Ngobrol Bareng Sutradara KKN di Desa Penari: Soal Syuting hingga Raih Prestasi

20 Mei 2022 15:01 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Film KKN di Desa Penari. Foto: @kknmovie
zoom-in-whitePerbesar
Film KKN di Desa Penari. Foto: @kknmovie
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penantian panjang para pemain dan tim produksi film KKN di Desa Penari akhirnya terbayar tuntas. Film horor produksi MD Pictures itu berhasil menorehkan rekor baru sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, KKN di Desa Penari sudah ditonton oleh lebih dari 7 juta orang. Perolehan ini telah melampaui rekor film Warkop DKI Reborn Part 1: Jangkrik Boss (2016) yang penontonnya mencapai 6,8 juta orang.
Awi Suryadi Foto: Munady
Namun, pencapaian film KKN di Desa Penari tak diperoleh dengan mudah. Tim produksi harus melalui proses syuting yang cukup berat di lapangan, dan penayangannya juga harus tertunda dua tahun gara-gara pandemi.
Berikut ini, kumparan berkesempatan untuk berbincang dengan sutaradara KKN di Desa Penari, Awi Suryadi, yang berbagi kisah soal suka duka dalam menggarap film ini, hingga akhirnya meraih kesuksesan karena film yang digarapnya berhasil jadi film Indonesia terlaris sepanjang masa.
Aulia Sarah dalam film KKN di Desa Penari. Foto: Instagram/@kknmovie
kumparanHits: Selamat untuk pencapaian 7 juta penontonnya, ya. Bagaimana tanggapan Awi Suryadi melihat film KKN di Desa Penari kini menjadi film terlaris di Indonesia?
ADVERTISEMENT
Awi Suryadi:
Terima kasih, alhamdulillah. Awalnya lega, jadi bahagia, jadi penuh harapan lagi untuk industri perfilman Indonesia, dan tentunya penonton bioskop sudah terbukti kembali lagi. Karena kan pas awal pandemi, kita yang ada di industri ini sempat khawatirlah, apakah penonton mau kembali ke bioskop, apakah kebiasaan itu sudah berubah? Mereka sudah terbiasa menonton di layanan streaming di rumah. Tapi ternyata, kan, dengan ramainya film Spider-Man, film Prilly Kukira Kau Rumah, dilanjutkan dengan KKN, itu semakin mengkonfirmasi orang masih suka nonton di bioskop.
kumparanHits: Menurut Awi Suryadi, euforia film KKN di Desa Penari akan sampai mana? Kira-kira berapa jumlah keseluruhan penonton hingga akhir penayangan?
Awi Suryadi:
Kalau melihat dari occupancy rate kita, masih cukup bagus sampai hari ini. Mungkin sampai kemarin, kita sudah di 7,2 jutaan. Jadi mungkin bukan hal mustahil kalau kita bisa sampai 8 juta [penonton], ya. Bukan mustahil, tapi nanti kita lihatlah dengan adanya penurunan layar, karena tiap minggu kan pasti ada film baru.
ADVERTISEMENT
kumparanHits: Dari zaman film Danur sampai KKN di Desa Penari, film-film horor Awi Suryadi selalu laris manis. Apakah ke depannya akan berfokus menggarap film-film horor saja?
Awi Suryadi:
Kalau saya sebenarnya terbuka dengan genre apa pun, cuma karena film saya yang komersil, box office di genre horor, jadi tawaran dari produser atau rumah produksi akhirnya tidak jauh dari genre horor. Habis ini, next project saya horor lagi, dari MD lagi, Kisah Tanah Jawa.
Film KKN di Desa Penari. Foto: Instagram/@mdpictures_official
kumparanHits: Di antara semua film horor yang pernah dibuat Awi Suryadi, apakah proses syuting KKN di Desa Penari termasuk yang paling sulit?
