Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Nindy Ayunda Minta Perlindungan LPSK Usai Klaim Dapat Teror dari Oknum TNI
6 April 2023 15:53 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Penyanyi Nindy Ayunda didampingi oleh tim kuasa hukumnya mendatangi kantor Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK ), Kamis (6/4).
ADVERTISEMENT
Kedatangannya ke kantor LPSK adalah untuk meminta perlindungan, setelah dirinya mendapatkan teror dari oknum TNI. Insiden teror itu dialami Nindy pada Minggu (2/4) lalu.
"Hari ini saya melaporkan kasus teror yang saya alami hari Minggu malam. Mengalami teror saya perjalanan sampai hari ini," ucap Nindy Ayunda , Kamis siang.
Nindy Ayunda mengungkapkan teror itu mulai ia alami ketika dirinya melakukan perjalanan ke Palembang, Sumatra Selatan. Ia berencana bertemu seseorang di Palembang.
Akan tetapi, saat tiba di sana, pelantun lagu Buktikan tersebut justru diintimidasi oleh beberapa orang.
“Saya datang ke sana tanpa ada niat sesuatu yang buruk, setibanya di sana saya langsung ke rumahnya. Ternyata saya diadang 10 preman, 10 preman ini mengintimidasi saya,” jelas Nindy.
ADVERTISEMENT
Beruntung, Nindy Ayunda bisa pergi dari Palembang. Ia memutuskan untuk langsung pulang ke Jakarta.
Sesampainya di Jakarta, Nindy pulang ke rumah dan bertemu adiknya. Namun, tiba-tiba rumahnya disambangi oleh orang tak dikenal yang mencari Dito Mahendra.
"Pembantu saya naik, bilang, 'Ibu ada orang yang mencari Pak Dito.' Nah, orang ini siapa gitu loh? Saya enggak tahu siapa, tiba-tiba datang. Saya langsung suruh ART saya kunci rumah. Tiba-tiba ramai, awalnya tiga sampai lima orang, sampai 10 bahkan 30 orang dari TNI," jelasnya.
Mantan istri Askara Parasady Harsono itu menyebut, oknum TNI itu memiliki pangkat Letkol Infanteri. Karena itu, ia pun melaporkan teror tersebut ke Pusat Polisi Militer Tentara Nasional Indonesia (Puspom- TNI), sebelum minta perlindungan ke LPSK.
ADVERTISEMENT
"Jika tidak salah mereka saya yang menekan saya saat itu adalah orang-orang berbadan tegap. Dan dipimpin oleh oknum anggota TNI AD. Inisialnya HS pangkatnya Letkol. Satuannya Infanteri," terang Nindy.
"Saya bingung, saya kan warga sipil. Kalau saya melakukan tindakan kriminal, yang harusnya menjalankan (penangkapan) itu polisi, bukan oknum TNI. Saya merasa tak nyaman, tak tenang, dan saya juga sulit bertemu anak-anak karena saya tak ingin orang-orang itu tahu pergerakan saya," pungkasnya.
Live Update