Bagaimana Kembalikan Kepercayaan Publik Usai Kasus Cemaran Obat Sirop?

25 Desember 2022 19:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi obat sirup. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obat sirup. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sudah hampir tiga bulan berlalu sejak kemunculan kasus cemaran obat sirop yang menjadi penyebab gangguan ginjal akut pada anak. Ya Moms, terdapat sekitar 200 anak yang meninggal dunia akibat gangguan ginjal ini. Beberapa obat sirop dari beberapa industri farmasi juga sudah ditarik karena terbukti tercemar bahan pelarut etilen glikol dan dietilen glikol yang melebihi ambang batas.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) mendukung upaya Kementerian Kesehatan dan BPOM untuk membuat panduan pemeriksaan EG-DEG pada produk. Sehingga, diharapkan ke depannya tidak terjadi lagi kasus cemaran terhadap obat sirop yang sampai jatuh korban jiwa.
Menurut Ketua GPFI Tirto Koesnadi, sudah lebih dari 40 tahun dalam industri farmasi, baru kali ini ada kasus cemaran obat sirop. Perlu diketahui Moms, industri farmasi Indonesia sendiri memproduksi 90 persen dari total volume obat nasional dengan berbagai jenis tablet, sirop, injeksi, kapsul, inhalasi, dan berbagai produk obat lainnya. Dipastikan, cemaran ini hanya terjadi pada beberapa jenis obat sirop, dan tidak pada keseluruhan obat yang beredar.
Setelah kemunculan kasus cemaran obat sirop, apa saja langkah yang dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat agar mau menggunakannya lagi?
Ilustrasi obat sirup. Foto: Shutterstock

Upaya Kembalikan Kepercayaan Publik Usai Kasus Cemaran Obat Sirop

Nah Moms, Direktur Eksekutif GPFI Elfiano Rizaldi mengatakan, kasus gangguan ginjal akut pada anak ini bukan karena ada masalah sistem pada industri farmasi. Melainkan, supplier bahan baku pelarut obat telah menipu industri farmasi dengan bahan pelarut obat yang tercemar EG-DEG di atas ambang batas aman.
ADVERTISEMENT
Sehingga, pihaknya bersama BPOM melakukan berbagai upaya untuk memastikan kualitas dan keamanan obat untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Seperti, memastikan proses pemeriksaan menyeluruh dan total dari bahan baku obat hingga produk jadi.
"BPOM juga sudah merilis 300-an obat yang bisa dikonsumsi. Kita harap masyarakat sudah bisa mengonsumsi lagi dengan rasa aman dan percaya bahwa obat ini sudah dirilis kembali sama BPOM," jelas Elfiano dalam acara diskusi 'Kembalinya Obat Sirop yang Hilang, Jangan Ada EG/DEG di Antara Kita' di Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Pihaknya juga mendorong semua apotek untuk bisa kembali menjual obat sirop, dengan obat-obatan yang sudah dipastikan aman oleh BPOM. Dengan tersedianya kembali obat-obatan sirop, diharapkan masyarakat jadi memiliki pilihan untuk membeli obat sesuai yang dibutuhkan, tanpa harus khawatir terjadi masalah kesehatan seperti kasus sebelumnya.
Ilustrasi obat sirup. Foto: Shutterstock
Dalam paparannya Elfiano juga menjelaskan, dari lebih dari 10 ribu obat yang beredar di pasaran, terdapat di antaranya 2.300 obat sirop. Dan berdasarkan data tersebut, sudah 117 item obat sirop yang ditarik dari peredaran karena diduga telah tercemar. Jadi, lebih dari 94 persen obat sirop yang beredar di pasaran tidak bermasalah sama sekali.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, enam industri farmasi yang bermasalah karena obatnya diduga tercemar itu menunjukkan adanya ketidakdisiplinan dalam menerapkan standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang ditetapkan BPOM.
GPFI juga telah melakukan serangkaian evaluasi dan memberikan usulan perbaikan kepada seluruh stakeholder. Seperti, mendorong pemerintah mempercepat ketersediaan obat sirop yang aman di pasaran, menindak tegas industri farmasi yang lalai, dan proses hukum sebesar-besarnya pada oknum yang melakukan penipuan terhadap bahan baku obat yang diberikan kepada industri farmasi.
"Evaluasi kasus sirop ini karena merugikan semua. Tidak hanya industri, masyarakat jadi korban obat yang sementara enggak bisa digunakan. Ke korban efeknya besar sekali. Ini pelajaran yang berharga dan mahal, yang diakibatkan penipu karena coba memanfaatkan celah. Di tahun 2023, semoga kasus kejadian ini tidak terjadi lagi dengan disiplin terhadap peraturan dan semua stakeholder membantu pembinaan," pungkasnya.
ADVERTISEMENT