yang bercerita dalam film-film hebat itu akan membukakan pikiran kalian. Di waktu yang sama, kami juga bisa mengapreasiasi para pembuat film,” ujar Kennedy saat ditemui di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
AAFF juga menjadi wadah bagi para pembuat film indie. “Senang bisa memberi dukungan dan semangat bagi pembuat film independen yang telah memberikan cerita yang indah. Jadi, kami merasa ini adalah sebuah kontribusi kami,” katanya.
ADVERTISEMENT
Akan ada 18 film yang terdiri dari film panjang, film pendek, dan film dokumenter yang akan ditayangkan di AAFF. Film-film tersebut berasal dari 11 negara di Asia dan Afrika, yakni Tanzania, Nigeria, Ghana, Mesir, Indonesia, India, Palestina, Filipina, Jepang, dan Cina.
Sederet film Indonesia yang tayang di gelaran AAFF ini antara lain adalah 'Kado', 'Tengkorak', 'Laut Bercerita', 'Ballad of Blood', 'About a Woman', dan 'Nyai'.
Selain itu, ada pula film 'Ave Maryam' yang diperankan Maudy Koesnaedi dan Chiko Jerikho yang baru rilis di bioskop awal April lalu.
Proses saat memilih film yang akan ditayangakan di AAFF, sangat menyenangkan bagi Kenney. Film-film itu tak dipilih secara sembarangan, namun memiliki benang merah, yakni film progresif.
ADVERTISEMENT
“Saya pikir hanya merayakan saat ini. Saya pikir ini akan menjadi film progesif, film tentang cinta, keluarga, dan film tentang LGBT, diskriminasi,” ucap Kennedy.
Tidak ada target pasar tertentu yang dituju oleh AAFF. Maka dari itu, semua kalangan bisa datang untuk menonton film yang ditayangkan di AAFF.
“Hanya orang yang berpikiran terbuka dan ingin mendapatkan inspirasi, itu targetnya,” pungkas Kennedy.
Bagi kamu yang ingin menonton film-film yang diputar di AAFF, kamu bisa membeli tiketnya secara online.