Awi Suryadi:
Sangat, sangat, sangat sulit. Sebelumnya proyek saya yang lain, seperti Danur Universe, kalau dibandingkan dengan proyek film maker lain yang bergerak di horor, kayak Timo, Joko Anwar, atau Kimo, Danur tuh bisa dibilang skalanya cukup kecil dibandingkan proyek mereka. Kita kan bermainnya di satu rumah, terus karena syuting sama anak-anak, pasti kita juga enggak bisa terlalu bagaimana.
ADVERTISEMENT
Danur Universe syuting 12 sampai 13 hari per judul. Sedangkan KKN sudah dua kali lipat itu. KKN dari awal komitmen Pak Manoj mau memberi lebih ke penonton horor MD, jadi dinaikkan skala produksinya. Tadinya rencana syuting 25 hari, akhirnya karena hujan, dan badai, dan sebagainya, jadi total 33 hari. Itu sudah jauh di atas Danur dari produksi, tantangan.
kumparanHits: Untuk penentuan lokasi syutingnya sendiri bagaimana, sih? Kok bisa menemukan tempat yang cukup mirip dengan yang ada di thread Twitter SimpleMan?
Awi Suryadi:
Waktu kita visit ke lokasi asli, bentuknya sudah berubah, kan, tidak sesuai dengan cerita di thread, karena sudah 10 tahun lalu. Kampung itu sudah maju, sudah bertembok, berkeramik. Sedangkan kebutuhan cerita butuh rumah yang kayu, jerami, lantainya masih tanah. Tadinya mau syuting sekitar Jabodetabek saja seperti Danur, cuma kita enggak menemukan desa yang dikelilingi pohon tinggi yang besar, tidak beraturan.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, karena kameramen saya sering syuting di Jogja, dia menawarkan untuk ke sana. Hunting ke Jogja, dia kirim foto ke saya, ternyata kebutuhan yang kita perlukan lumayan terpenuhi semua. Cuma ada beberapa set yang enggak ada, seperti Sinden atau kolam mandi para penari, jadi tim art saya bikin. Lalu seperti bilik mandi Nur dan Widya juga kita bikin, bilik mesum Bima dan Ayu dekat sanggar juga kita bikin.
Film KKN di Desa Penari. Foto: Instagram/@mdpictures_official
kumparanHits: Sebelum syuting, tim produksi melakukan "ritual" enggak, sih? Semacam kulonuwon dengan para "penunggu" hutan itu?
Awi Suryadi:
Ada, pasti ada. Tiap kali kita pindah set, kita selalu potong tumpeng lagi, doa lagi, selalu izin sama "penunggu" di sana, karena kita pendatang kan. Itu kan tipe lokasi yang jarang dikunjungi manusia, dan kita mau aktivitas di sana, pastinya kita kulonuwon dulu. Kita juga wanti-wanti, enggak boleh teriak-teriak, ngomong jorok, buang sampah sembarangan.
ADVERTISEMENT
kumparanHits: Lalu, apakah kalian mengalami kejadian mistis selama di lokasi syuting?
Awi Suryadi:
Ada. Hehehe. Yang terjadi di depan mata kepala saya itu terjadi di Adinda Thomas, yang memerankan Widya. Kita lagi syuting adegan hajatan di hutan, lalu lagi nunggu take, begitu sudah siap, Widya yang selama menunggu bersandar di pohon, begitu dipanggil, saat jalan dua tiga langkah, langsung jatuh. Dia enggak sadar, jalur yang dia lewati tuh enggak ada akar pohon yang bisa bikin kesandung. Jalannya clear, gaya jatuhnya juga seperti orang pingsan. Begitu kita dekati, dia kayak enggak tahu apa yang terjadi.
Terus waktu adegan sanggar, yang terjadi di depan saya juga kru tiba-tiba nangis, mengaung-ngaung. Ada juga tiba-tiba mual, mau muntah. Ada lagi yang saya enggak lihat, mereka antre ingin buang air kecil, di kamar mandi dengar seperti ada yang mandi. Ketika ditunggu, suara mandinya hilang tapi orangnya enggak keluar, waktu dicek, enggak ada orang.
