Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengingat Perjalanan Karier Led Zeppelin
9 Januari 2020 17:56 WIB
Diperbarui 20 Januari 2020 14:43 WIB
ADVERTISEMENT
Tepat di hari ini, Kamis (9/1), gitaris legendaris Jimmy Page merayakan ulang tahun yang ke-76. Page adalah salah satu founder dari band Led Zeppelin yang digadang-gadang sebagai cikal bakal musik heavy metal modern.
ADVERTISEMENT
Untuk merayakan ulang tahun Page, mari lihat jejak kariernya bersama Led Zeppelin. Mungkin, tak banyak yang tahu bahwa band tersebut mulanya hendak dibuat menjadi supergroup beranggotakan Page, Jeff Beck, Keith Moon, dan John Entwistle, drummer The Who.
1. Awal karier
Jimmy Page sudah sering sekali tampil di berbagai bar dan menjadi personel tambahan dari beberapa band besar di masanya, seperti The Who dan The Kinks, sejak 1963. Ia bahkan sudah dipercaya oleh manajer The Rolling Stones, Andrew Loog Oldham, menjadi produser dari Immediate Records untuk beberapa artis, seperti Eric Clapton, John Mayall, Nico, dan Chris Farlowe, pada 1965.
Jimmy Page sempat ditawari untuk menggantikan posisi Eric Clapton di band The Yardbirds pada 1966. Namun, ia baru setuju bergabung pada 1967, beberapa bulan sebelum The Yardbirds berencana menggelar tur di kawasan Skandinavia.
ADVERTISEMENT
Malangnya, ketika tur tersebut hendak berjalan, The Yardbirds justru bubar pada 1968. Page dan pemain bas, Chris Dreja, mau tidak mau harus melanjutkan tur dengan nama baru, yakni New Yardbirds, bersama Robert Plant (vokal) dan John Bonham (drum). Entah karena alasan apa, Dreja enggan melanjutkan karier dengan formasi baru dan Page pun meminang John Paul Jones untuk mengisi posisi bas gitar.
Karena bukan anggota yang membentuk Yardbirds, Page mau tidak mau harus mengganti nama band setelah tur Skandinavia rampung. Pada September 1968, nama Led Zeppelin dipilih dan secara mengejutkan, mereka mendapat kontrak kerja sama dengan label besar, Atlantic Records.
Enggan membuang-buang waktu, Page dan kawan-kawan langsung merilis LP 'Led Zeppelin I' pada 1969 yang berhasil bertengger di posisi 10 Billboard Amerika Serikat. Mereka pun sukses mengguncang dunia dengan satu genre musik baru yang disebut sebagai heavy metal dengan penggabungan antara psychedelic blues, English folk, rock yang hingar bingar.
ADVERTISEMENT
2. Puncak karier
Ingin memanfaatkan momentum yang telah diraih, Led Zeppelin langsung merilis album ke-2 pada 1969 dan melakukan promo tur ke empat kota di Amerika Serikat dan Britania Raya. Versi baru dari lagu 'Whole Lotta Love' di album itu mampu bertengger di posisi 4 Billboard Amerika Serikat pada Januari 1970 dengan total penjualan sebanyak satu juta kopi.
Bersamaan dengan meroketnya popularitas lagu tersebut, dirilis pula album 'Led Zeppelin III' yang membuat nama Led Zeppelin kian memuncak berkat lagu 'Immigrant Song' yang dianggap revolusioner. Bayangkan saja, lagu tersebut masih terus diputar di hingga kini, bahkan sampai ada di film 'Thor: Ragnarok' yang rilis pada 2018.
Led Zeppelin memang sangat berjaya di era '70-an. Mereka selalu menggunakan jet pribadi untuk bepergian, serta mengenakan baju-baju yang bisa dikatakan flamboyan dan sangat keren di masanya.
ADVERTISEMENT
Saat tampil di atas panggung, Led Zeppelin selalu dianggap sebagai band paling unik dengan tata panggung megah yang berbagai kilatan laser dan lampu-lampu sorot. Tanpa Led Zeppelin, mungkin masyarakat dari seluruh dunia, termasuk Indonesia, tidak akan mengenal tata panggung yang bagus, megah, memikat, memanjakan mata, dan penuh atraksi unik.
