Anak Punya Gula Darah Rendah, Bolehkah Ikut Berpuasa?

25 April 2020 9:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gula darah rendah. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gula darah rendah. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Ketika Ramadhan tiba, beberapa orang tua mungkin sudah mulai mengajarkan anak untuk ikut berpuasa. Walaupun belum diwajibkan, tapi memang tak ada salahnya mengenalkan si kecil tentang kewajiban ibadah puasa bagi muslim sejak dini.
ADVERTISEMENT
Bagi anak dengan kondisi yang sehat, berpuasa memiliki banyak manfaat untuk tubuhnya, Moms. Tapi bagaimana dengan anak yang memiliki kondisi gula darah rendah atau hipoglikemia? Bolehkah ikut berpuasa juga?
Ilustrasi anak sakit Foto: Shutterstock
Dokter Spesialis Anak, dr. Bambang Tridjaja AAP, Sp.A(K) mengatakan sebelum orang tua mengizinkan anaknya ikut berpuasa, harus tahu dulu kondisi kesehatan dan risiko apa saja yang muncul ketika ia puasa. Ya, terutama bagi anak yang mengidap hipoglikemia.
"Sebenarnya tidak boleh berpuasa, tapi kan mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam. Jadi sebelum mengizinkan anak ikut puasa, harus memenuhi persyaratan tertentu," kata dr. Bambang dalam acara Webinar "Kiat Berpuasa Ramadhan yang Aman Bagi Diabetesi Tipe 1 di Masa Pandemi COVID-19", Kamis (23/4).
Ilustrasi anak mengalami hipoglikemia. Foto: Thinkstock
Sebab menurut dokter yang juga subspesialis endokrinologi anak ini, sebaiknya anak-anak yang mengalami hipoglikemia berat hingga mengalami kejang; anak baru mengalami hipoglikemia sebelum bulan puasa; alarm tubuh tampak tidak berfungsi ketika gula darahnya sedang rendah; dan perhitungan insulinnya tidak memadai dengan pola makannya, maka keputusan yang tepat adalah ia tidak ikut puasa.
ADVERTISEMENT
Namun bila gejalanya ringan, orang tua harus tetap berkonsultasi dulu dengan dokter dan memiliki edukasi yang baik tentang hipoglikemia. Misalnya anak mau melakukan pemeriksaan gula darah secara teratur dan sering, dan menyuntikkan insulin sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
"Selain itu, kalau sudah mengalami gejala hipoglikemia, anak harus mau membatalkan puasa. Jangan memaksakan diri untuk terus berpuasa sampai berbuka hanya karena orang tua menjanjikan sesuatu. Jadi Anda harus pintar membujuk anak. Dan orang tua harus tahu gejala hipoglikemia, agar bila anak mengalaminya, ia segera membatalkan puasa dan mendapat pertolongan," papar dr. Bambang.
Dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat ini mengatakan banyak orang tua yang terkecoh antara gejala hipoglikemia dengan hal yang biasa dialami anak ketika berpuasa. Lantas, apa saja gejala hipoglikemia yang perlu orang tua tahu?
Anak mudah marah. Foto: Shutterstock
Adapun gejala-gejala yang perlu orang tua tahu antara lain, anak bergetar hebat, anak mengalami keringat dingin, gelisah, merasa pusing sampai berkunang-kunang, cepat lapar, jantung berdebar tak biasa, pandangan kabur; merasa lesu, letih, dan mengantuk; anak mengatakan sakit kepala, dan cepat emosi.
ADVERTISEMENT
"Kadang orang tua suka bingung. Anak bilang ngantuk padahal ngantuknya bukan karena puasa tapi karena hipoglikemia. Jadi harus ditanya apa lagi yang dia rasakan," ujarnya.
Jika sudah begini, dr. Bambang menyarankan agar orang tua segera mengukur gula darah anak dengan alat pengukur keton setidaknya 2-3 jam sekali. Jika hasilnya rendah, anak wajib membatalkan puasa dengan memberikan dia minuman bergula.
Teh manis Foto: Thinkstock
"Nah, sebaliknya kalau gula darah di atas 100 misalnya, cukup diberikan minum air putih untuk menghindari ketoasidosis diabetik atau komplikasi. Kalau sudah sampai ketoasidosis, anak harus dibawa ke rumah sakit," kata dr. Bambang.
Nah Moms, jadi penting untuk memastikan gula darah anak stabil bila ingin mengajarkan berpuasa. Tapi alangkah lebih baik, berkonsultasi dulu dengan dokter via telepon tentang boleh tidaknya anak ikut berpuasa.
ADVERTISEMENT