Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Awal Mula Gangguan Ginjal Akut pada Anak dan Perkembangan Kasusnya
22 Oktober 2022 10:14 WIB
·
waktu baca 7 menit
ADVERTISEMENT
Penyakit gangguan ginjal akut misterius yang sudah menyerang lebih dari 200 anak di Indonesia membuat banyak orang tua khawatir. Baru-baru ini, Badan Pengelola Obat dan Makanan (BPOM) juga telah mengumumkan obat-obatan yang mengandung etilen glikol yang di atas ambang batas aman.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ahli epidemiologi, hingga BPOM masih menyelidiki penyebab Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA). Per Jumat (21/10), Kemenkes sudah mencatat jumlah penderita gangguan ginjal akut ini mencapai 241 kasus yang tersebar di 22 provinsi di Indonesia.
Sudah 10 bulan berlalu sejak kasus pertama kali dilaporkan pada Januari 2022. Lantas, seperti apa perkembangan kasus gangguan ginjal akut misterius sejauh ini? Berikut kumparanMOM rangkum agar tetap waspada tanpa perlu panik.
Rangkuman Informasi Gangguan Ginjal Akut pada Anak
Awal Kasus Diungkap ke Publik
Pertama kali kasus gagal ginjal akut misterius ini diungkap ke publik lewat podcast yang dibuat IDAI, 10 Oktober 2022. Dalam bincang-bincang tersebut, Dokter Spesialis Anak Konsultan Nefrologi, dr. Henny Adriani Puspitasari Sp.A (K), melaporkan adanya lonjakan kasus gangguan ginjal pada anak selama Agustus-September 2022. Penyebabnya masih misterius, namun sempat diduga masih berhubungan dengan COVID-19 atau Multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C).
ADVERTISEMENT
Awalnya, kasus gangguan ginjal akut ini mulanya dilaporkan hanya muncul 1-2 kasus per bulannya, terhitung sejak Januari hingga Juli 2022. Namun secara tidak terduga, kasusnya jadi melonjak selama Agustus hingga September 2022.
Temuan kasus ini juga sempat dikaitkan dengan kasus kematian 70 anak di Gambia akibat penggunaan sirup obat batuk buatan India.
Perkembangan Kasus Gangguan Ginjal Akut
Masih dalam podcast IDAI, awalnya dilaporkan sebanyak 131 anak mengalami gangguan ginjal tersebut dan berasal dari 14 provinsi. Setelah itu, cabang-cabang IDAI di berbagai wilayah terus melaporkan kasus di masing-masing daerahnya. Seiring waktu, kasusnya bertambah menjadi 152 anak dalam laporan per 14 Oktober 2022. Empat hari berselang, jumlahnya meningkat jadi 206 anak.
ADVERTISEMENT
Nah Moms, Jumat (21/10), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan jumlah kasusnya bertambah menjadi 241 kasus. Jumlah kematian juga mengalami peningkatan, dari data sebelumnya 99 jiwa menjadi 133 orang. Artinya, lebih dari 50 persen kasus gangguan ginjal akut anak yang dilaporkan berujung meninggal dunia.
Gejala Gangguan Ginjal Akut pada Anak
Setelah kasus gangguan ginjal akut ini meningkat setiap harinya, Kemenkes bersama tim dokter terkait terus menyelidiki penyebab terjadinya penyakit tersebut. Apalagi, jumlah kematiannya pun tidak sedikit. Menurut dr. Henny, banyak pasien anak-anak yang datang ke dokter memiliki riwayat sering demam dan diare. Ada juga yang disertai gejala lain seperti batuk pilek hingga muntah. Gejala yang paling signifikan adalah penurunan jumlah dan frekuensi urine.
ADVERTISEMENT
"Gejalanya sama, selalu dimulai dengan kencing yang menurun drastis dan tiba-tiba tidak sama sekali. Yang menarik dari gangguan ginjal ini perjalanan penyakitnya karena cepat, mendadak, dan perburukannya juga cepat. Itu yang membuat kami sebagai dokter anak itu menganggap [gangguan ginjal akut] ini satu hal yang tidak biasa," jelas dr. Henny.
Penyebab gangguan ginjal akut ini juga belum pasti dan ada banyak sekali kemungkinan. Namun, Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebutkan beberapa faktor risiko yang menyebabkan penyakit ini.
Agar fatalitas tidak semakin bertambah, RS Cipto Mangunkusumo akhirnya mengimpor obat penawar gagal ginjal akut, untuk diberikan kepada pasien gagal ginjal akut.
Anjuran IDAI untuk Hindari Obat-obatan Tertentu
Sebagai tindak lanjut dari kemunculan kasus tersebut, Ketua Umum IDAI dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) pada Selasa (18/10) memberikan imbauan kepada orang tua untuk menghindari penggunaan parasetamol cair yang tidak tepat. Rekomendasi ini disampaikan sebagai bentuk kewaspadaan dini, serta mengingat penyebab terjadinya gangguan ginjal akut misterius pada anak ini masih dalam penelitian oleh tim dokter. Sehingga, pemberian parasetamol cair perlu dikonsultasikan ke dokter.