Masih belum ingin berhenti menarik perhatian dunia, Led Zeppelin merilis album ke-4 yang dikenal dengan simbol-simbol ikonisnya pada 1971. 'Stairway to Heaven' adalah lagu paling populer dari album ini.
Ada banyak sekali interpretasi dari lagu tersebut. Banyak yang mengatakan bahwa lagu itu menyimpan berbagai pesan mengenai penyembahan setan. Tapi, di luar itu semua, lagu 'Stairway to Heaven' punya satu komposisi yang rumit dan mungkin takkan bisa direplikasi oleh musisi manapun di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Album ke-5 Led Zeppelin , 'Houses of the Holy', rilis pada 1973 dan mereka pun langsung menggelar konser besar-besaran di Amerika Serikat. Konser mereka di Tampa Stadium, Florida, dihadiri oleh lebih dari 56 ribu orang dan sukses mengalahkan rekor dari The Beatles yang menggelar konser Shea Stadium, New York.
Intinya, tidak ada media yang tahu kapan popularitas Led Zeppelin akan berakhir pada era '70-an. Mereka bahkan sempar didaulat sebagai satu-satunya band Inggris yang berhasil mengalahkan popularitas The Beatles pada era '60-an.
3. Kematian John Bonham, Led Zeppelin berhenti mendominasi
Kejayaan Led Zeppelin mulai menurun ketika Robert Plant mengalami kecelakaan hebat pada 1975 dan memaksa mereka berhenti melakukan tur. Untungnya, Plant berhasil pulih dengan cepat dan Led Zeppelin bisa kembali menggelar konser megah di Amerika Serikat pada 1977.
ADVERTISEMENT
Dihadiri oleh lebih dari 76 ribu orang, Led Zeppelin sukses mencatatkan rekor di Guinness Book of Records. Namun, konser itu juga menyebabkan banyak masalah, karena berbagai kerusuhan yang terjadi.
Tragedi di konser itu nyatanya menjadi satu rentetan panjang yang sangat menyiksa Led Zeppelin dan bahkan disebut-sebut sebagai sebuah kutukan oleh beberapa orang. Masih di tahun 1977, Led Zeppelin harus membatalkan tur, karena putra Plant yang masih berusia 5 tahun, Karac, meninggal dunia.
Pada 1979, tragedi kembali terjadi ketika Led Zeppelin menggelar konser di Jerman dan John Bonham mendadak jatuh, tidak sadarkan diri, dan harus dilarikan ke rumah sakit. Kala itu, Bonham memang menjadi pecandu alkohol dan berbagai jenis narkoba.
Pada 18 Oktober 1980, Bonham meninggal dunia. Meninggalnya Bonham meninggalkan luka yang begitu dalam di tubuh Led Zeppelin hingga akhirnya bubar di tahun yang sama.
ADVERTISEMENT
4. Berpisah, tanpa dilupakan
Setelah bubar, Page, Plant, dan Jones sempat reuni untuk konser Live Aid di JFK Stadium, Philadelphia, Amerika Serikat, pada 1985. Tony Thompson dan Phil Collins dipercaya untuk menggantikan posisi Bonham pada drum.
Reuni kedua berlangsung pada 1988 di acara Atlantic Records 40th Anniversary. Kala itu, posisi drum diisi oleh anak dari John Bonham, Jason Bonham.
Namun, banyak orang tidak menyukai formasi reuni Led Zeppelin dan dua konser tersebut banyak dihujat, bahkan oleh fans fanatik sekalipun. Karenanya, Led Zeppelin fokus merilis boxset pada era '90-an dan enggan melakukan konser live lagi.
Hingga pada 1995, Led Zeppelin masuk ke Rock and Roll Hall of Fame. Hal itu tentu cukup membuat hati Page dan kawan-kawan berbahagia.
ADVERTISEMENT
Proyek terakhir Led Zeppelin rilis pada 2018 ketika merayakan ulang tahun ke-50. Mereka meluncurkan buku serta vinyl dari album terakhir yang bertajuk 'How the West Was Won'. Ada pula single 'Rock and Roll' (Sunset Sound Mix) dan 'Friends' (Olympic Studio Mix).