ADVERTISEMENT
kumparanHits: Film KKN di Desa Penari ini kan diangkat dari thread Twitter SimpleMan. Keterlibatan beliau dalam penggarapan film ini sejauh mana, sih?
Awi Suryadi:
Sangat terlibat, sih. Dari awal kita sudah memutuskan mau sesetia mungkin dengan thread-nya. Dari awal penggodokan naskah, masih bentuk treatment, SimpleMan kita undang ke Jakarta, dia ikut meeting tiap hari, jadi kalau ada perubahan meskipun sangat kecil, itu kita konsultasikan dengan SimpleMan.
kumparanHits: Belakangan ini sempat heboh kabar katanya bakal ada KKN di Desa Penari versi extended. Apa benar?
Awi Suryadi:
Nah, iya. Saya mau klarifikasi, ya. Waktu itu saya diwawancara dengan salah satu media. Pertanyaannya adalah apakah ada rencana untuk membuat sekuel. Jawaban saya dua, kita belum ada pembicaraan soal sekuel, tapi selama syuting, kita jatuh cinta dengan karakter Mbah Dok [khodam penjaga karakter Nur]. Jadi saya pikir kalau bukan sekuel, karakter Mbah Dok ini cukup kuat untuk dijadikan spin off. Sudah, saya ngomong itu doang. Bukan bakal ada spin off juga, ya.
ADVERTISEMENT
Jawaban kedua saya. Lagian karena waktu syuting banyak adegan yang terpaksa dibuang di editing, sebenarnya saya punya cukup materi untuk film 3 jam. Jadi masih ada kemungkinan seperti itu. Wah, langsung heboh di Twitter dan TikTok, bahwa bakal ada extended version, terus dibikin poster sendiri kan, ditambahi tulisan extended. Bahkan jawaban saya bukan itu.
Aulia Sarah dalam film KKN di Desa Penari. Foto: Instagram/@owliasarah
kumparanHits: Komentar SimpleMan setelah film tayang gimana?
Awi Suryadi:
Dia sangat happy, sih. Kalau orang awalnya nanya saya, 'Ada pressure enggak buat ngalahin box office Danur?' Saya sih lebih pikir pressure-nya gimana membuat pemilik cerita puas. Karena ini kan cerita dari dia. SimpleMan waktu nonton di Gala Premiere kita, terus WA-an sama saya, dia ucapkan terima kasih, suka sekali dengan filmnya. SimpleMan juga bilang enggak sabar ajak keluarga nonton, dan para korban atau yang terlibat juga puas dengan hasilnya, mereka merasa dihormati.
ADVERTISEMENT
kumparanHits: Saat ini, di Twitter mulai banyak yang bahas link bajakan untuk nonton film KKN di Desa Penari. Apakah tim produksi akan menindak tegas para pembajak film?
Awi Suryadi:
Harusnya sih gitu. Memang banyak banget yang share link, awalnya banyak yang palsu, clickbait, hati-hatilah, itu kayak mau nyolong data atau gimana kan. Terus belakangan sudah ada yang asli, tapi rekamannya ya ampun, jeleknya benar-benar cuma dari hp di bioskop, dan hpnya merekamnya gerak-gerak. Parah banget, dengan kualitas yang buruk begitu. Saya heran kenapa orang mau nonton, kecuali di daerahnya enggak ada bioskop.
Saya sedih dan sudah ngobrol dengan MD. Marketingnya MD mereka bilang lagi berbicara dengan pengacara untuk ambil tindakan hukum.
ADVERTISEMENT
kumparanHits: Tak dapat dipungkiri, film ini banyak yang memuji, tapi tidak sedikit pula yang mengkritik. Mereka bilang tidak seram atau orang banyak menonton hanya karena penasaran. Bagaimana tanggapan Awi Suryadi tentang hal itu?
