Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Behind the Scene: Satu Hari Ziarah bersama Indro 'Warkop'
17 Mei 2017 21:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Pagiku ini tak seperti pagi-pagiku sebelumnya. Jika biasanya aku bangun pukul 05.00 WIB untuk menunaikan kewajibanku (salat Subuh), kali ini aku bangun lebih awal lagi. Bahkan, mungkin ayam berkokok pun masih terlelap dalam mimpinya.
ADVERTISEMENT
Bangun pagiku kali ini bukan tanpa alasan. Hal ini dikarenakan, saat tengah malam, aku diberitahukan jika harus meliput komedian senior Indro 'Warkop' untuk berziarah ke makam sahabat-sahabat dekatnya, dan harus kumpul di kediamannya pada pukul 06.00 WIB.
Ya, karena bulan Ramadhan sudah semakin dekat, tentunya banyak yang melakukan ziarah ke makam orang terdekat, semacam untuk silaturahmi saja, dan mengirimkan doa.
Akhirnya, bangun tidur aku langsung siap-siap bergegas untuk berangkat liputan. Pukul 05.15 WIB aku berangkat menuju kediaman salah satu personel grup lawak 'Warkop DKI', Indrodjojo Kusumonegoro alias Indro 'Warkop', yang berada di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Timur.
Seperti biasanya, aku mengandalkan ojek online kesayangan untuk mengantarkanku ke tempat tujuan. Ketika aku keluar rumah, kondisi jalanan masih gelap, sepi, dan tentunya aku pun masih mengantuk, he-he-he.
ADVERTISEMENT
Aku tiba di kediaman Pakdhe Indro--panggilan akrab Indro--pada pukul 05.30 WIB (hmm, cepat juga ya), dan di sana ternyata sudah ada satu tim reporter dari salah satu stasiun televisi swasta, yang sepertinya tak asing bagiku.
"Hai, loe ke sini juga? Huh, Pakdhe Indro-nya masih tidur," ucap Nobel--nama reporter tersebut--dengan aksen khasnya.
"Iya, nih," jawabku singkat.
Akhirnya, aku dan Nobel menunggu hingga matahari mulai menampakkan wajahnya. Waktu berlalu dan pukul 06.10 WIB, pria berusia 59 tahun tersebut akhirnya keluar dari rumah, dan sudah siap untuk berangkat.
Baca Juga:
ADVERTISEMENT
"Hai, udah siap semuanya? Yuk berangkat sekarang aja, sebelum kesiangan," sapa Indro dengan senyum ramahnya.
Kami berangkat pada pukul 06.15 WIB. Kondisi jalan tentunya masih sepi dan lengang, belum terlihat tanda-tanda kemacetan. Syukurlah! Destinasi pertama kami adalah ke daerah Serang Timur, Banten. Di sanalah sahabat Pakdhe Indro, yaitu Almarhum Taufik Savalas dimakamkan.
Taufik Savalas meninggal di tahun 2007 karena kecelakaan tragis yang menimpanya. Kejadian nahas tersebut terjadi di Purworejo, Jawa Tengah. Kala itu, Taufik hendak melakukan perjalanan tugas ke Purbalingga, Jawa Timur, untuk menjadi duta dari salah satu produk sabun kesehatan
Dua jam berlalu. Akhirnya kami tiba di TPU Tengkele, Serang, Banten sekitar pukul 08.00 WIB. Pakdhe Indro keluar dari mobilnya, dan langsung menyapa penjaga makam.
ADVERTISEMENT
Tak berlama-lama, ia langsung mendoakan serta memberi taburan bunga untuk sahabatnya itu.
Selesainya berdoa, Pakdhe Indro kemudian sedikit bercerita tentang sosok Taufik Savalas.
"Taufik Savalas ini pernah jadi asisten Warkop, dan terakhir-terakhir ketika saya sudah sendiri, dia banyak sekali bantu," ucapnya.
"Dia itu udah kayak kamus Warkop. Kalau aku lupa, misal disuruh bawain games, aku tanya dia, 'Pik, gue disuruh bikin games gini ala-ala Warkop, gimana ya?' Terus dia bilang 'Oh yang ini, Pakde, ini, ini, ini'. Dia hafal banget pokoknya," lanjut Indro.
Setelah selesai berdoa untuk Taufik Savalas, Pakdhe Indro kembali ke mobilnya dan meneruskan perjalanan ke tempat yang kedua, yaitu TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Jalanan masih belum terlalu ramai, tapi butuh waktu dua jam lagi dari Serang menuju ke kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Kami sampai di TPU Tanah Kusir sekitar pukul 10.15 WIB, dan langusng bergegas menuju makam sahabatnya, Almarhum Nanu Mulyono.
Nanu merupakan salah satu personel Warkop, sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar karena tak cocok dengan kehidupan seniman. Ia meninggal di usia 30 tahun karena mengidap penyakit ginjal.
Pakdhe Indro pun langsung mendoakan sahabatnya itu dengan khusyuk, dan setelahnya ia kembali menaburkan bunga diatas liang lahat Nanu.
"(Nanu) Teman yang paling selengean. Baju show aja yang bawain saya, dia cuma bawa celana dalam. Dalam tas kopernya dia selalu bawa tas fotografi. Jadi celana dalam dia taruh di dalam tas, pakaian saya bawain. Dia meninggal saat masih bujang," kenang Indro.
