Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cerita Ririn Ekawati Setelah 2 Hari Ditinggal Suami Tercinta
13 Juni 2017 20:47 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Sudah dua hari Ririn Ekawati ditinggal pergi sang suami, Fery Wijaya, untuk selama-lamanya. Pada Minggu dini hari (11/6), Fery menghembuskan napas terakhirnya pada pukul 00.15 WIB saat menjalani perawatan di RS Pondok Indah, Jakarta Selatan. Ia meninggal di usia 33 tahun.
ADVERTISEMENT
kumparan (kumparan.com) pun menyambangi kediaman Ririn di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat, hari ini, Selasa (13/6). Saat ia ditemui, kedua matanya masih bengkak dan wajahnya terihat pucat.
Dengan napas berat, Ririn memulai perbincangan. Ia pun menceritakan masa-masa awal kedekatan mereka. Kala itu, ia dijemput Fery ketika hendak pulang usai shooting. Kata Ririn, Fery menunggunya hingga pukul 04.00 WIB untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan Fery; apakah Ririn menerima cinta Fery atau tidak.
"Akhirnya pas pulang, asisten aku bawa mobil aku, aku sama dia. Dia minta jawaban aku apa. Gila, mau pacaran aja nunggu satu minggu dulu. Akhirnya, aku jawab iya. Lima bulan pacaran dan aku diajak menikah," ucap Ririn parau.
Permasalahan utama keduanya waktu itu hanya satu; yakni perbedaan agama. Wanita berusia 34 tahun itu mengaku, ia tidak mungkin nikah beda agama.
ADVERTISEMENT
"Aku bilang, 'Kalau kamu punya rencana serius sama aku, aku enggak mungkin (menikah) sama yang beda agama. Karena di keluargaku, agama penting banget'. Adikku kan, suaminya orang Korea dan jadi mualaf," ungkapnya.
Akhirnya, Fery belajar memperdalam agama Islam sampai akhirnya ia memutuskan untuk memeluk agama Islam sebelum mereka berdua menikah.
"Waktu itu, aku enggak mau memaksa dia pindah agama karena cinta. Karena akhirnya, apa yang dijalani nanti jadi enggak tulus. Tapi, dia pindah agama sebelum kita menikah, waktu kita dekat. Dia pindah agama di Masjid Istiqlal waktu itu, diantar mama dan asisten aku," terangnya.
Keputusan Fery untuk menjadi mualaf itu tentu membuat Ririn bahagia. Akhirnya, mereka menikah di tahun 2015. Dan pernikahan mereka selama 2 tahun tidak cukup bagi Ririn untuk mendampingi suami tercintanya itu.
ADVERTISEMENT
"Aku masih enggak nyangka, masih bingung, sampai tidur aja enggak bisa. Ini tuh berat buat aku jalani sendiri, apalagi anakku masih kecil. Fery juga punya anak tiga kan, walaupun aku bukan ibunya (biologis). Tapi, kasihan mereka kehilangan papanya. Aku jujur masih bingung," kata wanita kelahiran Balikpapan, Kalimantan Timur itu.
Ririn pun berhenti sebentar. Air matanya mengalir, mengingat almarhum suami tercinta.
"Aku pas masuk kamar kayak barang-barang dia biasa berobat masih stay di depan," isaknya. "Ini beneran enggak, sih? Ini berat banget buat aku tapi insyaallah, aku kuat buat anak-anak."
Bintang film 'Di Balik 98' itu menuturkan, ia belum berani tidur di kamarnya sendiri. Bahkan, ia sebelumnya tidak ingin masuk ke kamarnya.
ADVERTISEMENT
"Tadi baru (masuk kamar) karena harus ambil baju," ucapnya lirih. "Kita berdua itu janji untuk enggak pernah kasih lihat ke orang-orang kalau kita lagi sedih, susah. Kasih lihat pas lagi seneng aja. Sampai sekarang aku maunya kayak gitu. Ke keluarga ketawa-tawa aja."
Meski demikian, ia ingin barang-barang sang suami tetap berada di tempatnya. "Biarin aja ada di situ karena menurut aku, biar dia selalu ada di sekitar kita," katanya.
[Baca juga: Pesan Terakhir Mendiang Suami untuk Ririn Ekawati ]
Ririn menghela napas panjang dan kembali melanjutkan ceritanya. Kerinduan terlihat jelas di kedua bola matanya yang basah.
"Aku kayak ada yang elus-elus. Pas bangun udah enggak ada. Aku nggak tahu itu perasaan aku aja karena aku kangen. Karena sembilan hari aku enggak ketemu dia," ucapnya.
ADVERTISEMENT
"Kemarin itu pertama kali aku pisah jauh sama dia dan lama. Biasanya paling sehari shooting iklan sampai malam. Jadi aku kangen banget. Apalagi pas pulang ke sini dia udah enggak bernyawa," sambungnya.
Suara Ririn pun semakin parau.
"Aku enggak pernah nyesalin kenapa aku harus pergi (umrah), tapi aku nyesalin kenapa dia harus tiada di saat aku enggak ada di sampingnya? Karena selama berobat, orang-orang tahu, keluarga tahu, pihak rumah sakit tahu kalau aku selalu ada. Enggak pernah aku ninggalin dia apalagi pas harus kemo. Aku ada terus, ngurusin dia karena itu janji aku sebelum menikah kalau sampai dia drop aku harus nemenin dia terus," tuturnya pilu.
Ririn pun menenangkan dirinya. Dengan mata berkaca-kaca, ia kembali menyampaikan isi kepalanya.
ADVERTISEMENT
"Belum ada rencana apapun yang bisa aku pikirin saat ini. Yang aku pikirin, gimana aku bisa kuat buat anak-anak. Itu aja," tutupnya.