ADVERTISEMENT
Kemenkes Larang Jual dan Berikan Obat Cair untuk Anak
Sehari setelah imbauan IDAI, Rabu (19/10), Kemenkes mengeluarkan instruksi kepada fasilitas kesehatan dan apotek untuk tidak menjual obat bebas dalam bentuk sirop. Instruksi tersebut tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) Pada Anak yang diteken Plt Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Murti Utami, Selasa (18/10).
Tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan diinstruksikan untuk sementara tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk sediaan cair/sirop. Sementara seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat-obatan dalam bentuk cair atau sirop obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk sirop kepada masyarakat sampai dilakukan pengumuman resmi dari pemerintah.
ADVERTISEMENT
Usai dikeluarkan instruksi tersebut, Kemenkes menyarankan perawatan rumahan bila anak sakit tanpa obat sirop. Seperti mencukupi kebutuhan cairan, kompres air hangat, dan menggunakan pakaian tipis. Jika terdapat tanda-tanda bahaya, segera bawa anak ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan terdekat.
Temuan Kandungan Etilon Glikol dalam Obat Sirop
Di hari yang sama, Kementerian Kesehatan mengungkapkan temuan bahwa dari puluhan obat yang diteliti, ternyata ada yang mengandung Etilen Glikol. Ya Moms, Etilen Glikol dan Dietilen Glikol menjadi sorotan karena dicurigai sebagai 'dalang' yang akhirnya membuat obat-obatan sirop untuk sementara dilarang penggunaannya.
"Kita sudah mengidentifikasi 15 dari 18 obat yang diuji uji sirop masih mengandung EG. Nanti kita akan identifikasi bahwa EG bisa bebas," ungkap Wakil Menkes, dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD, Ph.D, KEMD.
ADVERTISEMENT
Di kesempatan berbeda, Menkes Budi Gunadi menyampaikan hasil pemeriksaan beberapa pasien anak yang meninggal ternyata ditemukan etilen glikol dan dietilen glikol dalam darahnya. Temuan ini didapati dari obat-obatan yang diminum, dan ternyata diproduksi di Indonesia. Penghentian sementara obat cair atau sirop ini juga dilakukan karena beberpaa rumah sakit mulai terisi penuh dengan anak-anak yang mengalami gangguan ginjal tersebut.
BPOM Rilis 5 Obat Sirop Mengandung Etilen Glikol di Atas Ambang Batas
Akhirnya, BPOM merilis lima obat sirop yang diduga mengandung etilen glikol di atas ambang batas aman. Kelima produk tersebut adalah:
ADVERTISEMENT
Namun, hasil uji cemaran Etilen Glikol tersebut belum dapat mendukung sepenuhnya kesimpulan bahwa penggunaan obat sirop tersebut memiliki keterkaitan dengan kejadian gagal ginjal akut pada anak. Karena selain penggunaan obat, masih ada beberapa faktor risiko yang diduga menjadi penyebab kejadian gagal ginjal akut seperti infeksi virus, bakteri Leptospira, dan multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem pasca COVID-19.
BPOM juga telah memerintahkan seluruh industri farmasi pemilik izin edar untuk melakukan penarikan obat sirop dari peredaran di seluruh Indonesia dan dilakukan pemusnahan.
Penyebab Gangguan Ginjal Akut Diungkap
Nah Moms, dalam konferensi pers yang digelar Jumat (21/10), Kemenkes telah memastikan penyebab gangguan ginjal akut pada anak disebabkan oleh senyawa Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG). Hasil ini didapati dari pemeriksaan pasien yang dirawat di RS Cipto Mangunkusumo, dan hasilnya 15 dari 17 orang dinyatakan memiliki EG dan DEG di dalam tubuhnya.
ADVERTISEMENT
"Sudah jauh lebih pasti (karena EG dan DEG). Karena memang terbukti di anak anak. Jadi darah anak-anak mengandung ini," ungkap dia.
Apabila EG dan DEG masuk ke dalam tubuh, kata Menkes, maka tubuh akan memetabolisme keduanya menjadi asam oksalat yang berbahaya. Bila senyawa kimia tersebut masuk ke ginjal, asam oksalat akan berubah menjadi kristal kecil bernama kalsium oksalat yang bisa merusak ginjal.
"Kalau senyawa kimia ini ada, logikanya metabolisme tubuh menghasilkan kalsium oksalat rusak tuh. Dibiopsi oleh teman-teman RSCM (dan) confirm ternyata ginjalnya rusak karena ada kalsium oksalat tadi," beber Budi Gunadi.
Di kesempatan itu juga, Menkes Budi Gunadi menegaskan kasus ini bukan disebabkan oleh infeksi COVID-19 atau vaksinsi corona. Sebab, kebanyakan pasien yang berumur di bawah lima tahun tidak divaksin corona.
ADVERTISEMENT
Daftar Obat yang Diminum Anak dengan Gangguan Ginjal Misterius
Setelah dipastikan penyebabnya adalah senyawa Etilen Glikol (EG) dan Dietlien Glikol (DEG), Kemenkes juga mengumumkan daftar obat sirop yang ditemukan kedua senyawa tersebut dari rumah 241 anak yang mengidap gangguan ginjal akut tersebut. Saat ini, seluruh obat tersebut sedang diproses di BPOM untuk diuji lebih lanjut tentang kemungkinan mengandung senyawa berbahaya. Berikut adalah daftarnya: