Hanung Bramantyo Ungkap Perbedaan Miracle in Cell No.7 Versi Indonesia dan Korea
PerbesarADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hanung Bramantyo didapuk sebagai sutradara film Miracle in Cell No.7 . Film produksi Falcon Pictures ini merupakan remake dari film asal Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Saat menggarap film Miracle in Cell No.7, Hanung Bramantyo membuat beberapa perbedaan dari film versi Koreanya. Salah satunya aspek hukum yang diterapkan.
Film Miracle in Cell No.7 bercerita tentang seorang pria penyandang disabilitas yang dituduh membunuh dan memperkosa anak perempuan. Kemudian, dia harus menjalani proses hukum. Sosok pria itu diperankan oleh Vino G Bastian.
“Untuk di film ini, meski yang main Vino dan lainnya, tetapi hukum yang ada di film ini, bukan hukum di Indonesia,” kata Hanung dalam conference call launching eksklusif foto adegan Miracle In Cell No.7, baru-baru ini.
“Kita membuat kayak ini berada di dalam negara sendiri, kota sendiri, nama penjaranya juga yang fiktif. Tata cara sistem hukum yang ada di film ini enggak plek-plekan pakai sistem yang di Indonesia,” sambungnya.
Selain itu, suami Zaskia Adya Mecca ini juga melakukan elaborasi dari sisi antropologi, budaya, dan iklim, yang jelas berbeda antara Indonesia dengan Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
“Iklim berpengaruh sekali pada kunci dari problem solving di Korea itu. Kalau itu diadopsi di Indonesia, jelas tidak masuk. Jadi, saya akan melakukan adaptasi tentang itu,” tutur Hanung.
Di film Miracle in Cell No.7, Hanung memperlihatkan karakter Dodo Rojak (Vino G Bastian) bersama putrinya, Kartika (Graciella Abigail), tinggal di rumah yang berada di dekat rel kereta api.
“Karena kekuatan dari culture kita, salah satunya kereta. Jalan kereta di tempat kita di Indonesia, apalagi Jakarta, sangat mepet penduduk. Jadi, sangat menarik kalau kita bisa melakukan eksplorasi di sana. Apalagi kan ini temanya tentang keluarga miskin,” tutup Hanung.
ADVERTISEMENT