5 Masalah dengan Kakek-Nenek Si Kecil dan Cara Mengatasinya

11 Mei 2018 18:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pasangan kakek nenek (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan kakek nenek (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Kehadiran anak semakin menambah hari-hari bahagia Anda dan pasangan. Tidak sabar rasanya ingin menghabiskan waktu dengannya setiap hari, menanamkan hal-hal baik, menemani hari pertamanya di sekolah nanti, dan sebagainya. Yang tak kalah heboh adalah kakek-nenek si kecil, yang sama semangatnya dengan Anda! Tidak salah sih, hanya saja Anda mulai merasa ada metode pengasuhan yang ingin Anda terapkan, itu bisa jadi berbeda dengan yang telah mereka ajarkan kepada Anda dulu dan itu kerap menjadi sebuah masalah.
Ilsutrasi sejarah keluarga  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilsutrasi sejarah keluarga (Foto: Thinkstock)
Sebagai orang tua dari anak-anak, Anda bisa menyampaikan secara sopan kepada orang tua atau mertua maksud dan tujuan Anda. Lima hal berikut kerap menjadi masalah yang dihadapi orang tua baru. Simak artikel berikut dan cara mengatasinya.
ADVERTISEMENT
1. Jadwal harian kacau karena Nenek datang
Ilustrasi keluarga (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keluarga (Foto: Thinkstock)
Akibat gemas dan menahan rindu, akhirnya saat kakek-nenek bertemu si kecil, mereka tak hanya menghujani anak dengan ciuman. Tapi juga mengajak bermain seharian. Wajar, maksud kakek-nenek memang baik, tapi memang dapat mengacaukan jadwal harian si kecil.
Anda memang sebaiknya tidak lantas melarang orang tua untuk bonding dengan cucu mereka, tapi saat mereka mulai mengajak bermain yang sudah lebih dari waktunya, Moms bisa menyampaikan dengan sopan kalau si kecil juga perlu istirahat dan tidur siang. Di momen ini, mungkin kakek-nenek juga bisa ambil bagian bila ingin coba menidurkan si kecil, misalnya? Coba saja, tawarkan.
2. Anak Terlalu dimanja Kakek dan Nenek
Ilustrasi hadiah anak (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hadiah anak (Foto: Thinstock)
Ini seringkali terjadi. Saat Anda ingin jumlah mainan anak tidaklah perlu terlalu banyak dan mahal, maksud Anda akan lebih bermanfaat bila dialokasikan ke kebutuhan lain, dan hal ini juga baik sebagai upaya mendidik anak. Sebaliknya, orang tua Anda justru suka membelikan banyak sekali hadiah. Tidak hanya itu, mereka juga mengizinkan si kecil makan makanan manis sebanyak-banyaknya.
ADVERTISEMENT
Mungkin Anda bisa memperlihatkan koleksi baju dan mainan anak yang sudah sangat banyak itu, sehingga kakek-nenek pun jadi benar-benar tahu kalau barang anak memang sudah sangat banyak sekali jumlahnya.
Sedangkan makanan manis, Anda bisa menyampaikan nanti gigi si kecil bisa rusak sejak dini dan anak jadi bisa memilih-milih makanan, karena hanya menginginkan makanan manis saja.
3. Kakek atau Nenek tidak membiarkan Anda mandiri
Perlakuan kakek-nenek yang sangat menyayangi cucu, seolah kadarnya sudah melebih-lebihi Anda. Si kecil pun mulai merasa punya 'kubu' yang dengan rela hati 'bersekutu' dengannya. Anda mungkin ingin rasanya berkata, 'Akulah ibunya! Akulah yang berhak atas anak-anakku!'
Ilustrasi ibu dan anak perempuan. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu dan anak perempuan. (Foto: Thinkstock)
Tahan, Moms, adalah lebih baik bila Anda mengatakan, 'Saya akan mempraktikan pengalaman baruku ini dengan versi terbaik caraku, yang sudah aku pelajari dari kombinasi ilmu dari ibu, buku-buku, dokter, dan semuanya." Bila perlu, tambahkan, kalau Anda punya alasan dan tujuan kenapa Anda menerapkan jadwal harian yakni sedang menerapkan disiplin pada anak, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
4. Kakek atau Nenek Terlalu ikut campur
Orang tua sebaiknya mempelajari fakta yang akurat (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Orang tua sebaiknya mempelajari fakta yang akurat (Foto: Thinstock)
Status baru, sebagai orang tua dan berkeluarga adalah proses belajar seumur hidup. Anda dan pasangan sedang berjuang untuk belajar terus-menerus dalam menyesuaikannya. Kunjungan kakek-nenek yang terlalu sering bisa jadi membuat Anda dan pasangan jadi kurang nyaman dan kurang leluasa. Belum lagi setiap langkah yang Anda lalui menuai komentar dan serbuan masukan dari kakek-nenek.
Anda bisa mengatakan, "Kunjungan kakek-nenek sangat membantu, tapi aku juga perlu belajar mengatasinya sendiri. Bila aku memerlukan bantuan atau saran, aku pasti datang ke orang tua (dan mertua)ku,"
Dengan demikian diharapkan agar orang tua atau mertua Anda menyadari, kalau Anda dan suami juga bisa seperti mereka dalam mengurusi anak-anak dan keluarga yang bahagia dan sejahtera.
ADVERTISEMENT
5. Beda pandangan tentang pola asuh
com-Kebersamaan Keluarga (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Kebersamaan Keluarga (Foto: Thinkstock)
Orang tua memang bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan, kesejahteraan dan kebahagiaan si kecil. Perlu diketahui, menurut psikolog anak dan keluarga, masing-masing dari orang tua memiliki cara pengasuhan sendiri dan bisa jadi, tiap pola pengasuhan anak itu berbeda-beda.
Meskipun terkadang orang tua atau mertua Anda suka membangga-banggakan cara mereka dulu yang telah 'berhasil' mendidik suami atau Anda yang sudah sukses seperti saat ini. Diiyakan saja Moms, tapi Anda tidak lantas menjalankan apa yang sudah disarankan.
Ilustrasi Anak dan Ibu (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak dan Ibu (Foto: Thinkstock)
Moms tetap boleh memilah dan memutuskan manakah yang paling relevan dan cocok untuk diterapkan di keluarga kecil Anda. Dan mungkin, Anda tidak perlu menjabarkan pola seperti apa yang sedang Anda terapkan secara terperinci kepada mereka. Tetap jalani saja peran dan pola yang sedang Anda alami saat ini, dengan optimis.
ADVERTISEMENT
Anda tetap bisa mengingatkan, bahwa tahun ke tahunnya, tren pengasuhan bisa saja berganti. Anda juga sebaiknya tetap terbuka dengan berbagai masukan pola pengasuhan anak, untuk kemudian dilihat apakah relevan dengan nilai dan pola pengasuhan yang sedang Anda dan pasangan terapkan kah? Bila ya, tidak ada salahnya mengadopsinya, kan.