Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Cerita Ernest Prakasa Soal Ibunya Terpaksa Tutup Toko Kelontong Imbas Pandemi
13 Oktober 2023 19:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Aktor sekaligus sutradara, Ernest Prakasa, sempat merasakan momen dirinya dan keluarga berada dalam posisi terpuruk. Hal itu terjadi saat bisnis toko kelontong milik keluarganya harus tutup.
ADVERTISEMENT
Toko tersebut sudah berdiri sejak 1985. Namun, toko itu terpaksa tutup karena tak mampu bersaing dengan toko-toko online saat masa pandemi COVID-19 melanda Indonesia.
"Papa saya pernah punya bisnis, tapi pas kerusuhan 1998 bisnisnya (bangkrut). Jadi toko itulah sumber penghidupan keluarga sampai seterusnya," ujar Ernest Prakasa kepada wartawan di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.
"Toko tradisional seperti toko sembako milik mama saya memang semakin digerus. Awalnya oleh supermarket, lalu sekarang digerus oleh orang belanja online lewat aplikasi. Jadi omzet turun terus," sambungnya.
Menurut Ernest, tangis sang ibu pecah ketika harus berpisah dengan para pegawai yang telah membantunya di toko selama belasan tahun. Itu adalah momen tersedih yang dirasakan oleh keluarganya.
"Ada satu momen ketika toko itu tutup, seperti di film, karyawannya pada pamit nangis-nangisan. Momen yang bikin sedih ketika toko itu kosong. Memang tidak sedramatis di film [Cek Toko Sebelah] ketika Ko Afuk nangis-nangis," ungkap Ernest.
ADVERTISEMENT
"Saya cuma nemenin mama saya dan mama saya lihat sekeliling ruang yang sudah kosong. Itu saya enggak tega melihatnya. Karena toko itu ada dari 1985 dan tutup di 2021. Sekitar tiga puluhan tahun, hidup dia hanya di toko itu," lanjut dia.
Tak ingin terus larut dalam kesedihan, Ernest meminta sang ibu ikhlas akan kondisi yang terjadi. Di balik kejadian tersebut, Ernest bersyukur kini sang ibu bisa memiliki waktu lebih untuk menikmati hari tuanya.
Terlebih, bekas toko ibunya itu kini telah dialihfungsikan sebagai kantor production house (PH) miliknya, Imajinari.
"Akhirnya kita putuskan tutup karena beliau juga usianya sudah tua. Karena tiap hari bangun pagi buat jaga toko, tapi enggak ada yang beli. Toko yang kosong itu sekarang jadi kantor Imajinari," pungkasnya.
ADVERTISEMENT