Tak hanya Nanu yang dimakamkan di TPU Tanah Kusir, ternyata salah seorang personel Warkop DKI lainnya, yaitu Wahjoe Sardono alias Dono 'Warkop' juga dimakamkan di tempat tersebut.
Bapak 3 anak itu akhirnya kembali ke mobil dan bergegas menuju makam almarhum Dono yang berjarak sekitar 200 meter dari makam Nanu.
ADVERTISEMENT
Aktivitas yang sama pun masih dilakukan Indro, yaitu membaca doa dan menaburkan bunga.
Meskipun telah 16 tahun berlalu sejak kepergian Dono, masih banyak kenangan yang tersimpan di memori dan lubuk hati seorang Indro 'Warkop' tentang sosok Dono.
Sifat kesetiakawanan yang tinggal di jiwa Dono, tentunya tak mudah dilupakan Indro. Kemudian, Indro bernostalgia tentang sahabatnya itu yang menolak untuk melanjutkan pendidikan, hanya untuk mempertahankan 'Warkop DKI'.
"Yang paling saya dapat dari beliau (Dono) itu, dulu beliau sempat mau dapat beasiswa S2 dan S3 di Amerika, yang nawarin ada sahabatnya. Tapi dia enggak mau," kenangnya.
"Kalau waktu itu dia berangkat, berarti bubar kan Warkop. Rasa kesetiakawanannya itu bikin dia tetep di sini dan enggak ikut (ambil beasiswa). Itu yang paling saya ingat tentang dia, rasa kesetiakawanan dan nasionalismenya," kata Indro dengan mata berkaca-kaca.
Belum selesai sampai disitu, kami harus melanjutkan perjalanan kami ke tempat yang terakhir, yaitu Makam Giri Tama yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Namun di tengah perjalanan, Pakdhe Indro mengajak kami untuk makan siang terlebih dahulu. Akhirnya, kami berhenti di rest area di daerah Cibubur, Jakarta Timur, dan menyantap hidangan masakan Padang yang ada di sana.
Setelah puas mengisi perut kami, akhirnya perjalanan pun dilanjutkan. Ada sedikit kejadian yang bikin deg-degan sih ketika melanjutkan perjalanan ke Bogor.
Sopir yang membawa mobil kami hampir saja menabrak kendaraan lain yang melaju kencang di depan. Untungnya, semua masih aman terkendali, dan keberuntungan masih berada di pihak kami. Terimakasih, Tuhan.
Akhirnya, kami tiba di Makam Giri Tama sekitar pukul 14.00 WIB, dan di sana banyak anak-anak yang 'menyambut' kami. Ha-ha-ha.
Mengenali ada aktor tersohor yang datang ke lingkungan mereka, tentunya banyak yang berebut untuk mengajak Pakdhe Indro ber-selfie ria, dan tentunya dengan keramahan dan kerendahan hati yang dimiliki Pakdhe Indro, ia meladeni keinginan semua fans-nya.
Usai berfoto-foto, ia kemudian langsung bergegas ke makam sahabat baiknya, Kasino 'Warkop' dan langsung membaca doa, menabur bunga, dan memberikan air di atas makamnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya ke makam Kasino saja, di tempat itu, Pakdhe Indro juga mengunjungi dua kerabat dekat lainnya, yaitu mertua dari almarhum Kasino, Dr. Komang Makes dan Drs. H. Hoegeng Imam Santoso, mantan Kapolri yang sudah dianggapnya sebagai saudara sendiri.
Usai melakukan serangkaian aktivitas ziarahnya, Pakdhe Indro kemudian berbagi kisah kepada awak media tentang dua sahabat terdekatnya itu dan keinginannya untuk membuat museum 'Warkop DKI'.
"Kalau Kasino itu, dia leader banget, dia cuma ngedipin mata aja aku udah tahu kalau dia nyuruh aku 'ngerjain' orang. Ha-ha-ha, iya dia paling iseng banget orangnya," ungkap Indro.
Berbeda dengan Kasino, Indro mengaku jika Dono adalah sosok yang lebih pendiam dan serius.
"Kalau Dono enggak suka bercanda, serius gitu. Pernah suatu hari, aku ngeledekin (Dewi) Hughes, 'Ini lah dia, peragawati Hughes dengan pakaian untuk terjun payung!' tapi saat itu Dono langsung bilang 'Sebenernya kayak gitu enggak boleh lho (meledek), siapa tahu ada desainer bajunya beneran'. Sejak saat itu aku udah enggak berani lagi bercanda," kenangnya.
ADVERTISEMENT
Keinginannya untuk membuat sebuah museum khusus untuk Warkop DKI, tak lain hanya karena menginginkan nama grup lawak tersebut tetap diingat, dan meninggalkan kesan di hati tiap masyarakat Indonesia.
"Kepengin punya (museum). Tapi sejauh apa benda-benda yang signifikan itu yang mau kita kumpulin bareng-bareng. Kayak Kasino aja kan dia bisa bikin strategi untuk melestarikan nama Warkop. Saya juga pengin bisa bikin strategi, tapi melalui anak-anak mereka," katanya.
"Jadi nanti mereka bisa bawa nama Warkop ini bukan hanya semata-mata saya adalah pelawak, penginnya nanti mereka bikin sesuatu lagi yang lebih (baik) lagi. Bukan semata-mata karena cari uang, tapi ya supaya nama Warkop bisa ada terus," lanjut Indro sambil menutup pembicaraan.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT