Garap Film Dokumenter Eksil, Lola Amaria Sempat Dikira Mata-mata

1 Februari 2024 19:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lola Amaria dalam konferensi pers film dokumenter Eksil. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Lola Amaria dalam konferensi pers film dokumenter Eksil. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Film dokumenter panjang garapan Lola Amaria yang berjudul Eksil bakal tayang di bioskop pada 1 Februari mendatang. Film tersebut berkisah tentang sejarah kelam Indonesia pada masa huru hara politik Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) 1965.
ADVERTISEMENT
Eksil mengambil sudut pandang para korban atau orang-orang asli Indonesia yang tak diakui negara. Mereka akhirnya terdampar di negeri orang, seperti Rusia, Belanda, Ceko, Swedia dan lainnya.
Sekiranya ada sepuluh narasumber (eksil) yang menceritakan apa yang dialami pada masa itu sampai terdampar di negara orang. Diakui Lola Amaria, tak mudah untuk menggarap film dokumenter tersebut.
Lola Amaria dalam konferensi pers film dokumenter Eksil. Foto: Dok. Istimewa
Sebab, para eksil itu menyimpan trauma yang mendalam karena peristiwa tersebut. Mereka bahkan sempat menduga bahwa Lola merupakan mata-mata.
"Butuh waktu setahun buat meyakinkan mereka bahwa kami ingin membuat film. Mereka cerita mau, ketika saya buka kamera, mereka berubah, 'Kamu siapa? Sebenarnya siapa yang kirim kamu?' Mereka takut karena dipikir saya intel," tutur Lola Amaria di XXI Metropole, Jakarta Pusat, belum lama ini.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, Lola tak mau menyerah. Dia meminta bantuan rekan-rekannya di Eropa untuk meyakinkan para eksil tersebut. Hingga akhirnya mereka percaya bahwa tujuan Lola murni untuk membuat film dokumenter.
Enam dari sepuluh eksil yang menjadi narasumber dalam film dokumenter itu sudah meninggal dunia. Lola merasa berutang lantaran belum menunjukkan film tersebut kepada para mendiang eksil itu.
Namun, Lola berharap film tersebut setidaknya bisa menunjukkan perjuangan para eksil untuk mendapatkan kembali status kewarganegaraan mereka.
"Mungkin bisa membantu menyadarkan masyarakat bahwa ini belum selesai ada kejahatan HAM yang luar biasa. Harus ada pengadilan ad hoc, begitu banyak korbannya. Saya melalui film ini mudah-mudahan sedikit banyak bisa memberitahu lah," jelasnya.
Setelah lebih kurang menunggu satu tahun, Lola akhirnya bisa bernapas lega karena film tersebut bisa tayang. Dia senang lantaran film tersebut dinyatakan lulus sensor.
ADVERTISEMENT
"Saya lega gak menyalahi aturan, memang isunya provokatif tapi gak ada yang membangkitkan komunis dan lain-lain. Intinya adalah menghadirkan manusianya dalam memperjuangkan hak asasi mereka," tandasnya.
Film peraih penghargaan dokumenter terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2023 bakal tayang di beberapa bioskop yang telah ditentukan.
Beberapa bioskop yang akan menayangkan film ini adalah Plaza Senayan XXI Jakarta, AEON Mall BSD City XXI Tangerang, Mega Bekasi XXI, TSM XXI Bandung, Ciputra World XXI Surabaya, Ringroad Citywalks XXI Medan, Empire XXI Yogyakarta dan Cinepolis Plaza Semanggi, Mall Lippo Cikarang serta Flix Ashta SCBD hingga CGV Aeon Mall Jakarta Grand Cakung (JGC) dan CGV JWalk Jogja.