Bayi Tongue Tie, Benarkah Cuma Bisa Diberi ASI dengan Metode Eping?

27 September 2021 10:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tongue Tie pada Bayi, Haruskah Beri ASI pada Si Kecil dengan Metode Eping? Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Tongue Tie pada Bayi, Haruskah Beri ASI pada Si Kecil dengan Metode Eping? Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Menyusui bukan sekadar memberi ASI. Ya Moms, ASI memang merupakan makanan terbaik untuk bayi dan proses menyusui sendiri dapat membawa sangat banyak manfaat bagi bayi maupun ibu.
ADVERTISEMENT
Namun ada beberapa kondisi yang dapat menghambat proses menyusui bayi secara langsung dari payudara (direct breastfeeding). Di antaranya, kondisi ankyloglossia atau tongue tie pada bayi.
Tongue tie merupakan suatu kondisi di mana lidah tidak bisa leluasa bergerak karena adanya frenulum atau jaringan tipis di bawah lidah bagian tengah. Biasanya, bayi dengan tongue tie akan kesulitan menggerakan lidah ke atas dan tidak bisa menjulurkan lidah melewati gigi depan. Dengan kondisi ini, ada kemungkinan bayi pun sulit untuk melakukan pelekatan agar dapat menyusu langsung dari payudara ibu.
Dengan kondisi ini, bagaimana agar bayi bisa tetap mendapat ASI? Sebagian ibu memutuskan untuk beri bayi ASI dengan metode eping (exclusive pumping).
Tapi apakah eping jadi satu-satunya cara memberi ASI pada bayi tongue tie? Benarkah bayi tongue tie tidak bisa menyusu pada payudara ibu?
ADVERTISEMENT

Kata Ahli tentang Pemberian ASI pada Bayi Tongue Tie

Tongue tie pada bayi. Foto: Shutterstock
Bayi yang alami tongue tie, bisa alami kesulitan untuk menyusu pada payudara ibu. Hal ini terkait dengan pelekatan dan posisi menyusui bisa terkendala bila bayi punya tongue tie. Demikian penjelasan dari Farahdibha Tenrilemba S.S., M.Kes., Wakil Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) yang juga seorang konselor menyusui.
Tapi bukan berarti bayi harus seterusnya diberi ASI dengan metode Eping, Moms. Menurut Farahdibha, bayi dapat dibawa ke dokter anak atau klinik laktasi untuk diperiksa dengan saksama. Bila memang diperlukan, bayi mungkin akan disarankan untuk mendapat tindakan bedah yang disebut frenotomy atau insisi agar lidah pun dapat menjulur dengan lincah dan akhirnya dapat meraih payudara ibu dan melekat dengan baik
ADVERTISEMENT
"Kalau sudah begitu (tongue tie pada bayi), ibu perlu bantuan. ibu bisa datang ke klinik laktasi, atau ke dokter anak yang bergelar IBCLC. Jadi ibu harus ke dokter supaya dokter bisa bantu bayi diinsisi," paparnya kepada kumparanMOM, Senin (20/9).
Gelar IBCLC yang disebut Farahdibha maksudnya gelar yang diraih setelah mengikuti tahap ujian dan mendapatkan sertifikasi dari International Board of Lactation Consultant Examiners (IBLCE) atau Badan Internasional Penguji Konsultan Laktasi. Gelar IBCLC ini biasanya disematkan di belakang nama.

Pentingnya Kesiapan Ibu untuk Menyusui Bayi Tongue Tie Setelah Insisi

Tongue Tie pada Bayi, Haruskah Beri ASI pada Si Kecil dengan Metode Eping? Foto: Shutterstock
Bila tongue tie pada bayi sudah diinsisi, ibu dapat mencoba menyusui bayi kembali dan menghentikan metode Eping. Farahdibha menjelaskan, di sini kesiapan ibu secara mental sangat penting.
ADVERTISEMENT
"Waktunya berbeda-beda tiap ibu (bisa menyusui bayi secara langsung). Bukan hanya kesiapan anak, tapi ibu juga harus siap mental. Kalau ibunya sedikit-sedikit sudah panik, anaknya sudah nangis terus ibunya kasihan, ya bisa jadi lama," jelas Farahdibha.
Ia juga menyarankan agar ibu juga ajak si kecil berkomunikasi.
"Yuk, kita kerja sama ya dek. Ngomong sama bayinya. Jangan malah menyerah lagi. Supaya perjalanannya semakin maju," ia mencontohkan.
Selain itu, ibu bisa menghubungi konselor menyusui agar mendapatkan pendampingan teknik-teknik menyusui dengan tepat. Diperlukan kesabaran dan kegigihan untuk terus mencoba. Sebab menyusui secara langsung akan menjadi cara yang paling efektif untuk meningkatkan kemampuan mengisap bayi dari hari ke hari setelah tindakan insisi. Jadi, tetap semangat ya, Moms!
ADVERTISEMENT