Awi Suryadi:
Memang begitu seharusnya, ya. Sebuah karya seni kan tidak pernah mempersatukan, biasanya memang memecah belah. Selalu ada yang suka dan enggak suka, enggak bisa 100 persen suka. Jadi itu sangat normal, yang penting kita sebagai pembuatnya maunya sebanyak-banyaknya orang yang suka, menikmati, setelah mereka menonton di bioskop. Setelah keluar dari bioskop, mereka mau buat opini seperti apa terserah mereka.
Yang saya sesalkan, awalnya ada beberapa yang bukan cuma enggak suka, tapi kalau memaksakan orang lain untuk enggak suka, karena kalau suka dianggap keren, itu sudah enggak asyik saja, sih.
ADVERTISEMENT
kumparanHits: Film KKN di Desa Penari ini melibatkan berapa ekstras untuk memerankan karakter hantu?
Awi Suryadi:
Kalau enggak salah 50, deh, yang pakai penduduk lokal sana. Untuk yang adegan sangar dan hajatan, kalau enggak salah 50 orang.
kumparanHits: Sebelumnya, sempat beredar kabar bahwa para ekstras hanya dibayar Rp 75 ribu dan tak boleh hapus make up 24 jam. Bagaimana tanggapannya?
Awi Suryadi:
Yang bisa saya konfirmasi 100 persen, itu enggak ada mereka enggak boleh hapus make up selama 24 jam. Karena kita syuting adegan di sanggar itu hari terakhir. Saya ingat banget hari terakhir, kita selesai syuting sekitar jam 10 malam, lalu orang ekstras dipanggil untuk make up jam 10 pagi. Benar mereka make up, dianjurkan dalam bus ber-AC.
ADVERTISEMENT
Tapi tentunya mereka bisa keluar-keluar. Mereka keluar, untuk cek HP-lah, merokoklah, ke toiletlah. Itu normal. Cuma dianjurkan sering dalam bus, supaya make up-nya enggak luntur. Dari mereka di-calling untuk make up sampai adegan itu, totalnya pun 12 jam, bukan 24 jam. Enggak ada 24 jam, pasti, saya berani jamin.
Bayaran saya enggak bisa konfirmasi angkanya berapa, enggak semuanya sutradara tahu. Tapi saya sudah ngobrol dengan MD dan tim casting yang in charge, dia bilang, 'Mas Awi, angka yang keluar dari kita bukan segitu, bukan Rp 75 ribu, lebih dari Rp 75 ribu. Tapi karena kita kerja sama dengan agensi lokal, jadi mungkin ada potongan.'
Itu untuk satu adegan. Yang diklaim Rp 75 ribu untuk seharian. Enggak loh, itu untuk satu adegan. Misalkan hari ini saya perlu penduduk adegan ibu-ibu lewat bawa kayu. Itu sudah itu doang, paling setengah jam syuting, enggak seharian. Enggak ada tuh (bayaran) angka sekian untuk seharian. Kita seharian enggak selalu syuting pakai ekstras.
ADVERTISEMENT
kumparanHits: Proyek Awi Suryadi dalam waktu dekat setelah KKN di Desa Penari ada apa saja, sih?
Awi Suryadi:
Paling dekat yang sekarang lagi jalan serial Jurnal Risa di Disney Plus Hotstar. Habis ini ada lagi Kisah Tanah Jawa, kisahnya Om Hao.
kumparanHits: Terakhir, KKN di Desa Penari ini kan sudah sukses banget. Kira-kira, Awi Suryadi dapat bonus berapa, sih, dari Pak Manoj Punjabi?
Awi Suryadi:
Hahaha. Yang pasti bonusnya enggak Rp 75 ribu. Itu sajalah jawabannya. Hahaha.