Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Renita Sukardi Sebelum Meninggal: Yah, Aku Ingin Salat
10 April 2017 14:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Hari ini (10/4) menjadi hari yang begitu kelam bagi keluarga besar Renita Sukardi. Ya, kepedihan mendalam tengah dirasakan oleh keluarga dan kerabat dekat aktris berusia 37 tahun tersebut.
ADVERTISEMENT
Setelah berjuang menghadapi penyakit kanker payudara stadium 3B yang telah dideritanya selama tiga tahun terakhir, pagi ini, tepatnya, sekitar pukul 08.00 WIB, wanita yang kerap disapa Iren itu harus pergi untuk selama-lamanya setelah tiga kali mengalami koma sejak tadi malam.
"Pertama, tadi malam, sempat bangun, terus pukul 05.00 WIB subuh tadi hilang. Sempat dikasih alat kejut, terus ada lagi. Akhirnya, pukul 07.00 WIB tidak sadar sampai akhirnya meninggal," ucap Andi Hilmi Salahudin, suami Renita, saat dijumpai di rumah duka di kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur (10/4).
Sang suami mengaku istrinya yang bernama asli Renita Anggraeni itu sempat ingin melakukan sesuatu sebelum meninggal.
ADVERTISEMENT
"Dia mau salat, dia mau salat terakhir tapi tidak kesampaian karena dia kan, pakai kayak gips gitu ya," kata Hilmi.
"Gips itu ada kapasnya dan kena pipisnya dia. Nah, dia bilang, "Yah, aku mau salat, aku mau salat." Aku bilang, "Jangan, kamu itu ada najisnya," tambahnya.
Sang suami pun menyarankan untuk tetap berzikir agar ibadahnya tersebut tetap diterima Tuhan YME. Tapi, perempuan yang kerap disapa Iren tersebut tetap bersikukuh ingin salat.
Melihat keinginan sang istri yang sangat kuat itu, Hilmi pun berniat untuk mengganti gips yang dikenakan Iren. Namun sayang, belum sempat Hilmi menggantinya, Iren sudah terlanjur koma.
"Aku baru mau ganti, dia sudah kolaps. Malamnya, dia mau salat waktu masih sadar," sambung Hilmi.
ADVERTISEMENT
Baca juga:
Hilmi mengaku, istrinya merupakan sosok yang mau berjuang melawan penyakitnya dengan kuat. Di matanya, Iren tidak pernah mengeluh, bahkan selalu ikhlas terhadap apapun yang terjadi pada dirinya.
"Dia (Iren) itu real fighter. Kenapa saya bilang begitu, karena dia on fire til' the end of time. Dia berjuang sampai tetes darah terakhir selama 3 tahun dari 2014," cerita Hilmi.
"Dia juga sudah lama (ikhlas) dengan kondisinya. Sejak kita treatment di RSCM, sudah dibilangin akan seperti apa dan dokter bilang semua dari hati ke hati, dia langsung bilang ikhlas. Kapan saja dipanggil, dia ikhlas," lanjutnya seraya menutup percakapan.